Abraham Raubun, B.Sc,S.Ikom
Siang itu usai rapat di kantor Camat Blanakan kabupaten Subang, Pak Sekda mengajak kami untuk makan siang di rumah makan makanan laut. Tempatnya tak jauh dari Tempat Pelelangan Ikan (TPI).
Tempat rupanya sudah disiapkan oleh staf Pak Camat. Bermacam-macam makanan laut sudah dipesan, ada udang, cumi, dan ikan. Kali itu ikan yang dipesan hanya satu jenis. Menurut Pak Sekda ikan ini khusus dan rasanya enak gurih. Namanya pun unik, ikan ayam-ayam atau di Subang orang menyebutnya etong-etong, bahkan disebut juga ikan kambing-kambing. Unik ikan penyandang nama ayam dan kambing sekaligus. Entah mengapa dinamakan demikian.
Ikan ini cukup populer, diolah sebagai ikan bakar. Berkulit tebal, sangat tebal sehingga hampir tak mungkin dimakan begitu saja. Ketika dibakar kulitnya memang dibuang.
Bagian yang paling enak menurut Pak Sekda adalah daging dibagian pipi ikan. Benar saja ketika kami cicipi memang lebih gurih rasanya dibanding daging dari bagian tubuh lain. Mungkin juga kandungan lemak di bagian ini lebih banyak daripada bagian tubuh lain ikan. Makanya pipi ikan terlihat gembil tembem.
Ikan ayam-ayam banyak ditemukan di perairan hangat kawasan Indo-Pasific, mulai dari laut Merah sampai samudera Pasific bagian Barat. Senang hidup di sela terumbu-terumbu karang di dasar laut.
Berbicara soal zat gizi yang dikandungnya, tentu tinggi seperti umumnya ikan-ikan laut lain. Sumber protein sudahlah pasti jugs kaya Omega-3. Rendah lemak sehingga baik untuk kesehatan tubuh, seperti menjaga kesehatan jantung.
Siang itu kami masing-masing menyantap dua ekor ikan ayam-ayam dengan ukuran sedang. Udang dan cumi hampir tidak disentuh, karena masing-masing orang sibuk dan asyik menikmati daging si etong-etong. Untung saja rasanya tidak menjadi kombinasi tiga rasa, rasa ikan, ayam dan kambing.
Tetapi selain perut terasa kenyang, ada bonus juga untuk makan malam. Udang dan cumi yang masih tersisa banyak dibungkus untuk dibawa pulang ke hotel.