Islam, Religi
Secara Bahasa, ghazwul fikri terdiri dari dua suku kata yaitu ghazwah dan fikr. Ghazwah berarti serangan, serbuan atau invasi. Sedangkan fikr berarti pemikiran. Jadi, secara bahasa ghazwul fikri diartikan sebagai invasi pemikiran.
Setiap kaum muslimin harus memahami bentuk-bentuk ghazwul fikri dan bahayanya dalam kehidupan. Kita tidak boleh terpedaya dan tertipu dengan upaya-upaya pihak tertentu yang dapat merusak fikrah islamiyah yang kita miliki menjadi fikrah jahiliyah. Perang pemikiran sangat berbeda dengan perang secara fisik. Daya rusaknya tidak kalah bahkan lebih besar dari perang secara fisik. Namun, karena banyak kaum muslimin yang tak menyadari adanya perang pemikiran (ghazwul fikri) di tengah-tengah mereka, maka mereka telah terlena dan tanpa terasa telah bobol “benteng-benteng” pemikirannya bahkan yang paling berbahaya sampai merusak “benteng” akidahnya.
Berbagai sarana telah digunakan oleh musuh-musuh Islam dalam menghancurkan kaum muslimin secara halus dan perlahan. Mereka menggunakan media massa baik cetak maupun elektonik untuk membentuk mind set masyarakat, agar terbentuk opini bahwa zaman telah berubah dan terus berkembang, sehingga sudah tidak tepat lagi jika agama dijadikan pijakan dalam kehidupan bermasyarakat. Mereka gaungkan nilai-nilai sekularisme, liberalisme, dan atheisme, baik di bidang penerangan, pengajaran, bahkan perundang-undangan.
Untuk itu marilah kita simak firman Allah Subhanahu wa ta’ala di dalam Al Qur’an Surat Al Isra (17) Ayat 64 :
“Dan perdayakanlah siapa saja yang kamu (iblis) sanggupi di antara mereka dengan suaramu (ajakanmu), dan kerahkanlah pasukanmu terhadap mereka, yang berkuda dan yang berjalan kaki, dan bersekutulah dengan mereka pada harta dan anak-anak lalu beri janjilah kepada mereka. Dan tidak ada yang dijanjikan oleh syaitan kepada mereka melainkan tipuan belaka”.
Dari ayat tersebut di atas, dapat kita pahami bahwa musuh-musuh Islam yakni Iblis dan “bala tentaranya” akan terus berupaya mengerahkan seluruh sumber daya yang mereka miliki untuk melakukan tipu daya terhadap kaum muslimin, bahkan dengan memberikan janji-janji manis berupa harta benda dan masa depan anak-anak mereka.
Tipu daya mereka yang luar biasa hebat dan tanpa henti hanya dapat dibendung dengan kekuatan akidah dan iman yang kokoh serta persatuan antar kaum muslimin. Dalam Al Qur’an Surat Ali Imran (3) Ayat 103, Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh-musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena nikmat Allah, orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”. Q.S Ali Imran (3) : 103)
Persatuan yang dimaksud adalah adanya satu ikatan yang kokoh berdasarkan tali Allah (dienul Islam) yang dilakukan secara kompak dalam satu gerakan yang sama selayaknya sholat berjamaah. Sholat berjamaah merupakan simbol persatuan ummat Islam dalam satu ketaatan antara imam dan makmum di satu tempat (masjid) yang sama.
Untuk menciptakan sebuah persatuan di tengah keberagaman, diperlukan adanya musuh bersama (common enemy). Perlu disadari , bahwa musuh bersama ummat Islam adalah syaitan dan “bala tentaranya”, baik dari golongan jin maupun manusia. Dalam Al Qur’an Surat Fathir Ayat 6 Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman :
“Sungguh, setan itu musuh bagimu, maka perlakukanlah ia sebagai musuh, karena sesungguhnya setan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (QS. Fatir: 6)
Setan adalah sebuah simbol keangkuhan dan kesombongan yang selalu mengajak kepada kesesatan dan pembangkangan terhadap Allah Subhanahu wa ta’ala. Setan selalu menganggap bahwa dirinyalah yang paling baik, sementara yang lain adalah rendah dan hina. Setan selalu membisikkan kejahatan ke dalam hati dan pikiran manusia.
Dengan segala tipu dayanya, setan dapat memutarbalikan sebuah fakta. Sebuah kebenaran dapat diframing menjadi sebuah kejahatan, sebaliknya sebuah kebohongan yang diulang-ulang dapat menjadi sebuah kebenaran. Orang -orang yang tidak mau masuk ke dalam golongan mereka atau tidak mau mengikuti apalagi bersebrangan dengan mereka, akan selalu dimusuhi dan difitnah sebagai orang-orang yang menebar kebencian dan pemecahbelah persatuan. Mereka tidak akan rela dengan kaum muslimin sebelum kaum muslimin mengikuti mereka, menyerupai tingkah laku mereka, mencintai mereka, bahkan memberikan loyalitas hanya kepada mereka.
Di dalam Surat Al Baqarah (2) Ayat 120 Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman:
“Dan orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan rela kepadamu (Muhammad) sebelum engkau mengikuti agama mereka. Katakanlah, “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang sebenarnya).” Dan jika engkau mengikuti keinginan mereka setelah ilmu (kebenaran) sampai kepadamu, tidak akan ada bagimu pelindung dan penolong dari Allah.” (QS. Al-Baqarah: 120)
Kesimpulan :
Kita harus menyadari bahwa saat ini kita tengah berada di sebuah era perang pemikiran (ghazwul fikri), di mana saat ini kita sulit membedakan mana berita yang benar dan mana berita yang bohong. Sebagai timbangan kebenaran adalah kita kembali kepada petunjuk Allah Subhanahu wa ta’ala dan rasul-Nya. Seraya berdo’a semoga Allah Subhanahu wa ta’ala menurunkan pertolongan-Nya sehingga kita terlepas dari segala macam bentuk kezaliman dan tergolong orang-orang yang selamat. Aamiin Ya Robbal ‘alamiin.***
Referensi :
2. https://tarbawiyah.com/2018/01/20/tarif-ghazwul-fikri-pengertian-ghazwul-fikri/