Kisah Dua Sahabat

Alkisah di hutan Trumoni negeri Aceh Selatan, terdapat sebuah kerajaan hewan yang dipimpin oleh Leon Singa. Seluruh hewan di kerajaan patuh kepada perintah raja sehingga mereka hidup dengan damai. Namun, sudah beberapa hari ini sang raja tidak tampak berjalan-jalan di hutan seperti biasanya. Dia juga tidak lagi mengundang penghuni hutan untuk rapat di rumahnya membahas permasalahan hutan. Hal ini membuat penghuni hutan bertanya-tanya. Ada apa gerangan dengan sang raja?

Tak berapa lama, tersiarlah kabar bahwa Leon, sang raja hutan sedang sakit parah. Dia hanya bisa disembuhkan dengan memakan ramuan bunga edelwis yang terdapat di puncak gunung Trumoni. Gunung itu sangat tinggi dan curam. Pendakian ke puncak gunung membutuhkan waktu berhari-hari dan melelahkan. Oleh karena itu, raja Leon pun mengadakan sayembara yang diikuti oleh rakyatnya. Sayembara itu berbunyi “Siapa saja yang berhasil mengambil bunga edelwis di puncak gunung Trumoni, maka dia akan diangkat menjadi anak raja dan dijamin makanannya seumur hidup.”

Semua hewan tertarik dengan sayembara itu karena hadiah yang ditawarkan raja sangat menggiurkan. Namun belum sampai setengah pendakian, hewan-hewan sudah menyerah karena lelah, haus dan lapar.

Cerita tentang sayembara, terdengarlah sampai ke telinga Moni dan Tito. Kedua monyet ini sudah lama bersahabat.

“Tito, ayo kita ikuti sayembara itu,” ajak Moni suatu hari.

“Ah, aku takut Moni. Lihatlah, hewan-hewan besar saja tidak sanggup, apalagi kita,” elak Tito.

“Nah, mereka gagal karena mereka tidak menggunakan cara-cara yang bagus Tito, aku punya ide agar kita tidak gagal,” kata Moni

“Apa itu?”

“Kita harus mengumpulkan dulu makanan dan minuman sebelum mendaki gunung itu. Mereka kelelahan dan kelaparan karena tidak membawa makanan yang cukup. Jika kita memiliki persediaan makanan dan minuman yang cukup, kita bisa bertahan sampai ke puncak dan kembali ke sini memberikan obat kepada raja. Bagaimana menurutmu?” ujar Moni

“Oke, ayo kita kumpulkan makanan dan minuman dulu,” seru Tito semangat.

Begitulah, sebelum mendaki gunung, Moni dan Tito mengumpulkan makanan dan minuman dalam tas besar. Setelah dirasa cukup, barulah mereka mendaki gunung Trumoni. Di awal pendakian mereka masih semangat mendaki. Ketika lapar ataupun haus, mereka makan dan minum sedikit demi sedikit dari perbekalan yang mereka bawa. Namun, setiba di tengah pendakian Tito mulai merasa sangat lelah dan mengeluh.

“Moni, bukankah tas kita ini sangat berat. Inilah yang membuat kita begitu kelelahan. Ayo kita makan saja banyak-banyak makanan ini agar tas kita menjadi ringan,” keluh Tito.

“Jangan Tito, kita tetap harus membawa tas makanan ini, agar kita bisa bertahan sampai pulang,” bujuk Moni.

“Ah, aku tidak sanggup Moni, aku akan menghabiskan setengahnya biar ringan,” Tito langsung memakan banyak bekal di dalam tasnya dengan lahap.

Melihat itu, Moni terus menasehati Tito. Namun Tito tidak peduli. Dia tetap menghabiskan setengah perbekalannya. Tito malah mengejek ide Moni membawa-bawa beban berat sampai ke puncak. Itu hanya menghabiskan tenaga saja. Mereka pun akhirnya bertengkar dan Moni memutuskan untuk menuju puncak gunung melalui jalan lain. Moni dan Tito berpisah di tengah jalan.

Moni terus melanjutkan perjalanan. Kala lelah, dia istirahat. Dia makan dan minum secukupnya agar tidak kehabisan bekal. Karena kegigihan dan kesabarannya, akhirnya Moni sampai di puncak dan mengambil bunga edelwis itu untuk diserahkan kepada raja. Dia pulang ke hutan dengan sehat dan selamat. Raja pun mengangkat Moni menjadi anaknya dan menjamin makanan Moni selamanya. Moni akhirnya mendapatkan hadiah yang sangat berharga berkat kegigihan, kesabaran dan kecerdasannya. Tentang Tito, Moni mendengar kabar bahwa sahabatnya itu kehabisan bekal sebelum sampai puncak. Dia hanya pulang dengan tangan kosong dan perut yang lapar. Tito menyesal tidak mendengar nasihat Moni. Andai dia dulu tidak mengeluh hanya karena tas yang berat, mungkin dia juga akan berhasil seperti Moni.

Tinggalkan Balasan