BEKERJA DARI RUMAH

Terbaru25 Dilihat

Hari ini tanggal 26 April 2021 bertepatan dengan hari ke-14 bulan Ramadhan 1442 Hijriyah. Seharusnya saat ini saya bertugas dinas di sekolah. Namun karena sedang tidak enak badan, terpaksa saya menjalani program pilihan Bekerja Dari Rumah alias BDR.

Pegal-pegal di sekujur tubuh kurasakan sejak bangun tadi. Sekitar pukul 03.30 WITA saya dibangunkan suami untuk bersantap sahur. Pas saya bergerak hendak duduk, badan rasanya begitu berat dan dingin menyelimuti diriku.

Meskipun begitu, saya tetap berusaha melawan rasa tidak nyaman itu dengan berdiri dan berjalan pelan-pelan meninggalkan peraduan. Dengan langkah satu-satu, saya segera ke kamar kecil lalu mencuci muka. Brrrr….hawa dingin semakin meringkusku.

 

Saya menggigil kedinginan dan semakin merapatkan sarung ke tubuhku. Saya lalu menuju dapur untuk memasak air. Saya berharap dengan minum air hangat, tubuhku menjadi lebih ringan. Saya mengeluarkan menu makan sahur yang ada di lemari makan satu demi satu. Tidak banyak. Hanya nasi, sayur, ikan bakar, sambal tomat, dan kerupuk.

Sembari menyiapkan makanan, terdengar suara suami membangunkan si sulung untuk sahur. Dia anak laki-laki berusia 11 tahun. Kalau dibangunkan, susahnya minta ampun. (Kami harus ekstra sabar, pemirsa!)

Abinya harus bolak balik ke kamarnya sampai dia betul-betul siuman dari tidur. Belum lagi kalau ada adegan dramatisnya. Terkadang di merengek-rengek meminta tambahan waktu beberapa menit untuk tidur lagi. (Ampuni kami, yaa Allah!)

Tapi syukurnya, sampai hari ini dia tidak pernah ketinggalan waktu sahur. Dia sudah kami latih berpuasa sejak berumur lima tahun, walaupun masih puasa setengah hari. Alhamdulillaah.

Adapun adiknya yang kini telah berumur 6 tahun, kondisinya tidak jauh beda dengan si kakak. Dia belum kami wajibkan berpuasa full sehingga tidak dibangunkan dinihari. Biasanya dia makan ‘sahur’ pada jam 6 atau 7 pagi. Setelah itu, dia mulai menahan (tidak makan dan minum) sampai waktu Dhuhur tiba.

Bakda sholat Dhuhur berjamaah, si adik mulai berbuka untuk sesi pertama. Dia makan dan minum sampai jam 1 siang. Selanjutnya, dia berpuasa kembali sampai waktu berbuka tiba (jam 6 petang).

Namun sahur kali ini agak berbeda dari 13 sahur sebelumnya. Ketika kami sedang bersantap, tiba-tiba si adik muncul di ruang makan. Kami merasa surprise! Kami menyambutnya secara spontan. Saya langsung memeluk dan mencium bocahku itu.

“Wah, anak gantengnya Ummi sudah bangun!” kusapa dia dengan senyum lebar. “Mau sahur juga, nak?” tanyaku.

Dia hanya mengangguk. Aku tinggalkan tempat makan sejenak. Si adik kuantar ke kamar kecil untuk bersih-bersih, lalu kuajak duduk di sebelahku. Abi dan kakaknya kembali menyambut dan memberikan pujian. Alhamdulillaah, dia makan dengan lahap. Kami bersantap sambil sesekali berbincang ringan.

Rasa-rasanya pegal di badanku sudah menghilang entah ke mana dengan suasana sahut seperti ini. Saya berharap bisa ke sekolah hari ini sebab ada agenda rapat yang harus saya hadiri. (Mohon doanya, pemirsa!)

Setelah sholat Subuh dan tadarusan, seperti biasa saya bergegas menuju dapur. Ketika hendak mencuci piring, lagi-lagi rasa dingin menggigit tulang-tukangku. Saya menggigil. Saya tidak bisa menahan kedinginan itu. Terpaksa kuurungkan niatku untuk mencuci.

Alhamdulillaah, saya bersyukur pada Allah. Suami bersedia membersihkan dapur dan si sulung mau menggantikan posisiku di depan wastafel. “Biar saya yang mencuci. Ummi istirahat saja di kamar” ujarnya.

Kalau begini keadaannya, saya harus segera menghubungi rekan kerja di sekolah. Terpaksa saya harus bekerja dari rumah alias WFH (Work From Home).

Saya tetap memantau kegiatan di sekolah melalui aplikasi hijau maupun via telepon. Aktivitas bekerja kulakukan sambil berbaring. Biasanya, kalau badan pegal-pegal seperti ini, saya hanya membutuhkan istirahat beberapa jam di tempat tidur. Setelah itu badan akan terasa segar kembali.

Kemungkinan besar tubuh saya kelelahan setelah mengurusi gorden kemarin. Padahal sewaktu saya bekerja (mencopot, mencuci, dan memasang gorden baru) itu saya tidak merasa capek loh. Mengapa saat terbangun keesokan harinya, baru terasa pegalnya yah? Wallahu a’lam bisshowab.

Yang jelas, ini menjadi pelajaran bagi saya agar tidak memforsir tenaga dalam bekerja. Terutama di saat sedang berpuasa. Memang jika sedang bersemangat, saya terkadang lupa bahwa badan ini memiliki batas kemampuannya. Semoga Allah mengampuni saya yang mungkin telah mendholimi diri sendiri. Astagfirullah… Astagfirullah… Astagfirullah…

 

 

 

Tinggalkan Balasan