Insan meronta, mengapa wabah ini belum purna
Terdengar semakin merajalela menumbangkan setiap manusia
Kita dibuat lumpuh, runduk dalam kebijakkan alam
Yang lama dirusak dan dikeruk membabi buta.
Tuhan punya rencana besar untuk semesta
Agar kita mahkluknya tak jumawa,
Megah bangga pada dirinya
Menyembah ilah-ilah yang bukan Allah yang sebenarnya
Kecantikan,
ketampanan,
kekuasaan,
kenikmatan,
kekayaan
apa saja yang membuat kita berjarak dengan-Nya
diluluh lantakkan , oleh kehadiran
virus kecil tak kasat mata.
Apakah yang kita harapkan?
Kesadaran meski membuka cakrawala iman
Keselamatan , harapan hanya ada pada Dia,
Sang pemilik kehidupan.
Dari situasi keruh, kita mesti mengangkat jiwa jadi bening
Pasrah diri nan rela, bulat, tulus, bening
Hanya berkanjang pada kehendak –Nya
Membakar butir-butir kesombongan yang pernah ada,
Membiarkan diri dibimbing oleh rahmat-Nya
Tidak perlu malu mengeluh
jika memang butuh,
tapi mengeluhlah hanya pada-Nya
yang bisa memberi kelegaan jiwa ketika duka melanda.
Semua diubah total
Apa yang dulu terpencar kini bersatu
Keluarga meski taat pada spiritualitas, tinggal di rumah
Membangun kerukunan yang mendasar
Meski jauh kita bisa saling bertemu virtual
Tuhan juga menghargai tehnologi umat-Nya
Sehingga Dia bisa dipuja dan disembah di mana-mana
Namun yang paling Dia suka, kalau Dia tinggal hening di hati kita
Bercengkerama, dalam keheningan agar vaksin rahmat-Nya menjalar menguatkan tubuh dan jiwa kita.
Oleh : Sr. Maria Monika SND
Hari Ke 32 , 8 Agustus, 2022 YPTD, Program KMAB