Cerita Anak | Ada yang Hilang

Fiksiana45 Dilihat

Tempat pengungsian gempa itu masih ramai. Masyarakat masih berkumpul di satu tempat. Bantuan masih datang silih berganti.

Demikian juga dengan hari ini. Kesibukan terlihat di posko pengungsian. Beberapa warga mengatur bantuan.

Tidak terkecuali Rido. Dia membantu pamannya. Tangannya sibuk mencatat.

“Rido, jangan lupa yang ini dicatat juga, ya,” kata paman Adi sambil menyodorkan bungkusan.

Rido pun menjawab, “Siap, Paman!”

Sesaat kemudian, Rido membongkar bungkusan. Dia mengecek isinya dengan teliti. Tidak lupa mencatat semua barang yang ada.

Catatan Rido pun terlihat penuh. Hari ini banyak sekali sumbangan masuk. Salah satunya adalah mainan anak.

Menjelang siang, Rido pun beristirahat. Dia merasakan sangat capek. Tanpa disadari dia pun tertidur.

Lewat tengah hari Rido terbangun. Dia terlihat kebingungan. Matanya melihat ke sana kemari.

Murid SD kelas 6 itu pun berdiri. Dia berkeliling ke seluruh sudut posko. Dia juga bertanya kepada beberapa orang yang ada di sana.

“Paman… Apa lihat catatan saya?” tanya Rido.

Semua yang ada di posko menjawab tidak tahu. Rido pun merasa bersalah. Dia segera berusaha menemukannya.

Cukup lama Rido tidak berhasil juga. Dia pun memutuskan mencari pamannya. Pamannya sedang mengatur bantuan yang akan disalurkan.

“Maaf, Rido. Paman yang ambil catatanmu. Kamu tadi tidur soalnya,” jawab  Paman Adi.

Rido pun merasa lega. Akhirnya, dia berencana untuk memfotokopinya. Paman Adi mengizinkannya.

Anak laki-laki berambut pendek itu pulang mengambil sepeda. Dia mulai mengayuh sepeda dengan hati-hati. Tujuannya adalah kampung sebelah.

Di kampung sebelah terlihat biasa saja. Dampak gempa tidak terlalu parah. Sangat berbeda dengan kampungnya.

Di kampung itu Rido melihat aktivitas warga berjalan seperti biasa. Dia pun menuju ke tempat foto kopi. Setelah selesai dia langsung pulang.

Sepanjang perjalanan Rido merasa tenang. Gempa susulan sudah berkurang. Tidak seperti sebelumnya.

Setelah menyerahkan catatan, dia menuju posko. Di sana dia terkejut. Bungkusan sumbangan terbuka.

Dia segera mengecek kembali. Dia terkejut ketika menyadari satu mainan hilang. Sesaat setelahnya dia memutuskan mencari bantuan.

Sebelum itu, Rido pulang ke tenda untuk salat dan makan. Setelahnya dia mencari temannya. Dia bertemu Made dan Amira.

“Aku mau minta bantuan, Made, Amira. Bisa?” tanya Rido sambil duduk di depan mereka.

Amira pun menjawab, “Kalau kami bisa pasti akan membantumu. Iya, kan, Made?”

Made menganggukkan kepala kemudian bertanya, “Memang butuh bantuan apa, Rido?”

Rido pun menceritakan masalahnya. Anak itu mengajak kedua temannya. Ketiganya menuju posko bantuan.

Mereka pun tiba di posko. Ketiganya sibuk mencari petunjuk. Petunjuk itu berupa informasi dari siapa saja yang ada di sana.

“Tadi, sih, Paman lihat ada anak kecil ke sini,” kata salah seorang di antaranya.

Salah seorang lainnya menyahut, “Iya. Anak itu berambut agak keriting. Tubuhnya kurus. Dia pakai baju warna biru.”

Setelah mendengar penjelasan, Amira bertanya, “Usianya berapa kira-kira, Paman?”

Orang itu memberitahu usia anak itu. Menurutnya sekitar empat atau lima tahun. Dia juga menambahkan keterangan lain.

“Kalau tidak salah bajunya bergambar Ultraman,” kata orang itu menambahkan.

Amira pun mengajak pergi Rido dan Made. Tujuan mereka adalah tenda keluarga Amira. Mereka pun tiba di sana.

Menyadari tidak menemukan yang dicari, Amira mengajak keduanya pergi. Mereka mengubah tujuan. Kali ini mereka menuju tengah lapangan.

Di sana mereka tidak menemukan siapa pun. Ketiganya saling berpandangan. Mereka sama-sama mengangkat bahu.

“Iya sudah. Mendingan kita kembali ke posko saja,” ajak Rido sambil melangkah.

Ketiganya pun kembali ke posko. Sepanjang perjalanan mereka melihat tenda. Banyak kesibukan di sekitar sana.

Situasi sudah lumayan membaik. Terlebih sejak tidak adanya lagi gempa susulan. Namun, bantuan masih berdatangan.

Mereka pun tiba di posko. Tenda berukuran besar itu terlihat sepi. Hanya ada seorang anak kecil di sana.

“Wah ternyata dia di sini,” kata Amira pada adiknya itu.

Anak kecil itu pun menuju arah Rido. Tangannya terlihat memegang sesuatu. Dia pun menyodorkan ke arah Rido.

“Kak Ido, Ichan minta maaf, ya,” katanya kemudian.

Rido pun tersenyum. Dia kemudian memasukkan mainan ke tempatnya. Keempatnya kemudian mencari Paman Adi.

Bersama Paman Adi mereka membagikan bantuan. Keempatnya terlihat bahagia. Mereka merasa senang bisa membantu masyarakat yang sedang membutuhkan.

mo

Tinggalkan Balasan