Cerita Anak | Kuliner Indonesiaku

Terbaru210 Dilihat

“Ini termasuk juga, Komang!”

Nabila berkata kepada temannya. Murid kelas 6 SD itu sedang kesal. Idenya tidak diterima temannya.

Teman Nabila bernama Ni Komang Saraswati. Dia satu kelompok dengan Nabila. Saat ini mereka sedang mengerjakan tugas.

Mereka mendapat tugas membuat kliping. Kliping itu tentang kuliner Indonesia. Mereka awalnya bekerja sama dengan baik.

Setiap Nabila menunjukkan gambar, Komang menolaknya. Awalnya Nabila biasa saja. Namun, lama-lama dia kesal juga.

“Kalian kenapa?” tanya Ibu Nabila.

Nabila menggelengkan kepala. Demikian juga dengan Komang. Keduanya terdiam cukup lama.

Menyadari hal itu, Ibu Nabila memutuskan pergi. Dia meninggalkan mereka berdua. Memberi waktu untuk mereka menyelesaikan sendiri masalahnya.

Nabila masih memegang gambar makanan. Sementara itu, Ni Komang masih memegang gunting. Tidak ada yang mau mengalah.

Hari hampir sore ketika akhirnya Nabila membuka suara. Dia meminta maaf pada Komang. Keduanya pun saling memaafkan.

Tidak lama kemudian, mereka kembali bekerjasama. Nabila mulai mencari gambar lagi. Sementara Komang sibuk mengguntingnya.

Akhirnya, mereka pun mulai menempel. Setelah itu mulai menghias klipingnya. Berkat kerjasama, tugas mereka pun selesai.

Keesokan harinya di sekolah, Nabila bertemu Komang. Nabila terlihat menunduk. Dia tidak berani menatap temannya.

Nabila merasa bersalah. Dia tidak hati-hati menjaga tugasnya. Kliping itu sebagian sudah kotor.

Komang pun bertanya, “Kamu kenapa, Nabila?”

Nabila tetap menunduk. Dia menyerahkan kliping kepada Komang. Komang terlihat terkejut melihatnya.

“Maafkan aku, Komang,” kata Nabila sambil sedikit terisak.

Gadis kecil kelas enam SD itu sedih. Dia berusaha menahan air matanya. Namun, itu hanya sementara.

“Tidak apa-apa, Nabila. Yang penting kita sudah berusaha sebaik-baiknya,” kata Komang menghibur temannya.

“Ayo senyum, dong!” kata Komang lagi sambil mengangkat dagu Nabila.

Nabila pun akhirnya tersenyum. Dia kembali ceria seperti biasanya. Kemudian dia mengajak Komang masuk kelas.

Di dalam kelas keduanya duduk tenang. Mereka mendengarkan penjelasan gurunya. Akhirnya, tiba saatnya bagi mereka untuk presentasi.

Nabila berkata, “Komang aku tidak berani maju.”

“Kenapa, Nabila? Tidak biasanya,” kata Komang.

Nabila pun menjawab, “Takut dimarah Bu Guru karena kliping kita kotor.”

Komang hanya tersenyum. Dia melihat Nabila begitu panik. Tidak seperti biasanya.

Komang pun menjelaskan kepada Nabila. Dia berkata tidak apa-apa klipingnya kotor. Menurutnya yang penting itu karya mereka sendiri.

Tiba saatnya Nabila dipanggil gurunya. Nabila melihat ke arah Komang. Komang menganggukkan kepala.

Nabila pun maju. Dia memperlihatkan kliping kepada gurunya. Setelah itu, guru menyuruhnya membacakan hasilnya.

Berkat dorongan Komang, Nabila pun berani. Dia mulai membuka presentasinya dengan salam. Setelah itu dengan percaya diri dia menceritakan isinya.

“Teman-teman… Saya dan Komang memilih membuat kliping masakan tradisional Indonesia,” kata Nabila.

Nabila melanjutkan penjelasannya, “Ini adalah celilong. Celilong adalah makanan khas Lombok. Terbuat dari parutan singkong. Di dalamnya ditambahkan gula merah. Setelah itu dibungkus kecil-kecil memanjang dengan daun pisang dan dikukus.”

Teman-temannya bertepuk tangan. Suasana kelas menjadi seru. Terlebih saat Nabila bercerita sambil mempraktikkan cara pembuatannya.

“Selanjutnya ini adalah kerak telor. Kerja telor adalah makanan khas Betawi. Bahan utamanya adalah beras ketan, telur bebek, dan parutan kelapa yang disangrai. Cara membuatnya, yaitu dengan mencampur telur bebek yang telah dikocok beserta bumbu termasuk parutan kelapa yang sudah disangrai. Setelah itu goreng ketan masak dan taburkan campuran telur tadi. Kerak telor siap disantap,” kata Nabila.

Teman-teman Nabila semakin senang. Mereka bahagia ketika Nabila bercerita. Terlebih saat menutupnya dengan pantun.

“Burung Irian burung Cenderawasih,” kata Nabila.

“Cakeeppp!” balas teman-temannya.

“Cukup sekian dan terima kasih,” pungkas Nabila.

Tepuk tangan bergemuruh. Nabila pun kembali duduk. Dia bahagia meskipun tugasnya ternoda oleh minyak goreng.

mo

 

Tinggalkan Balasan