Menulis
Untuk apa?
Begitu tanyaku
Dulu sebelum memulai
Dulu sebelum mencintai
Bertanya tanpa ingin
Jawaban tak kunjung ditemukan
Sebab tanpa upaya mewujudkan
Menyimpan rapi memori sendiri
Dalam kotak bernama imajinasi
Dorongan tak pernah ada
Keinginan pun sama saja
Membiarkan semua pergi berlalu
Tanpa mengikat dalam kalbu
Menulis untuk apa?
Aku kembali bertanya
Pada rimba belantara
Aku terdiam
Mulut membisu
Kaku
Jemari
Enggan menari
Kata-kata sirna
Lenyap tanpa bekas
Musnah ditelan bias
Hancur dimamah waktu
Aku tak pernah kecewa
Pun rasa hendak menyesali
Membiarkan semua hilang sendiri
Begitu menulis bagiku dulu
Semasa merah putih seragamnya
Aku tulis lirik lagu
Dalam buku bersampul biru
Ketekunan pengisi kekosongan waktu
Setelahnya aku membisu
Terpaku dalam notasi
Membiarkan kata berlari
Selepas belia
Aku lupa
Sirna
Kata-kata
Bukan karib
Juga sahabat
Mereka pergi meninggalkan
Ah ternyata bukan!
Akulah yang duluan
Mencincang kata menjadi serpihan
Merobek aksara hingga berantakan
Membiarkan semua berlalu pergi
Menemukan tuan pemilik sejati
Begitulah sebuah awal mula
Ada enggan pun jenuh
Semua rasa membaur satu
Memulai tanpa ingin melanjutkan
Sebab tak tahu
Ada rasa dititipkan
Pada kata dituliskan
Seharusnya begitu
Nyatanya tidak
Ah!
Mataram, 20 Agustus 2021