4 Orang Berebut Surga
SUHARTO MTSN 5 JAKARTA
Hidup ini laksana perlombaan, siapa yang lebih menguasai kehidupan dialah yang menjadi pemenang. Dibutuhkan kecepatan, ketepatan, dan keahlian dalam meraih kemenangan tersebut. Orang akan berebut ketika yang dihidangkan kenikmatan hidup, tapi orang akan saling mendorong kedepan jika yang dihidangkan bukan kenikmatan.
Coba kita perhatikan, jika ada seruan untuk sedekah adakah yang berebut main dulu-duluan, andaikan ada mikir dahulu baru mengasih itupun nunggu yang lain, tetapi jika seruan mengambil sesuatu yang berharga, pasti tanpa pikir lagi, andaikan berpikir, pikiran nya takut kehabisan. Ya, begitulah kehidupan yang terjadi, tapi tidak semua seperti itu, masih banyak orang tidak seperti itu. Tentunya yang membedakannya dari tingkat keimanan dan keilmuan yang dimiliki.
Begitu juga kehidupan di akhirat, ada sebuah kisah yang terjadi pada penghuni surga yang berebut masuk surga. Siapakah mereka itu?…
Si haji mabrur,si mati Sahid, si tukang sedekah, dan si alim. Karena mereka berebut akhirnya dihadang oleh malaikat, lalu dipanggil satu-persatu.
“Kamu duluan, kenapa kamu mau masuk surga, adakah kamu punya tiket” tanya malaikat.
“Ane haji mabrur, siapa orang pergi haji dan mendapatkan predikat haji mabrur, maka Allah akan masukkan ke Surga” jawab haji mabrur.
“Dari mana kamu tahu bahwa haji mabrur itu masuk surga” tanya malaikat lagi.
“Dari orang a’lim,” jawab sihaji mabrur.
“Kamu itu songong sama orang a’lim, mau masuk duluan sementara orang a’lim belum masuk,” ucap malaikat.
Akhirnya sihaji mabrur mundur kebelakang.
Berikutnya mati Sahid,
“kenapa kamu masuk surga? Mana tiket kamu ?” Tanya malaikat.
“Lah, ini tiketku, ente ngga liat,nih lobang-lobang peluru ada di tubuhku, aku gugur dalam membela agama Allah, bukankah gugur membela agama itu disebut Sahid? Bukankah mati Sahid itu jaminannya surga?” Jawab di Sahid.
“Entar dulu, ane tanya dulu, ente tau mati Sahid masuk surga dari mana?” tanya malaikat lagi.
“Dari orang a’lim, emangnya kenapa, Kat?” Jawab Sahid.
“Ente ngga punya adab, mau nyelonong aje sementara orang a’lim ada bersamamu,” ucap malaikat.
“Iya, deh….maaf….ane belakangan,” ucap Sahid sambil mundur.
Berikutnya ahli sedekah, “aneh udah paham, biarkan guru ane yang masuk duluan saya belakangan,” ucap ahli sedekah.
Akhirnya orang a’lim yang dipersilahkan masuk duluan.
“Wahai orang a’lim, silahkan anda masuk,” seru malaikat.
“Tidak, jangan saya duluan, memang saya yang ngajari mereka, tetapi kalau tidak ada bantuan dari ahli sedekah tidak mungkin dakwah saya sampai ke umat, karena madrasah, masjid, musholla, majlis ta’lim dan lainnya mereka para ahli sedekah yang membangunnya, karena itu mereka yang pantas masuk duluan, biar saya belakangan,” ucap si a’lim.
Dari kisah di atas tentang amala-amalan yang menghantarkan pengamalnya mendapat jaminan masuk surga bisa kita jadikan pembelajaran dalam berselancar mengarungi samudera kehidupan ini.
Keimanan dan ilmu yang dimiliki seorang a’lim, tidak serta merta dia berbuat akan sesuatu, dengan ilmu dia mampu menempatkan diri dan tau diri. Sementara balasan orang yang senantiasa mengeluarkan sebagian rezekinya dijalan Allah, akan dibalas dengan balasan yang berlipat ganda.
Mari kita sisihkan rezeki kita untuk membantu saudara-saudara kita yang sedang membutuhkan, apalagi dalam kondisi sekarang ini, negeri kita sedang tertimpa musibah serangan virus Corona yang berimbas pada seluruh sektor kehidupan, terutama sektor ekonomi yang sedang lesuh.
Sedekah atau memberikan sesuatu yang kita miliki untuk membantu saudara-saudara yang sangat membutuhkan suatu perbuatan yang sangat terpuji di sisi Allah. Sedekah adalah suatu amalan yang sangat dicintai Allah dan dibenci manusia. maka itu, Allah sangat mengapresiasi sekali amalan ini. Sebagaimana yang tercantum dalam salah satu firmannya dalam kitab suci al-Qur’an.
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ ۗ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
Artinya;”Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah:261).
Demikian, Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang menafkahkan Sebagian harta yang dimiliki untuk orang-orang yang sangat membutuhkan. Maka itu, mari kita berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan selagi ada waktu dan kesempatan.