Guru Penadah
KMAC-16
Cing Ato
#KarenaMenulisAkuCeria
#AndaLabelGuruyangMana
Guru itu mulia karena tugasnya mencerdaskan para siswa dan menghantarkan para siswa menggapai cita-citanya.
Tanpa guru apa jadinya negeri ini. Berkat jasa guru negeri ini masih tegak berdiri. Label guru dahulu melekat kepada pemuka agama di kampung-kampung khususnya di Jakarta. Namun, di daerah lain masih dipakai, bahkan ditambah dengan kata “Tuan” jadi Tuan Guru. Contohnya, Tuan Guru Bajang, Tuan Guru Sekumpul, dan tuan-tuan guru lainnya. Ada juga yang menyebut dengan berbahasa Arab seperti Mualim/Ustaz.
Sosok guru pada saat itu orang yang mempunyai pengetahuan agama yang luas, sangat karismatik, dan menjadi panutan bagi masyarakat.
Kemudian bergeser kata guru lebih dominan dipakai untuk orang yang mengajar di lembaga pendidikan setingkat Taman kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas. Adapun selanjutnya bisa sebut Dosen. Namun, lucunya ketika dosen itu mempunyai kecakapan lebih dilabelkan guru besar bukan dosen besar.
Guru juga manusia, ada yang luar biasa dan terus meningkat prestise dan prestasinya. Ada juga yang rada malas, malas belajar maunya diberi dan menjadi penadah yang selalu menadahkan tangan untuk diberi.
Tidak semua guru mau belajar, terkadang kita dapatkan segelintir guru tidak mau mencoba atau berusaha untuk mandiri mengerjakan sesuatu yang sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang guru.
Sering didapati mereka seperti seorang penadah yang tidak mau usaha atau bekerja. Maunya instan tinggal copy paste. Tidak mau berpikir dan belajar untuk bisa.
Hampir semua administrasi pembelajaran hasil meminta dari guru-guru yang lain. Bahkan terkadang meminta soal dan kisi-kisinya. Kalau seperti ini terus dilakukan, sulit guru itu untuk bisa.
Padahal guru punya waktu banyak untuk belajar, hanya saja malas untuk berusaha belajar. Terus bagaimana agar kita terhindar dari label guru penadah.
Langkah-langkah untuk menghindari menjadi guru penadah.
Sebenarnya banyak cara untuk guru bisa mandiri dan bukan menjadi guru Penadah. Di antaranya, yaitu:
Pertama, ATM. Bagi guru yang memang kesulitan atau tidak punya waktu banyak tinggal terapkan sistim ATM, yaitu Amati, Telaah, dan Modifikasi. Tidak mengapa untuk copy paste tetapi jangan menjiplak semua. Amati sesuatu yang sedang kita butuhkan, setidaknya dari hasil mengamati ada wawasan yang kita dapatkan. Telaah, ini sifatnya lebih mendalam bukan hanya sekedar mengamati. Ia lebih rinci dan teliti. Setelah itu modifikasi, sehingga tidak terkesan menjiplak.
Kedua, belajar mencoba. Belajar mencoba membuat sendiri dengan banyak membaca buku atau melihat dari sumber lain seperti internet. Pelajari perlahan-lahan hingga yakin kita bisa. Jika kita mau mencoba, pasti kita bisa.
Ketiga, jangan malu untuk bertanya. Bertanyalah kepada rekan-rekan satu profesi yang kita anggap lebih. Jangan menunggu untuk diberi, tetapi datangilah orang yang kita ingin jadikan tempat bertanya. Jangan malu atau gengsi. Bertanya kepada rekan tidak akan membuat kita merasa rendah. Justru dengan bertanya kita menjadi luar biasa, karena mau belajar.
Demikian hindari menjadi guru penadah. Berusaha dengan sekuat tenaga untuk mencoba belajar, belajar, dan belajar.
- Cakung, 26 Februari 2023
Selalu keren tulisannya
Terima kasih bunda
Moga sy bukan deh Cing … Hiks hiks hikss …
Keren Cing