40. Guru Penyalah
KMAC YPTD ke-40
Cing Ato
#AndaLabelGuruyangMana?
#KarenaMenulisAkuCeria
Masihkah kita temukan guru-guru yang banyak menyalahkan para siswa, ketika mendapatkan hasil kurang memuaskan? Realita yang terjadi terkadang banyak guru menyalahkan para siswa tanpa melihat atau mengembalikan permasalahan itu kepada diri seorang guru.
Jarang sekali seorang guru merenung dan bertanya kepada dirinya sendiri. Kenapa para siswa hasil penilaian hariannya kurang memuaskan atau jauh dari ekspektasi? Lalu bagaimana mencari akar permasalahannya?
Suatu hari di sebuah sekolah terjadi percakapan di antara guru tentang tak satupun siswa yang mewakili sekolah itu lulus seleksi sekolah bergengsi. Biasanya setiap tahun ada satu atau dua siswa yang lulus seleksi. Namun, kali ini gagal semua. Padahal sekolah itu teratas dari sekolah yang ada di wilayah itu. Yang lebih lucunya ada sekolah yang di bawah sekolah itu bisa lulus.
Biasanya di WhatsApp sekolah ramai mengucapkan selamat atas prestasi para siswa. Namun, kali ini sepi diam seribu bahasa. Tidak ada kabar tentang lulus atau tidak lulus. Mungkin lagi bersedih sehingga tak sempat berujar.
Berapa guru pun kasak-kusuk rada kepo –kalau kata anak zaman milenial– untuk mengetahui kenapa tidak lulus? Banyak spekulasi dan praduga. Ada yang mengatakan siswa yang ikut standarnya rendah, ada juga yang mengatakan orang tua siswa kurang mendukung, dan ada juga pihak sekolah “tidak serius”, dan sejuta alasan lainnya.
Peristiwa di atas tentang lebih melihat ke luar tanpa melihat ke dalam bisa kita jadikan sebagai pembelajaran selaku guru. Memang masih ada kita temukan dewasa ini tipe guru semacam ini. Ketidakmampuan seorang guru untuk instrospeksi diri ketika ada permasalahan yang berkaitan dengan proses belajar mengajar. Lebih banyak menyalahkan yang ada di luar dirinya.
Terus bagaimana agar guru terhindar dari tipe guru penyalah. Baik penulis mencoba memaparkan. Pasti setiap sesuatu ada jalan keluarnya. Ada beberapa tip agar keluar dari guru penyalah. Di antaranya, yaitu:
1. Lihat ke dalam. Ketika ada permasalahan menyangkut hasil belajar. Guru harus instrospeksi diri ke dalam. Perolehan hasil ulangan sebagai barometer keberhasilan guru dalam proses belajar mengajar. Biasanya dalam pendidikan standar kebersihan proses belajar 75 % ke atas, di bawah itu dinyatakan belum berhasil.
Jika, hal ini terjadi. Guru harus merenung kembali dan memutar otaknya sambil mencari jalan keluar agar hasilnya lebih memuaskan.
Pada dasarnya setiap siswa punya potensi, hanya saja potensi itu belum keluar dan perlu bantuan orang lain untuk mengeluarkannya.
Jadi teringat seorang profesor Yohanes Surya yang meminta para siswa yang dianggap paling terbodoh atau tidak pernah naik kelas di daerah Papua. Profesor pun mendidiknya dengan metode pendekatan yang beliau miliki. Apa yang terjadi? Yang selama ini para siswa dilabel anak bodoh setelah ditangani oleh profesor para siswa potensinya melijit dan mendulang berprestasi yang cukup membanggakan. Bukan saja berprestasi tingkat nasional, bahkan tingkat internasional.
Benar kata pak Munif Chatib,”Tidak ada siswa yang tidak baik, hanya saja siswa itu belum menemukan guru yang baik dan metode yang terbaik.”
Suatu hari juga penulis melihat sebuah film tentang seorang pelatih yang dengan gigih melatih dan mensupport anak didiknya untuk merangkat di lapangan sambil menggendong temannya di punggungnya. Di pertengahan lapangan bola anak didiknya sudah merasa tidak kuat, tetapi pelatih tetap memberikan semangat sambil merangkat dan meneput-nepuk rumput di samping anak didiknya dengan ucapan,”Ayo, terus …terus…terus… Sedikit lagi.. semangat …kamu pasti bisa.” Ucapan itu diucapkan berulangkali sampai finish. Betul saja anak didiknya melampaui ekpektasi dan mampu sampai garis lapangan yang dituju. Sehingga teman-temannya takjub dan secara serentak mengikuti dari belakang sambil bertepuk tangan.
Keberhasilan seorang anak didik, karena suport pelatihnya yang tak henti-henti memberikan kepercayaan diri kepada-nya.
2. Jangan lihat keluar. Sering seorang guru lebih sering menyalahkan para siswa jika, hasil penilaian tidak memuaskan. Padahal tidak semua kesalahan ditujukan kepada para siswa. Bisa jadi kesalahan itu tertuju pada diri seorang guru. Sebaiknya guru harus bijak dalam hal ini, lebih melihat ke dalam diri daripada ke luar diri.
Persis seperti kejadian cerita di atas, ketika para siswa yang diutus tidak lulus, serta merta menyalahkan para siswa dan orang tua wali siswa dari pada guru dan sekolah itu.
Orang yang suka menyalahkan digambarkan seperti orang yang sedang menujuk orang lain. Satu jari telunjuk mengarah ke orang yang ditunjuk, sementara jari yang empat lagi mengarah kepadanya. Maka ketika guru belum berhasil dalam mengubah hasil perolehan para siswa, sebaiknya guru itu merenung dan berpikir apa yang salah pada diri guru. Apakah cara penyampaiannya yang salah, metode yang salah, atau kondisi siswa yang belum siap menerima pelajaran.
Demikian sekilas tentang guru penyalah. Guru yang lebih pandai melihat ke luar daripada melihat ke dalam. Semoga kita bukan tipe guru semacam ini. Aamiin
Cakung, 22 Maret 2023.