Terjebak di Ruang UKS
Ketika masa cuti telah habis dan harus masuk kerja, tidak boleh tidak penulis harus siap memenuhi kewajiban yang diemban. Dengan kondisi yang belum sempurna berusa untuk kerja. Sebab jika tidak, harus siap dipensiunkan dini.
Dengan sekuat tenaga berusaha untuk pulih, karena masih ada anak-anak yang perlu dibiayai pendidikannya. Dengan tidak mengurangi semangat diri berusaha untuk tampil maksimal dalam bekerja, walau harus menyiapkan alat-alat bantu.
Pada hari yang ditentukan penulis masuk dan berkantor ditempat yang sama di mana dahulu ketika sehat. Bingung tempat duduk dan meja penulis posisinya di pojok belakang dan harus melewati jalan di antara meja. Akhirnya penulis menempati meja depan untuk sementara. Dapat satu Minggu wakil bidang sarana datang menemui penulis, beliau menyarankan untuk menempati ruang UKS agar jika penulis lelah bisa istirahat dan juga ada toilet di dalam.
Penulis menyetujui saran wakil bidang sarana. Alhamdulillah, tempatnya bersih ada AC, kipas angin, dan meja untuk saya main laptop. Tempatnya sepi karena jarang dimasuki para siswa. Kebetulan penulis senang dengan tempat yang sedikit sepi sehingga penulis bisa konsentrasi untuk melakukan aktifas seperti menulis.
Pernah sekali-kali mengunjungi kantor guru, tapi kendalanya orang yang membantu penulis tidak bisa berlama-lama di kantor. Sehingga jika penulis butuh sesuatu harus minta teman untuk mencarinya. Mungkin sekali bisa, tapi kalau keseringan penulis tidak enak hati. Ya, sudah penulis balik lagi ke ruang UKS.
Kerja lebih banyak menyendiri di ruang UKS, keluar hanya jika ada jam mengajar. Setelah mengajar balik lagi. Waktu sehat memang lebih banyak di kantor main laptop. Membuat program, menulis, brosing internet, dan lain-lainnya.
Mudah-mudahan penyakit ini cepat berlalu dan bisa bergabung dengan teman-teman kerja di kantor.