Menulis Semudah Berbicara
Suharto
Penggiat literasi Madrasah
MTsN 5 Jakarta
Setiap orang hidup pasti bisa berbicara, baik masih kanak-kanak maupun dewasa, kecuali yang tuna wicara. Sebenarnya tuna wicara pun bisa bicara, hanya saja kesulitan dalam melafalkan huruf, sehingga kurang/tidak jelas.
Ketika berbicara ribuan kata terlontar dengan mudahnya, mengalir begitu saja. Dan orang yang diajak bicara pun paham dengan apa yang dibicarakan.
Misal, ketika penceramah memberikan materi kepada audiens, dengan mudahnya penceramah menyampaikan pesan-pesan. Intinya tersampaikannya pesan dan orang yang menerima paham terhadap apa yang disampaikan.
Begitu juga ketika berbicara kepada orang lain. Kata itu terlontar begitu saja. Antara orang yang berbicara dengan orang yang diajak bicara sama-sama paham apa yang sedang dibicarakan.
Lalu bagaimana dengan menulis? Apakah sama dengan bicara? Pada dasarnya sama, yaitu sama-sama menyampaikan pesan. Hanya saja berbicara itu disuarakan/dilafalkan, sementara menulis, ya ditulis.
Tulis saja seperti kita sedang menyampaikan pesan atau berbicara dengan teman. Gunakan bahasa yang kita bisa, tidak perlu terlalu muluk-muluk. Yang terpenting pesan itu tersampaikan dan orang yang membacanya paham.
Ya, memang si menulis sedikit berbeda dengan berbicara. Menulis lebih banyak memperhatikan dan menggunakan tanda baca daripada berbicara.
Bagi pemula yang terpenting menulis dahulu, menyusun kata menjadi sebuah kalimat. Singkirkan dahulu tanda baca, biarkan saja tidak perlu dipusingkan. Menulis, menulis, dan menulis terus. Pada saatnya nanti tulisan akan menjadi indah.
Anggap saja ketika kita sedang menulis seperti sedang berbicara dengan orang lain. Karena berbicara itu mudah dan mengalir begitu saja, begitu juga dengan menulis. Mudahkan!…
Salam literasi