KMAA-27. Menulislah tentang Kebaikan

Terbaru29 Dilihat

Menulislah Tentang Kebaikan

#Menepis Kesulitan Menulis

Menulis hak milik semua orang, apalagi menulis tentang kebaikan. Menulis kebaikan bukan milik orang yang sudah baik, siapa pun bisa menulis kebaikan.

Menulis kebaikan bukan berarti kita sudah baik , tapi setidaknya ketika kita menulis tentang kebaikan, kita sudah melakukan sebuah kebaikan.

Lihatlah apa yang ditulis, jangan melihat siapa yang menulis. Terkadang tulisan (nasehat) seorang penjahat lebih menghujam daripada tulisan (nasehat) orang yang baik. Ko, bisa begitu! Ya, karena dia telah mengalaminya daripada orang yang baik.

Maka itu, jika tulisan itu baik, ambillah walau yang menulisnya tidak baik atau belum baik. K.H Zainuddin MZ, pernah berkata dalam salah satu ceramahnya “Biar keluar dari dubur ayam, kalo telor, ambil. Biar keluar dari dubur kyai, kalo tai, kabur.” Begitu juga sebuah tulisan menyerukan tentang kebaikan ambil walau yang menulis belum baik, jika itu buruk jangan diambil walau itu tulisan dari orang yang dikatagorikan baik.

Ketika kita menulis tentang kebaikan, maka kita sudah menebarkan akan kebaikan, dan di sisi Tuhan ada balasannya. Sebaliknya ketika kita menulis tentang ketidakbaikan– hoax, nyinyir, mencaci, membuka aib, dan lainya yang semisal– maka, Tuhan tidak tinggal diam.

“Sampaikanlah dariku walau satu ayat,” sabda Rasulullah. Artinya sampaikanlah tentang kebaikan melalui ucapan atau tulisan walau satu ayat. Menyampaikan kebaikan merupakan sebuah keharusan atau kewajiban bagi setiap manusia. Nah, penulis akan menyampaikan kebaikan melalui tulisan-tulisannya.

Dengan tulisan-tulisan yang inspiratif mampu menggugah atau menyadarkan orang lain untuk merubah melakukan perbuatan-perbuatan baik.

Para ulama terdahulu, di samping mereka menyebarkan kebaikan melalui kata-kata, juga melalui tulisan-tulisan. Terbukti dengan karya-karyanya yang sangat menakjubkan, dan karya-karyanya sampai sekarang masih terpelihara dengan baik dan banyak dibaca orang dari berbagai generasi. Sampai Al-Qur’an dan hadits pun ditulis, kenapa karena tulisan tidak lekang dimakan zaman, tapi ucapan akan hilang seiring hilangnya orang yang mengucap.

Ya, memang terkadang ada saja yang mencibir orang yang dianggap tidak baik menulis sesuatu kebaikan. Tentunya bagi mereka yang berpikiran sempit, yang hidupnya hanya melihat kekurangan orang dari pada kelibihan orang.

Ingat, segemuk-gemuknya ikan pasti ada tulangnya dan sekurus-kurus ikan pasti ada dagingnya. Artinya seburuk-buruk manusia, pasti ada sisi positifnya. Maka itu, orang yang baik adalah orang yang selalu melihat orang lain dari sisi positifnya saja.

Demikian menulislah sesuatu yang baik walau satu kalimat. Jika kita tidak mampu menulis kebaikan lebih baik diam. Jangan menunggu baik, baru menulis tentang kebaikan. Menulis kebaikan bukan milik orang yang baik, tapi kepunyaan semua orang.

 

 

Tinggalkan Balasan