Menulis dari Apa yang dilihat
Suatu hari penulis mengikuti pelatihan menulis. Salah satu narasumbernya merupakan seorang editor surat kabar/ koran. Beliau langsung mempraktekkan bagaimana mengedit kalimat yang semula terkesan panjang, kemudian diedit menjadi sebuah kalimat yang pendek, tapi enak dibaca dan tidak mengurangi esensinya.
Pada kesempatan itu pula beliau mengajak peserta untuk menarasikan sebuah gambar yang diberikan. Peserta menulis sesuai dengan gaya masing-masing, lalu seterusnya dikumpulkan, hanya tiga tulisan yang terbaik diambil.
Melihat hal demikian, bahwa ide menulis bisa diambil dari hasil apa yang kita lihat. Alam sekitar kita semuanya bisa dijadikan obyek untuk menulis. Ketika kita tamasya ke pantai, maka kita bisa menarasikan pantai dari apa yang kita lihat di pantai, suasana, air laut, gelombang, pasir putih, perahu, nelayan dan pengunjungnya. Kemudian kita olah bahan-bahan itu menjadi sebuah tulisanĀ yang menggambarkan keindahan pantai.
Begitu juga ketika tamasya ke pegunungan, di sana kita bisa melihat gunung, pohon, hewan, ada yang sedang berkemah, ada pengunjung. Kemudian kita kaitkan satu dengan lainnya menjadi satu kesatuan yang utuh dan saling mendukung, sehingga jadilah sebuah tulisan yang menggambarkan tentang keindahan pegunungan.
Artinya semua apa yang kita lihat bisa dikemas menjadi sebuah tulisan. Jadi ide-ide menulis itu sangat banyak, tinggal kita mengolahnya menjadi sebuah tulisan. Jadi tidak ada alasan kesulitan dalam mencari ide dalam menulis.
Selanjutnya agar tulisan kita ada ruhnya, sisipkan pendapat para pakar dan bisa juga diperkaya dengan sentuhan keagamaan. Hingga bukan saja kita menulis tentang keindahan alam, tapi kita juga menulis tentang keagungan dan kebesaran yang menciptakan keindahan alam ini.