‘Multitasking’ saya yakin istilah tersebut sudah tak asing lagi terdengar di telinga kita. Menyebut kata multitasking, biasanya orang lebih terfokus pada gadget, seperti smartphone, laptop dan semacamnya.
Karena memang benda tersebut memiliki kemampuan multitasking, pastinya lebih memudahkan kita untuk melakukan sesuatu, dimana dalam waktu yang bersamaan dapat menjalankan aktivitas ganda meskipun ada perbedaan diantara keduanya.
Kemampuan multitasking bergantung pada dua hal. Yaitu kapasitas RAM dan sistem pada smartphone atau laptop itu sendiri.
Smartphone dengan RAM berkapasitas besar tentu saja punya potensi untuk melakukan multitasking dengan lebih lancar.
Sebab semakin besar kapasitas RAM, maka smartphone akan bisa menjalankan lebih banyak apps secara bersamaan.
RAM atau Random Access Memory merupakan hardware yang terdapat di dalam perangkat gadget seperti komputer, laptop, dan smartphone. RAM ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan data sementara dan hanya bekerja saat perangkat tersebut hidup atau beroperasi.
Secara harfiah, multitasking artinya menjalankan tugas ganda, atau menjalankan lebih dari satu aktivitas dalam waktu yang sama.
Menyoal multitasking atau peran ganda, ketahuilah tak hanya dimiliki gadget, namun seorang ibu, ibu kita, ibumu, punya multitasking bahkan tidak bisa kamu samakan dengan benda tersebut.
Tak mengada-ada rasanya jika saya mengatakan ‘Tidak ada satu pun ibu yang tidak memiliki multitasking’. Sebab mereka melakukan banyak pekerjaan secara bersamaan.
Misal, seorang ibu rumah tangga, tidak hanya mengerjakan pekerjaan rumah saja, tetapi juga mengurus anak-anaknya, bahkan pekerjaan lainnya tak terkecuali ibu kantoran.
Melihat seorang ibu yang multitasking, konon mereka cenderung akan mudah pikun atau pelupa karena tidak fokus akan sesuatu hal tersebut, maka ketika teringat sesuatu, itu harus langsung dikerjakan agar tidak lupa.
Menyikapi hal tersebut, maka penting untuknya melakukan sesuatu agar memori seorang ibu tetap terjaga dan terpelihara, setidaknya dapat membantu merefleksikan kembali momen yang telah berlalu dengan cara mengabadikan momen penting dengan bidikan kamera, kelak suatu saat ketika melupakan sebuah momen, tunjukkan foto dari hasil bidikan kameramu, maka mereka akan kembali mengingat setiap momen penting itu.
Saya jadi teringat kala saya mengunjungi kampung halaman ibu saya di Ciamis, Jawa Barat beberapa waktu lalu, seperti yang sudah saya tuliskan di artikel saya sebelumnya.
Layaknya berkunjung dengan orang-orang tercinta, apalagi sudah lama kejadian itu tidak terjadi, saling bercerita, bergurau, melepas rindu, menjadi bagian dari sebuah pertemuan.
Di tengah obrolan, tetiba bibi saya (sudah seperti ibu bagi saya) bertanya kepada saya, “Apakah semasa kecil, saya pernah dibawa ibu saya ke Ciamis?”
Rupanya beliau melupakan banyak momen, dan iya kala sebuah foto menjadi bukti, dimana foto masa kecil saya ada disana, sontak itu mengingatkan banyak hal, sebuah foto membantu memori mengingatkan yang sudah terlupakan.
Artinya saat melihat sebuah foto dari setiap momen, emosi kembali naik dalam arti kata, foto dapat merangsang daya ingat menjadi tidak pelupa, seperti yang terjadi dengan bibi saya.
Salam Literasi ✍️
Karena Menulis Aku Ada
Sukma