Masih ingat dengan film Tjoet Nja Dhien? Apakah ada diantara kamu masih ada yang belum menontonnya?
Film tersebut adalah sebuah epos sejarah kepahlawanan Indonesia, dimana Tjoet Nja’Dhien sendiri diperankan oleh Christine Hakim, Piet Burnama sebagai Panglima Laot, Slamet Rahardjo sebagai Teuku Umar dan Rudy Wowor sebagai tokoh pendukung.
Film tersebut berhasil memenangkan 8 Piala Citra salah satunya sebagai Film Terbaik tahun 1988 dalam Festival Film Indonesia 1988. Juga menjadi film Indonesia pertama yang pernah ditayangkan di Festival Film Cannes tahun 1989.
Sinopsis Film Tjoet Nja’ Dhien, tentunya masih terngiang di ingatan bagi yang sudah menontonnya atau mempelajari sejarahnya yaitu tidak hanya berkisah tentang perjuangan seorang wanita Aceh bernama Tjoet Nja’ Dhien yang melawan penjajahan tentara Belanda tanpa kenal lelah dan tak mudah menyerah meskipun sudah dalam kondisi kurang sehat.
Namun juga bercerita bagaimana perjuangan pahlawan wanita Indonesia dalam menentukan strategi sehingga menimbulkan kekalutan tentara Belanda menghadapi rakyat Aceh kala itu.
Perlawanan rakyat Aceh terhadap Belanda saat itu pun menjadi perang terpanjang dalam sejarah penjajahan Belanda.
Nah, setelah 33 tahun, Film Tjoet Nja Dhien yang disutradarai oleh Eros Djarot tahun 1988, kembali tayang di bioskop Indonesia dalam versi yang lebih jernih usai direstorasi.
Penekanan film yang sekarang bukan pada sejarah hidup TND sendiri, tetapi justru pada kekalahan-kekalahan yang dialami akibat penghianatan-penghianatan yang dilakukan oleh orang kita sendiri, dengan tayang durasinya menjadi 1.5 jam dari aslinya 3 jam.
Saya bersama teman-teman, nonton bareng film tersebut beberapa waktu lalu di Botani XXI Bogor, atas prakarsa Christine Hakim sendiri sebagai tokoh utama Film Tjoet Nja Dhien, artinya Christine Hakim memberikan kami beberapa tiket untuk kembali menontonya, agar kita tidak pernah melupakan sejarah.
Terlebih film tersebut menjadi pelajaran penting untuk bangsa Indonesia, agar tidak lagi mentolerir adanya pengkhianatan yang bertujuan untuk memecah belah dan menghancurkan bangsa.
Saya menjadi salah seorang yang beruntung, karena baru pertama itu menyaksikan film tersebut. Jika pun saya pernah mendengarnya adalah dari sejarah. Maka saya pun mengabadikan kebersamaan bersama teman-teman dalam menonton film Tjoet Nja Dhien yang sudah direstorasi.
Salam Literasi ✍️
Karena Menulis Aku Ada
Sukma