Mengabadikan Keindahan Pulau Cipir Yang Sarat Misteri
Adakah diantara kamu yang belum pernah berwisata ke Pulau Cipir?
Bagi yang belum pernah, sekilas saya akan cerita tentang perjalanan wisata saya ke Pulau Cipir yang indah namun sarat misteri, itu penilain saya tentang pulau tersebut.
Perjalalan menuju Pulau Cipir tidak memakan waktu lama hanya ditempuh sekitar 30 menit dengan menggunakan perahu dari Dermaga
Muara Kamal, Jakarta Utara atau menggunakan perahu motor dari rute Pantai Marina Ancol.
Saya bersama Kakak Muthiah, penulis senior, mantan wartawan, dan bos dibeberapa komunitas, begitu kami tiba di Pulau Cipir, mata langsung tertuju pada tulisan “Taman Arkeologi Onrust Pulau Cipir” yang terpampang tepat di pintu masuk Pulau Cipir.
Konon Pulau Cipir sebelum menjadi salah satu lokasi wisata sejarah seperti sekarang, sempat menjadi Benteng pertahanan Kolonial Belanda di jamannya.
Di Pulau Cipir selain kita dapat melihat keindahan alam, juga dapat menikmati keindahan laut sesambil berenang, bagi yang hendak berenang atau bermain wahana air seperti
banana boat, main jet ski dan permainan lainnya.
Namun ada yang membuat bulu kuduk saya berdiri kala saya mengitari area pulau tersebut, begitu saya melihat banyak pepohonan besar juga bekas bangunan tua hampir sekitar 80 persen kerusakannya dan tetap dibiarkan seperti itu dengan alasan tertentu. Agak misterius memang.
Lebih misterius lagi kala saya waktu itu hendak pindah posisi dari satu tempat ke tempat lain, tetiba saya terjatuh seperti ada yang menarik kaki saya, sepertinya supaya saya tidak beranjak dari area itu, entahlah…
Puji Tuhan, saya baik-baik saja.
Namun rasa takut saya semakin menjadi-jadi manakala mengetahui bangunan-bangunan tesebut ternyata bekas rumah sakit peninggalan Belanda. Pantas saja…. (Bisik saya dalam hati). Karena saya agak takut jika mendengar kata rumah sakit, apalagi melihat bangunan rumah sakit yang tidak lagi digunakan dan terbengkalai seperti yang terlihat di pulau itu.
Tidak sampai disitu, di pulau Cipir ada mata air tawar dan jernih, agak aneh memang karena dibandingkan di pulau lain yang saling berdekatan air tawar tidak ditemukan hanya air laut saja.
Sejarahnya Pulau Cipir memang lahan bekas rumah sakit yang menangani perawatan dan krantina khusus penyakit menular bagi para jemaah haji pada
tahun 1911-1933. Dimana para jamaah seluruh Indonesia yang hendak naik haji dipusatkan dulu di tempat tersebut gunanya untuk menjalani pemeriksaan kesehatan dan apabila ada yang sakit akan dirawat terlebih dulu, jika sudah dinyatakan dalam kondisi sehat baru boleh diberangkatkan.
Dan jaman itu, terdapat banyak pasien karantina haji yang sakit, akhirnya disuntik mati di pulau tersebut dengan berbagai pertimbangan. Bahkan usai menunaikan ibadah haji, para jamaah kembali dikarantina guna melakukan pemeriksaan memastikan apakah kondisi baik-baik saja.
Selain itu, disaat bersamaan ada kekhawatiran Belanda terhadap gerakan Pan Islamisme yang berkembang di Arab Saudi, dimana orang yang sudah bergelar haji cenderung akan menentang atau memberontak melawan Belanda, dan kekhawatiran Belanda pun terbukti.
Selama perang kemerdekaan Indonesia, banyak warga Indonesia yang bergelar haji melakukan perlawanan terhadap Belanda. Saat itu gelar haji menjadi sesuatu yang dibanggakan oleh pemakainya, namun kenyataannya jika dinilai dari sejarah itu tidak terlalu perlu.
Gelar haji konon artinya baik karena telah melakukan ibadah dan cenderung disegani banyak orang, namun pada jaman kolonial Belanda, Belanda sendirilah yang memberi gelar haji tersebut, jika sudah lulus dalam karantina maka gelar haji itupun disematkan dan gelar haji hanya ada di Indonesia.
Setelah hengkangnya Belanda dari Pulau Cipir, yang dulunya Pulau ini juga disebut Pulau Kuyper’s Island atau pulau kayangan, membuat pulau ini tidak terurus.
Tetapi pada masa orde baru kembali digunakan menjadi tempat karantina bagi penderita TBC dan Kusta, namun ditempatkan ke tempat ini bukan untuk penyembuhan tetapi sengaja diungsikan agar tidak menular.
Pulau Cipir yang sudah termasuk dalam wilayah administratif kelurahan Pulau Untung Jawa Kecamatan Kepulauan Seribu Provinsi DKI Jakarta ini, meskipun kedengaran misterius, namun tidak membuat cemas dan gentar para wisatawan datang ke tempat tersebut untuk menimati keindahan pulau Cipir.
Tak sekedar menikmati keindahan sekitar, juga dimanfaat untuk memancing bagi penyuka memancing, pepotoan mengabadikan keindahannya sudah pasti, bahkan info yang saya dapat, tak jarang dipakai pasangan sejoli yang hendak married untuk lokasi mengambil foto prewedding.
Nah bagi kamu-kamu yang penasaran atau mungkin ingin mengabadikan foto bersama orang terkasih, bagaimana menurutmu saudaraku Fredy? boleh tuh di pantai Cipir, karena indah, misterius tapi juga artistik dan tinggi nilai seni.
Salam Literasi ✍️
Karena Menulis Aku Ada
Sukma
Alhamdulillah Puji Tuhan, akhirnya bisa posting, tetapi mengapa jadi berantakan gitu, jarak alinea hilang. Hikhik