Maafkan Mama Nak
Anak adalah harapan, tabungan kita kelak di akhirat. Jangan sampai lewatkan masa emas bersamanya. Satu bentakan membuat beribu sel saraf mereka rusak. Lelah capek yang kita rasa kadang hilang seketika saat melihat mereka namun tak jarang juga saat kita sampai rumah anak-anak bikin ulah yang kadang membuat kita marah. Untuk menjaga hal itu maka kita harus tau dan memahami apa sebenarnya keinginan mereka yang tidak sempat terucap.
“Dik Arkan, Dik Arkan … apa-apan ini? kamu buat makanna apa?” Panggilku dengan nada tinggi.
Taka da jawaban dari Arkan. Aku cari dia kesana kemari ternyata baru asik dengan mainanya.
“Ya Allah sayang, kamu di sini? Kok ga dengar Mama memanggilmu.” kataku.
“Maaf, Ma.” Ucapnya.
“Tadi Dik Arkan Buat apa di dapur?” Tanyaku.
“Itu aku bikin kue Maa, biar Mama pulang Mama ga capek bikin makanan.” Jawabnya polos.
Sedikit jengkel melihat suasana dapur yang berantakan. Maklum saat pulang kerja aku terasa begitu capek. Melihat keadaan dapur berantakan aku makin tambah capek.
Segera aku beresi. Tanpa sepatah katapun keluar dari mulutku. Sementara anakku melihat apa yang aku kerjakan. Ia langsung membantu beres-beres dapur.
“Mama marah ya, Ma?.Pertanyaannya membuyarkan fokus ku dalam membereskan peralatan dapur.
“Ga, kenapa harus marah, Cuma Mama minta jika Adek Arkan memasak sesuatu atau bikin makanan apapun, peralatan segera di bereskan ya,”pintaku.
Arkan tak menjawab, sepertinya ia merasa bersalah. Aku tetap diam dan selesaikan kerjaanku. Waktu hampir menjelang maghrib aku segera mandi. Tak aku perintah Adek Arkan sudah mandi dan siap untuk ke mushola. Padahal biasanya aku selalu memintanya berhenti bermain dan segera mandi. Apa karena sikapku yang buatnya seperti itu. Entahlah. Yang jelas hari itu aku benar-benar capek.
Arkan anakku memang suka hal baru. Terutama dalam hal memasak. Wa;lau seorang laki-laki entah kenapa dia suka sekali di dapaur. Memang pernah aku jumpai dia menonton televisi acara mister chef. Mungkin dari sana muncul ide untuk dia berkreasi memasak sesuatu. DI usianya yang masih 8 tahun namun dia sudah pandai memasak. Goreng telurbikin nasi goreng utu hal yang biasa dia laukan. Apalagi saat daring ini banyak waktu di rumah yang dia habiskan.
Selepas makan malam dan juga mengaji Bersama Ayahnya tak biasanya dia langsung ke kamar. Aku dengan seabrek tugasku belum bisa bersaminya belajar. Saat Dia Bersama Ayahnya akupun asik melanjutkan tugasku yang belum juga kelar. Asik di depan laptop hingga ku sadari aku meninggalkan waktu yang seharusnya aku berikan untuk anakku.
Akupun sadar dan segera mematikan laptop. Aku lihat Adik Arkan di kamarnya. Dan ternyata dia sudah tertidur. Kulihat wajah polosnya, kuelus kepalanya.
“Nak, maafkan Mama ya, mamahanya egois. Tak seharusnya Mama perlakukan kamu seperti sore tadi. Maafkan Mama sayang.” Isakku. Tak terasa butiran bening menitis di sudut mataku.
Akhir-akhir ini selain tugasku di sekolah aku bnayak mengikuti diklat dan webinar yang membuatku terlihat begitu sangat sibuk. Sampai hal yang tak seharusnya akulakukan pun aku lakukan untuk anakku. Kulihat pencil yang masih di pegang anakku dan menempel di atas buku tulisnya. Aku ambil dan kulihat coretan dalam bukunya.
Ma, biarkan aku mencoba, lalu beritahu aku apabila salah. Mama jangan diam saja. aku tak mau melihat Mama hanya diam. Aku sayang Mama.
Deg, jantungku berdetak membaca tulisan anakku. Apa yang telah aku lakukan telah buatnya memikirkan diriku terlalu dalam. Ya Allah ya Rabbi… maafkan hamab. Aku peluk dia dan sepertinya ia sudah terlelap. Aku kecup keningnya dan ku bisikkan kata maaf seraya berdoa untuk kesuksesan dan kebahagiaan anakku. Aku janji tak akan aku ulangi lagi. Aku harus bisa buat anakku nyaman.
#KarenaMenulisAkuAda
#Day28KMAAYPTDChallenge
Gunungkidul, 20 September 2021