Sebagai manusia pasti akan berkumpul dalam habitat yang homogen. Bila kita memiliki hobi tarik suara, hampir dipastikan dekat dengan komunitas yang gemar musik. Demikian pula halnya dengan yang memiliki kegemaran menulis, pastilah akan berada dalam komunitas literasi.
Saat muda aktif sebagai penulis di bidang teknologi dengan menerbitkan beberapa buku bergenre teknologi informasi dibawah bendera Elex Media Komputindo (Kompas Gramedia), maka akhirnya pada 2009 saya menemukan oase literasi di komunitas blog keroyokan Kompasiana. Meski awalnya, namanya agak menyakitkan ‘Go Blog’ yang artinya mulai menulis blog bukan bodoh.
Pada komunitas Kompasiana ini, saya bertemu dengan banyak teman baru, bahkan ada yang lebih senior seperti Opa Tjip dan Oma Rose yang kini berdomisili di Australia setelah berjibaku dengan liku-liku kehidupan dari semua tingkatan. Dan tentunya yang muda dan tergolong millenial lebih banyak yang ternyata makin membuat semangat menulis kita terus membuncah.
Dari sekian banyak nama, adalah nama Thamrin Dahlan yang mengemuka. Meski kami berasal dari latar belakang berbeda, kami cepat akrab di komunitas baru ini, saling berdiskusi dan mendukung setiap upaya memajukan dunia literasi, khususnya dalam penulisan buku, penulisan artikel dan menerbitkan buku.
Hampir setiap bertemu dalam kopi darat pada acara yang diadakan oleh Kompasiana, kami selalu mendiskusikan penulisan buku. Entah rencana menerbitkan sebuah buku solo dan antologi, yang ditulis secara bersama dengan Kompasianer lainnya.
Justru Thamrin Dahlan mewujudkan tekadnya untuk mendirikan penerbitan pada saat masa pandemi sedang melanda dunia. Thamrin Dahlan yang telah menyelesaikan dinas dinas aktif di Kepolisian, dengan jejaringnya yang kuat berhasil dan nekat memproklamirkan sebuah Yayasan Penerbit, yang dikenal dengan nama YPTD (Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan) yang diresmikan saat pandemi sedang marak.
“Mau tunggu kapan lagi?” Justru pada saat orang lain sedang terpuruk oleh kasus PHK, YPTD berkibar dengan menerbitkan buku ber ISBN Perpusnas secara gratis. Hal ini adalah terobosan baru, mengingat jejaring Thamrin Dahlan yang luas yang bersedia menjadi sponsor, meski sekarang terpaksa tidak semuanya gratis agar program ini dapat eksis.
Keterlibatan saya dengan Thamrin Dahlan dimulai saat Dewi Puspa meminta saya menjadi penyunting buku kuliner nusantara yang dikerjakan oleh KPK (Komunitas Penggila Kuliner), sekaligus dua buku. Rencana buku diterbitkan oleh YPTD karena hasil cetak dan pengurusan ISBN dari Perpusnas gratis, setelah selesai bahkan sempat diadakan bedah buku secara virtual.
Kemudian dilanjutkan dengan menyunting dua buku tentang film perjuangan dan skenario kumpulan film pendek gagasan komunitas KOMIK.
Dengan YPTD, saya juga pernah menerbitkan beberapa buku solo, diantaranya buku tentang wisata virtual yang sedang marak saat musim pandemi.
Jauh sebelum kerjasama dibidang literasi, saya sudah lama cukup mengenal Thamrin Dahlan yang sangat suka santapan Padang, ayo ngaku yang pernah diajak makan bersama oleh Thamrin Dahlan.
Meski Thamrin Dahlan adalah mantan pejabat menengah, tetapi sikapnya tetap sederhana dan tidak sombong. Di wajahnya senantasa tersungging senyum.
Saya sangat salut atas kejujuran Thamrin Dahlan saat dipilih Presiden Joko Widodo sebagai salah satu wakil Kompasiana saat memberi sambutan dan kesan saat makan siang di Istana Negara, Thamrin Dahlan mengakui blak-blakan bahwa dia pendukung Prabowo Soebianto. Dari sinilah kita melihat tabiat Thamrin Dahlan yang bersih dan tidak munafik. Thamrin Dahlan tetap warga negara Republik Indonesia yang setia pada NKRI. Meski tidak selalu sepaham dengan Pemerintah.
Beruntunglah dunia literasi Indonesia dengan adanya sosok Thamrin Dahlan ini. Meski hanya mengantongi gelar Master, namun puluhan buku yang telah dihasilkan membuktikan Thamrin Dahlan sudah pantas bergelar Profesor. Tanggal 23 Juni 2022 adalah hari ulang tahun ke 70 bagi Thamrin Dahlan. Selamat ulang tahun, selalu sehat dan sukses selalu. Salam -salaman.
selamat ulang tahun pak haji thamrin dahlan, semoga tetap menginspirasi indonesia di usia 70 tahun.
Thamrin Dahlan sosok yang patut jadi tauladan dalam berliterasi. Ayahanda Thamrin adalah Bapak literasi .