Oleh: Syaiful W. HARAHAP
“17 Ciri HIV AIDS yang Jarang Disadari, Salah Satunya Sering Sariawan” (merdeka.com, 31/3-2022) Judul berita ini menyesatkan!
Pertama, tidak ada ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala yang khas HIV/AIDS,
Kedua, kalaupun ada ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala yang bisa dikaitkan dengan HIV/AIDS tidak otomatis terkait dengan infeksi HIV/AIDS, dan
Ketiga, orang-orang yang perilaku seksualnya berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, tapi tidak ada ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala tentu orang itu merasa aman.
Padahal, infeksi HIV/AIDS tidak otomatis menunjukkan ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala serta keluhan kesehatan yang (bisa) dikaitkan dengan infeksi HIV/AIDS.
Ada atau tidak ada ciri-ciri, tanda-tanda atau gejala-gejala yang terkait dengan HIV/AIDS tidak otomatis membuat seseorang dengan perilaku seksual yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS aman dari penularan HIV/AIDS.
Perilaku seksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, yaitu:
(1) laki-laki atau perempuan dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti,
(2) laki-laki dewasa yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan seorang perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK).
Perlu diketahui bahwa PSK ada dua tipe, yakni:
(a). PSK langsung yaitu PSK yang kasat mata, seperti yang mangkal di tempat pelacuran (dulu disebut lokalisasi atau lokres pelacuran) atau mejeng di tempat-tempat umum, dan
(b). PSK tidak langsung yaitu PSK yang tidak kasat mata. Mereka ini ‘menyamar’ sebagai anak sekolah, mahasiswi, cewek pemijat, cewek pemandu lagu, ibu-ibu, cewek (model dan artis) prostitusi online, dll. Dalam prakteknya mereka ini sama dengan PSK langsung sehingga berisiko tertular HIV/AIDS.
(3) Pernah menerima transfusi darah yang tidak diskrining HIV/AIDS,
(4) Pernah atau sering memakai jarum suntik dan tabungnya secara bergiliran dan bergantian, terutama pada penyalahgunaan Narkoba, dan
(5) Pernah atau sering menyusu pada perempuan pengidap HIV/AIDS.
Maka, kalaupun ada 17 ciri-ciri yang disebutkan sekaligus pada seseorang, maka ciri-ciri itu sama sekali tidak terkait dengan infeksi HIV/AIDS jika yang bersangkutan tidak pernah melakukan perilaku-perilaku berisiko di atas.
Sebaliknya, tanpa ciri-ciri pun bisa saja seseorang dengan perilaku berisiko di atas sudah tertular HIV/AIDS. Maka, setiap orang yang pernah atau sering melakukan salah satu atau beberapa perilaku berisiko sebaiknya menjalani tes HIV secara sukarela di Puskesmas atau rumah sakit pemerintah terdekat.
“Ngeri kali” berita ini karena 17 ciri-ciri yang disebut terkait dengan HIV/AIDS bisa dialami, bahkan berulang kali, setiap orang tanpa melalui salah satu atau beberapa perilaku berisiko tinggi tertular HIV/AIDS.
Ada baiknya wartawan dan redaktur lebih arif dan bijaksana menulis berita HIV/AIDS, janganlah terpaku pada pandangan berita yang sensasional dan bombastis karena bisa hanya ‘omong kosong.’ (Sumber: kompasiana.com/infokespro). *