KMAB40
Seseorang dengan gejala-gejala yang dikaitkan dengan HIV/AIDS tidak otomatis orang tersebut terinfeksi HIV/AIDS jika tidak pernah lakukan perilaku seksual dan nonseksual berisiko
Oleh: Syaiful W. Harahap
“9 Gejala HIV pada Wanita yang Baik Diwaspadai.” Ini judul berita di kompas.com, 28/3-2021.
Judul berita ini kian tidak bermakna ketika dikaitkan dengan leadnya: Gejala awal penyakit HIV mungkin saja terasa ringan dan mudah hilang.
Berita ini sama sekali tidak memberikan pencerahan kepada masyarakat tentang HIV/AIDS sebagai fakta medis karena ada dua hal yang tidak akurat, yaitu:
Pertama, tidak ada gejala, tanda atau ciri pada fisik dan keluhan kesehatan yang otomatis tekait dengan infeksi HIV/AIDS karena gejala, tanda atau ciri pada fisik dan keluhan kesehatan bisa juga karena penyakit atau infeksi lain, dan
Kedua, HIV bukan penyakit tapi virus yaitu Human Immunodeficiency Virus yang jadi penyebab (kodisi) AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome — cacat kekebalan tubuh dapatan).
Berita kompas.com ini menunjukan pemahaman yang sangat rendah terhadap HIV/AIDS sebagai fakta medis.
Baca juga: Menggugat Peran Pers Nasional dalam Penanggulangan AIDS di Indonesia
Ada lagi pernyataan yang sangat keliru: Itulah salah satu dari banyak alasan mengapa penting bagi orang-orang untuk dapat mengetahui status HIV mereka. Maksud pernyataan ini karena ‘gejala awal penyakit HIV mungkin saja terasa ringan dan mudah hilang.’
Tapi, pernyataan ‘mengapa penting bagi orang-orang untuk dapat mengetahui status HIV’ sama sekali tidak beralasan kalau dikaitkan dengan ‘gejala awal penyakit HIV mungkin saja terasa ringan dan mudah hilang.’
Soalnya, biar pun tidak ada gejala, tanda atau ciri pada fisik dan keluhan kesehatan tidak jadi jaminan seseorang tidak mengidap HIV/AIDS.
Gejala, tanda atau ciri pada fisik dan keluhan kesehatan yang terkait dengan infeksi HIV/AIDS secara statistik baru muncul antara 5 — 15 tahun setelah tertular HIV.
Jika seseorang yang terdeteksi positif HIV gejala, tanda atau ciri pada fisik dan keluhan kesehatan juga bisa tidak muncul jika meminum obat antiretroviral (ARV) sesuai dengan resep dokter.
Baca juga: Informasi Ciri HIV/AIDS yang Menyesatkan dan Bikin Masyarakat Panik
Berita ini menggiring opini publik bahwa kalau tidak ada gejala, tanda atau ciri pada fisik dan keluhan kesehatan maka tidak ada infeksi HIV. Ini keliru dan menyesatkan.
Menyebut Sembilan gejala itu pun menyesatkan dan bikini panik perempuan karena sembilan gejala itu sangat mungkin terjadi pada perempuan yang tidak tertular HIV/AIDS.
Ada satu hal yang diabaikan dalam berita ini sehingga menyesatkan yaitu gejala, tanda atau ciri pada fisik dan keluhan kesehatan bisa dikaitkan dengan infeksi HIV/AIDS kalau orang, dalam hal ini perempuan, yang mengalami salah satu atau beberapa gejala, tanda atau ciri pada fisik dan keluhan kesehatan pernah atau sering melakukan perilaku berisiko tinggi tertular HIV/AIDS.
Jika seseorang mengalami satu atau beberapa dari sembilan gejala, tanda atau ciri pada fisik dan keluhan kesehatan yang disebutkan dalam berita ini tidak pernah melakukan perilaku berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, maka sembilan gejala, tanda atau ciri pada fisik dan keluhan kesehatan sama sekali tidak terkait dengan infeksi HIV/AIDS.
Perilaku-perilaku berisiko tertular HIV/AIDS, antara lain:
(1) Pernah atau sering melakukan hubungan seksual tanpa kondom, di dalam dan di luar nikah, dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan seseorang yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial (PSK) baik PSK langsung maupun PSK tidak langsung (cewek prostitusi online, dll.),
(2) Pernah atau sering memakai jarum suntik secara bersama-sama dengan bergantian pada penyalahagunaan narkoba dengan jarum suntik, dan
(3) Pernah menerima transfusi darah yang tidak diskrining HIV/AIDS.
Jika seseorang mengalami salah satu atau beberapa dari “9 Gejala HIV pada Wanita ….”, seperti yang disebut kompas.com, tapi tidak pernah melakukan salah satu atau ketiga perilaku di atas, maka “9 Gejala HIV pada Wanita ….” sama sekali tidak terkait dengan HIV/AIDS. Ini fakta medis.
Sudah saatnya media lebih arif dalam memberitakan HIV/AIDS agar masyarakat tidak bingung dan panik serta tidak menyuburkan mitos (anggapan yang salah) terhadap HIV/AIDS. (Sumber: Kompasiana, 6/4-2021). *