Gagas RI untuk Mendapat Jawaban atas Tantangan Indonesia Menghadapi Perubahan Global

Humaniora0 Dilihat

Jelang pemilihan umum (Pemilu) dan pemilihan presiden (Pilpres) serentak pada 14 Februari 2023 saatnya bagi calon anggota legislatif (Caleg) dan pasangan calon presiden/calon wakil presiden (Capres/Cawapres) untuk membekali diri dengan visi masa depan menghadapi tantangan global untuk kemajuan Indonesia.

Untuk itulah KG Media melalui Kompas TV menjalankan program Gagas RI yang merupakan acara untuk memperoleh jawaban atas tantangan global yang dihadapi Indonesia. Gagas RI menghadirkan pakar dan tokoh di bidangnya. Sudah dijalankan empat episode.

Episode 4 menghadirkan Dr Dino Patti Djalal, MA – Founder FPCI (Foreign Policy Community of Indonesia) yang juga mantan wakil menlu, jubir presiden, dan Dubes di AS sebagai pembicara pada 31 Juli 2023 malam di Studio 1 Kompas TV, Jakarta.

Dalam paparannya Dr Dino mengingatkan agar kita tidak terpaku pada sumber daya alam karena sudah terbukti Singapura tanpa sumber daya alam bisa jadi negara maju.

Dalam konteks itu yang perlu diperhatikan adalah: membaca (situasi) zaman kemudian menyiasati zaman dan merancang visi untuk kemajuan bangsa.

Thailand membuktikan diri bisa terhindar dari penjajahan bangsa Eropa karena bisa membaca zaman dan menyiasati zaman. Sementara Indonesia jadi sasaran kolonialisme selama 350 tahun.

Selain tiga hal itu, Dr Dino juga mengingatkan tentang merit system yaitu manajemen, dalam hal ini pemerintahan, harus berpijak murni pada kompetensi bukan politik transaksi. Dalam tanggapannya sebagai moderator, Sukidi, mengatakan bahwa PM Singapura, Lee Kwan Yew, yang berkuasa dari tahun 1959-1990 menjalankan merit system yang akhirnya berbuah manis bagi negara pulau itu.

Sekarang Indonesia berada di alam global di penghujung abad ke-21 yang ditandai dengan perubahan dan pergolakan dunia yang tidak bisa dihindari oleh Indonesia. Artinya, calon pemimpin negara ini harus membaca perubahan dan pergolakan global itu untuk menyiasatinya dan merancang program untuk kemajuan bangsa.

Dr Dino menyebut tiga kondisi yang menandai abad ini yang menyentuh Indonesia, yaitu:

  1. Peta perpolitikan dunia yang berubah dari unipolar ke arah bipolar bahkan multi polar. Peran Amerika Serikat (AS) sebagai unipolar berubah yang ditandai dengan peran AS yang melemah sebagai super power. Kini mucul kekuatan baru yaitu China sehingga bisa jadi ada bipolar. Bahkan, bisa terjadi multi polar dengan kehadiran negara-negara lain sebagai kekuatan dalam berbagai sektor, seperti ekonomi dan lain-lain.
  2. Kondisi dunia yang eksponensial yang ditandai dengan pertumbuhan yang pesat dalam banyak aspek. Dalam kaitan ini Dr Dino mengisyaratkan agar Indonesia menghindarkan diri sebagai negara di posisi sub-koordinat dari negara-negara lain.

Perubahan peta dunia yang eksponensial terjadi karena kehadiran Internet dan teknologi di sektor energy, manufacturing (industri), biology dan computing.

  1. Net Zero Emission yaitu keseimbangan emisi gas rumah kaca. Dalam kaitan ini adalah peran Indonesia dalam mengatasi perubahan iklim global. Dr Dino memberikan gambaran yaitu dengan kenaikan suhu 2% saja, maka 99% terumbu karang dunia akan mati.

Sebagai negara yang mengandalkan terumbu karang untuk kehidupan laut dan pariwisata tentulah Indonesia terpanggil untuk mencapai emisi net zero.

Untuk itulah Dr Dino mengisyaratkan calon pemimpin dengan kualifikasi yang visioner untuk kemajuan Indonesia. Tidak cukup hanya dengan nasionalisme karena sudah terbikti negara-negara maju berhasil karena mereka juga menerapkan internasionalisme yang tidak menganut Xenophobia (ketakutan terhadap orang asing).

Acara Gagas RI ini juga menghadirkan dua panelis, yaitu Dr Rizal Sukma, diplomat dan Senior Fellow dari CSIS. Dr Rizal menyebut dunia justru bergerak ke arah multi polar yang tidak setara dan akan muncul hirarki, seperti antara AS dan China, serta negara-negara lain di tataran kekuatan sedang dengan kekuatan kecil.

Dr Dino menanggapinya dengan Indonesia harus menghindarkan diri untuk berhadapan dengan kuatatan besar, yaitu bisa bersama ASEAN.

Sementara itu panelis Prof Dewi Fortuna Anwar, profesor di BRIN, lebih memilih istilah multiplex terkait dengan pola kekuatan dunia.

Dr Dino mengingatkan bahwa kemajuan Indonesia akan terhalang jadi negara maju karena penegakan hukum yang tidak perpijak pada sumpremasi hukum dan praktek korupsi yang tidak bisa dihentikan.

Diskusi Gagas RI Episode 4 ini bisa dilihat di You Tube Kompas TV.  (Sumber: Kompasiana, 2/8-2023). *

Tinggalkan Balasan