Tanpa Akses Air Bersih Perang Lawan Covid-19 Akan Sia-sia

Edukasi34 Dilihat

Pemerintah melalui Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19, anjurkan sering cuci tangan,  tapi anjuran ini akan dihadang ketiadaan akses ke air bersih.

Mencuci tangan secara teratur adalah cara yang paling mudah dan sangat penting dalam memerangi penyebaran virus corona (Covid-19). PBB dan mitranya bergerak untuk memastikan orang-orang yang tinggal di permukiman kumuh di perkotaan memiliki akses ke air bersih yang mengalir pada saat yang kritis ini.

UN-Habitat mengatakan dampak dari Covid-19 bisa sangat tinggi terhadap masyarakat miskin perkotaan yang tinggal di daerah kumuh. Kepadatan penduduk juga membuat sulit bagi mereka untuk mengikuti langkah-langkah yang direkomendasikan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19, seperti jarak fisik dan isolasi diri.

UN-Habitat yang berbasis di Nairobi, di pemukiman daerah kumuh Kibera, orang-orang yang tinggal di permukiman ini sulit mendapatkan tempat akses air bersih untuk cuci tangan. Mereka bahkan lebih sulit untuk mendapatkan air bersih ketika ada pembatasan sosial dan fisik biar pun hal itu diharapkan mencegah penyebaran virus lebih lanjut.

Seorang warga di permukiman kumuh tu, Anna Nyokabi, mengatakan: “Kami tidak punya cukup air untuk minum dan memasak makanan kami, jadi dari mana kami akan mendapatkan air untuk mencuci tangan sesering mungkin?”

Hal ini juga jadi gambaran di kota-kota besar di Indonesia yang justru banyak memakai air permukaan, seperti air sungai dan waduk, serta air sumur bor yang terkontaminasi dengan bakteri e-Coli. Jaringan pipa air bersih dari perusahaan air bersih atau air minum daerah sangat terbatas di banyak kota di Indonesia.

Maka, tingkat risiko penyebaran Covid-19 di daerah kumuh di perkotaan, seperti di Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, dll. sangat tinggi sehingga jadi batu sandungan bari program pemerintah dalam menanggulangi penyebaran virus corona dengan skala nasional.

Di seluruh dunia diperkirakan ada dua miliar warga yang tidak mempunyai akses ke air bersih. Itu artinya mereka ini adalah kelompok rentan tertular Covid-19. Tidak hanya sebatas kemiskinan di daerah kumuh, tapi di sana ada perempuan, anak-anak, lansia, disabilitas, dll. yang hidup di bawah garis kemiskinan dengan akses ke sarana kesehatan yang sangat rendah.

Jika dikaitkan dengan pandemi corona, maka kondisi ini diperparah dengan keterbatasan air bersih yang akhirnya membawa mereka ke situasi yang sangat mudah tertular Covid-19. Pernyataan PBB, Senin, 6 April 2020, mengatakan untuk melindungi mereka dari pandemi Covid-19 pemerintah harus menyediakan air bersih agar mereka bisa mencuci tangan sesuai dengan anjuran WHO sehingga mereka terhindar dari virus corona.

Di tengah-tengah pandemi Covid-19 ini pengelola air minum atau air bersih diharapkan tidak lagi memikirkan untung rugi karena dampak penyebaran virus ini juga akan mempengaruhi kinerja perusahaan air bersih. Maka, seperti dianjurkan kalangan ahli selama masa krisis ini sediakan air bersih gratis untuk masyarakat di daerah kumuh.

Adalah hal yang sia-sia pemerintah terus-menerus meneriakkan sering cuci tangan sedangkan air bersih tidak tersedia. Langkah ini sama saja dengan menggantang asap yaitu pekerjaan sia-sia yang menghabiskan tenaga dan dana tapi tanpa hasil (Bahan-bahan dari: news.un.orgWHO, dan sumber-sumber lain) (tagar.id, 6 April 2020). *

Tinggalkan Balasan