Pengalaman Ketika Sakit Merenggut Orang Tersayang dan Cara Mengikhlaskannya

Terbaru68 Dilihat

 

 

Setahun yang lalu, lebih tepatnya tanggal 9 september 2020 hari di mana seperti ada petir di siang bolong. Saya  ditelfon Mama pagi-pagi dengan kabar yang sangat tidak menyenangkan. Papa saya dinyatakan meninggal hari itu dan detik itu juga.Langsungkah Saya menangis? Tentu saja tidak. Mematung diam tidak menyangka, bagaimana bisa diumur Saya yang waktu itu baru jalan 18 tahun sudah tidak memiliki papa, pikir Saya waktu itu.

 

Selama beberapa bulan setelah kepergian Papa yang Saya ingat hanyanya muka Mama yang sangat menangis yang tidak pernah saya lihat sebelumnya. Tentu juga Abang Saya yang tidak pernah menangis pun ternyata menangis juga, pikir Saya waktu itu. Tapi Abang tidak menangis lama, karena katanya laki-laki tidak boleh nangis terlalu banyak. Tapi menurut Saya pasti dia menangis sendiri tanpa dilihat orang lain.

 

Awalnya mungkin tidak biasa di tinggal orang yang paling disayang, di tinggal hewan peliharaan saja Saya menangis. Namun, lambat laun Saya mencoba memaksa diri untuk mengikhlaskan apa yang terjadi pada Saya. Bahwa semua hanyalah titipan Allah semata, semua yang kita miliki jika sewaktu-waktu ingin diambil Kembali, ya Kita hanya bisa pasrah.

 

Apalagi papa meninggal di tempat sekarang Saya menggenyam bangku Pendidikan, yaitu di RS Polri. Di RS Polri ada akademi perawatnya. Waktu itu Papa pernah dirawat di RS Militer, tetapi karena fasilitas kurang memadai dan pelayanan kurang bagus. Akhirnya sempat juga dirawat di rumah dan juga berobat alternatif.

 

Semua cara sudah dicoba tapi ternyata papa meninggal juga, tidak habis pikir juga. Kalau dipikir-pikir banyak sekali orang yang sakit sudah lama pun masih bisa sembuh Kembali.

Kenapa Papa yang sakit  5 bulan saja sudah menyerah. Itulah ,Kembali lagi umur tidak ada yang tahu. Sayangi orang tua kalian selagi masih ada dan jangan mengecewakan orang tuamu.

 

Cara mengikhlaskannya menurut Saya tidak ada cara lain lagi selain menangis dan berdoa. Tapi, menangis lah seperlunya dan tidak perlu menyalahkan Allah. kalau kata Nenek Saya, Saya tidak lagi dikategorikan sebagai yatim. Karena, Saya sudah besar dan masih banyak anak kecil bahkan bayi-bayi yang sudah tidak memiliki Papa. Dengan kata-kata dari Nenek Saya masih merasa beruntung. Karena, masih bisa bersama Papa selama 18 tahun.

 

Papa masih menemani Saya merayakan ulang tahun Saya yang ke-18, sebelum akhirnya wafat 2 bulan setelah saya ulang tahun. Papa adalah orang tua terbaik yang Saya miliki setelah Mama. Saya pernah berpikir seperti itu, karena tidak semua orang tua baik pada anaknya. Bukannya ingin menjelekkan tetapi, ini kenyataan.

 

Mengikhlaskan bukan berarti melupakan. Tetap terus mendoakan. Karena, hanya itu sekarang yang bisa Saya lakukan. Selalu berbuat hal baik dan belajar dengan baik adalah prioritas Saya saat ini. Jangan sampai mengecewakan orang tua.

 

Tinggalkan Balasan