Monolog Kasih Tak Sampai

Aku telah berkelana mengitari penjuru dunia mencari penawar Penawar rasa yang tiba-tiba terkecap hambar Hambar, rasa-rasa telah mati tanpa daya terkapar Terkapar akan cinta yang pergi tak berkabar Kasih membelenggu

Maharani Senja

Maharani, duduk anggun di jendela Mengingat, menggumam sebuah nama Bersenandung, melafal sebuah gita Gaungnya tersimpan dalam memori suatu ketika Sang mentari pagi kadang menggoda Paras bersemu, ingin rasanya berlari disebuah

Izinkan Aku Berucap Syukur

Kala malam memejam, aku selalu memohon pagi membuka Memandang setumpuk harapan pada dunia yang menua Akan kematian, adakah terbersit rasa takut? Jika saatnya tiba, siapa mampu menolak ajal menjemput Setiap

Mencandu Senja

Aku masih setia menanti senja Desah gelisah bergulir dalam kata-kata terbata Sekalipun hanya sejenak saja Senja pergi meninggalkan rasa Sama halnya hidup yang singkat berjeda Senja tak pernah salah Hanya

Pohon dalam Ingatan

Sebatang pohon semakin hijau rindang Berdiri tegak tetap tenang Walau badai penuh hasrat menerjang Birahi manusia ingin dia tumbang Sang pohon ikhlas meneduhkan Walau kemarau mencabik-cabik pijakan Kalaupun mesti rebah,

Senja, Kopi dan Pelangi

Dalam lamunan senja, kopi mengepul mengirim aroma sempurna Tik…tik…tik… rintik hujan masih meninggalkan suara Malam akan bergegas, engkau dimana? Kali ini hujan reda, pelangi tersaji indah di depan mata Arjuna,

Tidak Ada Lagi Postingan yang Tersedia.

Tidak ada lagi halaman untuk dimuat.