“Yuk melihat peternakan ikan salmon sekaligus memancing”, demikian ajak teman saya sambil membelokkan kendaraan melalui jalan yang lebih sempit dan tetap sepi. Akhirnya setelah sekitar 10 menit berkendara melewati jalan yang sepi di sepanjang kanal atau jalan inspeksi yang menghubungkan Lake Pukeki dan Lake Tekapo kami pun tiba di Salmon Farm. Sebelumnya ada juga sebuah pembangkit listrik tenaga air yang konon banyak terdapat di daerah ini.
Di sepanjang kanal yang mirip dengan “kali malang” ini banyak sekali kendaraan yang parkir dan di sekitar nya tampak kumpulan orang yang sedang memancing. Mereka memancing dengan menggunakan “bait” atau umpan dan kailnya diberi pemberat. Saya sempat berhenti sebentar dan melihat hasil tangkapan berupa dua ekor ikan salmon yang berukuran sedang. Seekor ikan salmon pun sempat saya pinjam untuk berfoto bersama.
Di salmon farm ini, juga dijual ikan salmon baik yang masih segar atau juga yang sudah diasap. Harganya sekitar 17 Dollar per ekor untuk ukuran sedang. Wah lumayan murah, namun ikan ini harus tetap disimpan dalam kotak pendingin atau lemari es.
Setelah sempat melihat-lihat akhirnya kami kembali melanjutkan perjalanan menuju kota Christchurch dan memutuskan untuk memancing di tempat lain, yaitu di sekitar Ohapu Dam dan juga Ohapu River. “Tempatnya lebih sepi dan asyik”, tambah teman saya ketika kendaraan mulai memasuki jalan sempit yanhg terbuat hanya dari batu kerikil. Dia bahkan bercerita sering menginap di tempat ini karena saking asyiknya memancing.
Memancing, ternyata merupakan kegiatan yang cukup popular di Selandia Baru. Bahkan mereka memiliki semacam perkumpulan dan juga sering ada perlombaan. Di dash board kendaraan, saya menemukan sebuah brosur yang berjudul “Waimakariri Salmon Fishing Competition” yang diadakan pada 10 Maret 2012. Acara yang diadakan oleh “NZ SalmonAnglers Association” atau Perkumpulan Pemancing Ikan Salmon se NZ ini bahkan menyediakan hadiah yang cukup menggiurkan yaitu 4000 NZ Dollar.
Namun, memancing di Selandia Baru juga harus memiliki surat ijin atau lisensi. Saya sempat diperlihatkan sebuah surat ijin yang berlaku buat satu keluarga selama satu tahun. Untuk selembar surat ijin itu, kita harus mengeluarkan uang 115 Dollar.
Ternyata, selain lisensi, banyak sekali peraturan yang harus dipenuhi bagi para pemancing ini. Mereka hanya di perbolehkan memancing pada musim mancing yaitu sepanjang musim semi sampai musim gugur. Selain itu jumlah ikan , besar, dan umur termasuk jenisnya pun ikut diatur dalam sebuah buku petunjuk yang harus dipatuhi. Misalnya saja seorang pemancing tidak boleh mendapatkan lebih dari empat ekor ikan trout di Salmon Farm dekat Lake Tekapo. Di tempat lain , jumlah ikan itu pun berbeda lagi.
Akhirnya kami pun sampai di dekat bendungan Ohapu. Kami memarkir mobil di bawah pohon dan memperhatikan kawasan sekitar, Tidak ada satu orang pun yang ada di situ di senja yang indah itu. Seakan-akan seluruh danau, sungai, jalan, dan juga padang rumput serta bebukitan di sekitar tempat itu hanya diperuntukkan bagi kami. Benar-benar suatu suasana yang cukup unik. Kesunyian.
Dengan perlahan kami menuruni jalan berkerikil menuju tepi sungai tepat di bawah bendungan. Air sungai Ohapu mengalir cukup dera. Teman saya melemparkan pancing yang dilengkapi hanya dengan spinner.Spinner ini merupakan sebuah alat yang berbentuk ikan dan akan berkilauan dibalik pantulan cahaya matahari bila dilemparkan ke arus sungai. Pantulan cahaya inilah yang akan menarik ikan Salmon atau pun trout untuk menggigitnya.
Baru saja pada lemparan pertama, teman saya berteriak gembira karena seekor ikan sudah menggigit spinner kita. Tali pancing pun diputar dengan cepat dan dari kejauhan saya sempat melihat ikan berwarna hitam kecokelatan yang cukup besar menggelepar-gelepar di air. Namun sayang sekali, pada tarikan terakhir ikan itu pun lepas lagi. Mungkin belum milik pikir saya dalam hati.
Akhirnya setelah tiga kali selalu lepas, sebuah ikan trout yang amat besar pun berhasil kami tangkap. Segera ikan itu dibersihkan dan kemudian dibawa ke kendaraan. Tentu saja setelah berpose sebentar bersama ikan yang beratnya sekitar enam kilogram itu. Ternyata kulit ikan demikian licin sehingga ada teknik tertentu untuk memegangnya.
Dalam perjalanan pulang kembali ke Christchurch, kami terus berdiskusi soal dunia pemancingan dan perikanan di Selandia Baru. Di antaranya disebutkan bahwa di seluruh sungai dan danau di negeri ini, hanya ikan salmon dan trout yang boleh dipancing. Sedangkan ada juga jenis ikan yang dianggap hama. Cat fish atau sejenis ikan lele yang berkumis, ternyata merupakan hama dan harus dimusnahkan. Seandainya kita berhasil menemukan ikan jenis tersebut, maka keberadaannya harus dilaporkan kepada badan yang berwenang .
Wah, ternyata asyik juga memancing di Selandia Baru, dan tidak setiap orang boleh memancing kecuali yang telah memiliki SIM atau Surat Ijin Memancing.