Bendera Merah Berkibar di Selandia baru

Selama ini, kita mengenal Bendera New Zealand berwarna biru dengan gambar Union Jack di pojok atas dan empat buah Bintang yang dinamakan Southern Cross di bagian pojok bawah.  Namun siapa sangka kalau dalam perjalanan kali ini ke Milfred Sound saya menemukan bendera yang sama namun dengan warna merah menyala.  Yuk ikuti kisahnya.

Setelah sejenak hati sedikit khawatir ketika melewati Homer Tunnel yang sempit di tengah guyuran salju, menembus pegunungan yang bernama Darran Mountains dan kemudian muncul di lembah yang bernama Hollyford River Valley.   Pemandangan yang memesona menemani sisa perjalanan menuju ke dermaga di Milfred Sound.  Sekitar pukul 13 siang kurang beberapa menit bus tiba di tempat parkir di dekat dermaga. Sementara di dermaga deretan kapal pesiar yang cantik dan modern sudah siap menunggu.

Pemandu membagikan tiket bertuliskan nama kapal berwarna kombinasi hijau muda dan putih dengan tulisan nama kapal serta tanggal dan jam keberangkatan. Pada pojok kanan atas juga tertulis Milfred Sound Scenic Cruise serta tulisan MON yang menandakan hari Senin, yaitu hari kunjungan kami ke tempat ini untuk menikmati pelayaran yang menarik ini.

Di lambung kapal tertulis nama kapal yaitu Milfred Monarch sementara di di bagian atas depan kapal tertulis nama perusahaan kapal yaitu Real Journeys.  Kapal ini tampak mewah dan merupakan sebuah katamaran yang lumayan besar dan kabinnya terdiri dari 3 tingkat. Tongkat bawah dan atas tertutup dengan jendela-jendela kaca yang lebar sehingga penumpang dengan leluasa dapat menikmati pemandangan di luar.  Yang paling banyak penggemarnya adalah lantai paling atas yang merupakan dek terbuka sehingga penumpang dapat menikmati panorama alam tanpa penghalang sekaligus merasakan embusan angin semilir d=nan dingin di South Island ini.

Kapal pesiar yang kebetulan diisi dengan penumpang yang tidak terlalu banyak kemudian mulai melepas jangkar dan bertolak menyusuri fyord atau laut yang menjorok jauh ke pulau dan lebih mirip sebuah sungai yang lebar.   Di hadapan kami tampak deretan pegunungan yang seakan-akan muncul begitu saja di atas laut. Uniknya berbeda dengan Sebagian besar pegunungan yang dilihat dalam perjalanan dari Te Anau ke Homer Tunnel yang banyak diselimuti salju. Bukit dan pegunungan yang kita lihat di sini lebih mirip dengan bukit dan pegunungan yang ada di daerah tropis karena ditutup oleh hutan tadah hujan yang hijau.   Perpaduan dengan air laut yang biru kehijauan dan tenang memberikan suatu vista yang membawa ketenangan sekaligus rasa penasaran.

Tidak lama setelah berlayar, kami mendapat makan siang berupa  lunch box alias bento makanan Jepang yang nikmat. Makan siang yang terdiri dari nasi putih, ikan salmon, daging ayam, sepotong  sushi, sedikit sayur dan beberapa potong buah, terasa sangat nikmat bersamaan dengan panorama fyord yang menawan.  Sambil berlayar,  public announcement di kapal pesiar menginformasikan mengenai tempat menarik yang dilewati.

Selesai makan saya naik ke dek paling  atas agar dapat lebih dekat dengan alam baik berupa air terjun besar dan kecil yang banyak bermunculan di antara dinding pegunungan maupun kadang-kadang tampak kawanan hewan yang khas ada di daerah kutub selatan dan Antartika seperti berang -berang, penguin atau bahkan sesekali muncul juga ikan lumba-lumba.  Bahkan banyak juga berbagai jenis burung dan hewan yang saya tidak ketahui namanya.

Ada beberapa lokasi ikonik yang dilewati seperti Metre Peak yang merupakan salah satu puncak gunung yang ada di sepanjang sisi fyord yang kita lewati. Berdasarkan informasi dari pemandu wisata, disebutkan bahwa ketinggian Mitre Peak sekitar 1692 meter dari permukaan laut dan sesungguhnya merupakan kumpulan 5 puncak pegunungan yang saling berdekatan.   Yang unik adalah asal kata mitre yang sesungguhnya berari topi khas yang sering dipakai oleh para uskup.

Sesekali kapal pesiar juga berlayar mendekati salah satu air terjun sehingga percikan air membasahi sebagian tubuh pengunjung yang berada di atas dek.  Namun kami semua merasa senang dan terlihat menikmati perjalanan ini.  Ada banyak air terjun baik besar, kecil, dan juga ada yang lumayan tinggi.  Ada beberapa air terjun yang juga menjadi ikon di Milfred Sound ini seperti Lady Bown Falls yang merupakan salah satu dari beberapa air terjun yang permanen.   Air terjun ini konon memiliki ketinggian sekitar 162 meter dengan suaranya yang selalu menggemuruh.   Nama Lady Bown ini diambil dari nama Lady Diamantina Bown yang merupakan istri Gubernur Jenderal New Zealand yang kelima, Sir George Brown yang menjabat pada 1868-1873.  Air terjun ini merupakan yang pertama kami lihat sebelum melewati Mitre Peak.

Setelah melewati Mitre Peak, kapal pesiar berlayar menyusuri dekat tepian tebing yang juga dihiasi beberapa air terjun lainnya seperti  Fairy Falls dan Bridal Veil Falls.  Bahkan ketika kapal berlayar di dekat tebing di bagian selatan Milfred Sound, kami juga bisa melihat beberapa air terjun di kejauhan di antaranya Stirling Falls yang mengalir di antara dua puncak gunung. Bahkan ada jua sebuah air terjun yang kalau dari kejauhan berbentuk huruf S dan dinamakan Palisade Falls.   Menurut cerita, Rudyard Kipling bahkan menjuliki kawasan Milfred Sound ini sebagai Keajaiban Dunia yang Ke delapan karena keindahan panoramanya.

Di kawasan di dekat Stirling Falls ini kami sempat melihat kumpulan berang-berang atau seals yang tampak sedang berjemur diri di atas bebatuan sambil memandang kapal kapal pesiar yang lewat.

Berada di atas dek memang sangat mengasyikkan, terutama bisa lebih dekat dengan alam dan juga mengalami sendiri the sights and sounds dari pelayaran ini, termasuk seringnya tubuh, wajah, dan pakaian terkena cipratan air terjun yang kami lewati.

Namun ada satu hal yang pada awalnya smepat luput dari perhatian. Di dek ini, seperti di seluruh kapal pesiar yang ada di Milfred Sound atau juga di seluruh New Zealand, berkibar sebuah bendera Selandia Baru yang agak kain dari yang biasa saya lihat. Kalau selama ini bendera New Zealand yang saya kenal berwarna biru dengan hiasan Union Jack di pojo kiri atas an hiasan 4 buah bintang Southern Cross di bagian bawah, maka bendera yang berkibar kali ini memiliki warna merah, sehingga mirip dengan bendera-bendera dari negara sosialis dan komunis seperti Tiongkok, Vietnam dan bahkan Uni Soviet yang sudah bubar.

Ternyata bendera merah dengan rancangan yang sama dengan bendera biru Selandia Baru ini memang merupakan bendera yang dinamakan New Zealand Red Ensign dan dikibarkan di kapal-kapal milik Selandia baru yang berlayar sejak 1903. Bendera ini juga lebih popular disebut dengan nama julukan “Red Duster.”

Suatu pelayaran yang menyenangkan dan juga membuka cakrawala baru tentang bendera merah Selandia Baru yang bernama Red Ensign.

Setelah hampir dua jam berlayar, kapal pesiar kembali berlabuh di dermaga dan kami pun kembali naik ke bus dengan atap kaca untuk kembali melalui jalan yang sama dalam perjalanan sekitar 5 atau 6 jam menuju Queenstown.

Bus juga semat melewati dan berhenti di berbagai tempat untuk sekedar beristirahat. Di Te Anau, kami sempat mampir ke salah satu tempat istirahat dan mendapatkan informasi mengenai penerbangan wisata di Milfred Sound dan Doubtful Sound menggunakan Sea Plane atau pesawat terbang yang bisa mendarat di air.

Dalam perjalanan kembali ke Queenstown ini saya juga semat mengambil gambar peternakan domba di kawasan Mossburn dan keindahan Danau Wakatipu di Devil’s Staircase.

Hari sudah malam ketika kami tiba di Queenstown.

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan