Mengantar Pak Thamrin ke Kepala Tujuh

Terbaru260 Dilihat

Saya pertama kali mengenal Syed TD – demikian panggilan akrab Pak Thamrin Dahlan – sekitar 17 tahun lalu ketika sama-sama menjadi mahasiswa di Kajian Timur Tengah dan Islam, Universitas Indonesia di Kampus Salemba. Kala itu Syed TD masih aktif di Kepolisian dan karena yang menjadi paling senior di kelas ditunjuk secara aklamasi menjadi ketua kelas Angkatan IX program studi EKS (Ekonomi dan Keuangan Syariah).   Sejak itulah pertemanan kami berjalan dan berkembang serta bertumbuh seiring dengan perjalanan waktu.

Bahkan Syed TD ini pula yang menjadi salah satu dari beberapa teman saya yang paling akrab di kampus maupun di luar kampus. Maklum kami berdua juga kadang sibuk dengan pekerjaan dan tugas masing-masing.   Saya sendiri menaruh banyak respek dan rasa hormat buat  Syed TD yang kemudian mampu menjadi salah seorang yang dari empat mahasiswa yang lulus tepat waktu alias empat semester saja.  Sementara yang lain banyak yang terseok harus melewati lebih dari empat semester, beberapa teman bahkan akhirnya tidak berhasil menyelesaikan kuliah.  Syed TD ini juga yang terus memberi motivasi sehingga akhirnya saya pun bisa menyelesaikan kuliah walau harus mengikuti babak-babak akhir hingga 6 semester.

Setelah sama-sama lulus dan menjadi alumni, Syed TD juga sangat aktif di kegiatan kampus sebagai pengurus Ikatan Alumni.   Dan bersama Syed TD ini saya juga sering mengikuti banyak kegiatan Iluni di kampus, baik di Salemba, atau sesekali di kampus Depok.

Bukan itu saja, persahabatan kami terus berlangsung melalui banyak forum, kami biasanya juga hadir dalam banyak acara, baik diskusi, seminar, dan buka puasa bersama alias Buko Basamo bersama teman-teman Iluni.   Dari Kepolisian karir Syed TD berlanjut ke BNN  dan kami berdua terus bersahabat dengan segala suka dan duka.

Sekitar tahun 2011, Syed TD ini pula yang mengenalkan saya kepada Kompasiana sehingga saya juga ikut aktif menulis di K.  Bahkan beliau kemudian menerbitkan buku pertama pada 2012 yang diambil dari kumpulan artikel di Kompasiana. Syed TD terus banyak menulis dan kemudian hingga kini sudah menerbitkan puluhan buku.

Saya juga harus mengucapkan terima kasih kepada Syed TD yang terus memotivasi saya untuk menulis dan bahkan menerbitkan buku berdasarkan tulisan-tulisan yang sudah saya buat. Pada akhir 2015, saya pun mengikuti jejak beliau menerbitkan buku “Mengembara ke Masjid-Masjid di Pelosok Dunia.”   Buku ini kemudian di edit ulang dan diterbitkan oleh Mizan dengan judul “1001 Masjid di 5 Benua, Dari Amsterdam Hingga Zanzibar.”

Waktu terus berlalu, pada 2020 lalu ketika pandemi Covid 19 mulai merebak, Syed TD mendirikan Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan yang banyak membantu teman-teman penulis untuk menerbitkan buku-buku yang memiliki ISBN.   Melalaui YPTD ini pula akhirnya saya menerbit beberapa belas buku yang merupakan kumpulan kisah perjalanan saya ke mancanegara sejak puluhan tahun lalu.

Di YPTD ini, Syed TD mendapat julukan baru dari teman-teman yang bergabung di sana. Kebanyakan memanggilnya beliau dengan sebutan ayah.  Beliau adalah sosok yang penuh inspirasi dan mengayomi kami semua.

Kini sudah hampir 17 tahun persahabatan saya dan Syed TD berlangsung, bagi saya beliau adalah salah satu teman dekat yang paling baik yang pernah saya kenal sekaligus saya anggap sebagai saudara atau abang dan guru saya. Banyak sekali hal baik yang dapat dijadikan tauladan dari  Syed TD ini.

Pada Juli 2022 ini, Thamrin Dahlan, Kompasianer dan juga pendiri Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan akan genap berusia 70 tahun.  Ada sebuah istilah yang saya suka untuk kelompok manusia yang berusia kepala tujuh atau seventy something yaitu Septuagenerian.   Istilah ini pertama kali saya kenal  melalui kelompok usia yang satu dasawarsa lebih senior yaitu Oktogenerian, alias mereka yang berusia delapan puluhan yang pada abad lampau banyak yang menjadi pemimpin negara adikuasa seperti Amerika dan Uni Soviet.

Singkat kata, selamat ulang tahun ke tujuh puluh buat sobat, abang dan guru saya, Syed TD. Selamat memasuki usia kepala tujuh. Semoga tetap sehat selalu dan tetap semangat.

Tinggalkan Balasan

1 komentar

  1. Syukran katsiro Syed kenangan kebersamaan kita tak terasa sudah 17 tahun, Sebagai pegiat Literasi pasca pensiun InshaAllah kita bahagia sejahtera bersama keluarga. Aamiin
    Salam Literasi