Merayakan Berlian Menyingsong Platinum

HUT ke 60 Pernikahan Pak Tjiptadinata dan Bu Rosalina

Pada Februari 2025 mendatang, Bapak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Rosalina akan merayakan ulang tahun pernikahan yang ke-60, sebuah momen yang luar biasa dan penuh makna dalam kisah hidup sepasang legenda yang sudah menjadi ikon di Kompasiana.

Enam puluh tahun bukan waktu yang singkat. Perayaan enam puluh tahun sering juga disebut sebagai ulang tahun Berlian atau Diamond. Angka 60 bukan hanya sekedar sebuah angka, melainkan melambangkan  gambaran cinta, kebersamaan, kesetiaan, daya tahan dan komitmen yang telah eksis  selama enam dasawarsa. Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa kisah hidup pasangan ini telah menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang yang mengenal keduanya.

Perjalanan Pernikahan yang Penuh Makna

Bapak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Rosalina memulai perjalanan pernikahan mereka pada Februari 1965, tahun-tahun ketika tanah air sedang bergejolak baik secara politik maupun ekonomi.  Namun mereka berdua berhasil melalui berbagai tantangan dan perubahan hidup. Mulai dari masa-masa sulit yang penuh perjuangan hingga momen-momen kebahagiaan yang tidak terhingga. Bersama dengan anak cucu yang hadir kemudian, pasangan legendaris ini  terus melangkah bersama, menatap masa depan dengan tegar dan saling menguatkan satu sama lain, sehingga bisa bertahan hingga saat ini.

Selama enam puluh tahun pernikahan, dari Sumatera Barat, pindah ke Sumatera Utara dan bahkan kemudian hingga menetap di Australia, banyak sekali saat dan momen  berharga yang tercipta. Dari kelahiran anak-anak mereka, pasang surut ekonomi keluarga, hingga liburan bersama, dan momen yang tidak terlupakan, semuanya menjadi fragmen dari mozaik indah yang membentuk kisah kehidupan mereka.  Singkatnya, keduanya saling mendukung dalam setiap fase kehidupan, baik dalam suka maupun duka. Kesetiaan dan pengertian yang mendalam antara mereka menjadi pilar utama yang membuat pernikahan ini mampu  bertahan hingga kini.

Tidak hanya sebagai pasangan, Bapak Tjiptadinata dan Ibu Rosalina juga merupakan orang tua dan kakek nenek yang sangat dihormati oleh anak, cucu, dan mungkin bahkan cicit mereka. Mereka telah memberikan teladan yang baik tentang bagaimana menjalani kehidupan pernikahan dengan penuh cinta kasih dan saling pengertian. Nilai-nilai inilah yang ingin mereka wariskan kepada generasi-generasi berikutnya, baik dari keluarga mereka sendiri maupun masyarakat yang lebih luas.

Sosok Tjiptadinata Effendi dan Perannya di Masyarakat

Bapak Tjiptadinata Effendi bukan hanya dikenal sebagai seorang suami dan ayah yang penuh cinta, tetapi juga sebagai seorang tokoh  masyarakat, terutama di Kompasiana yang sangat dihormati. Terbukti beliau pernah mendapat penghormatan sebagai Kompasianer of the Year 2014.

Dalam berbagai artikel , beliau sering berbagi pengalaman hidup dan kebijaksanaan yang didapat  dari perjalanan hidupnya panjangnya. Pengalaman ini sangat bervariasi, baik tentang kehidupan, perkawinan, sosial, ekonomi, kesehatan dan masih banyak lagi. Singkatnya beliau adalah seorang maestro dan guru yang menerangi dan mencerahkan.

Baik bagi mereka yang mengenal secara langsung maupun hanya melalui tulisan,  beliau adalah sumber inspirasi yang tidak pernah padam, seperti pelita yang terus menerangi jalan buat semua.

Salah satu hal yang sering disampaikan adalah pentingnya komunikasi dan pengertian dalam pernikahan.

Selain itu beliau juga contoh hidup tentang pelaksanaan toleransi dan keberagaman yang merangkum kita semua dalam naungan Indonesia Raya yang bhineka.

Rosalina: Sosok Ibu dan Istri yang Penuh Kasih

Di sisi lain, Ibu Rosalina juga dikenal sebagai sosok istri dan ibu yang penuh kasih. Kesabarannya dalam mendampingi suaminya selama enam puluh tahun merupakan bukti nyata dari komitmen dan cinta yang mendalam. Beliau adalah sosok yang selalu ada di sisi suaminya, mendukung setiap langkah dan keputusan yang diambil. Kehadirannya memberikan rasa nyaman dan aman bagi keluarga mereka.

Ibu Rosalina, melalui berbagai artikelnya juga dikenal sebagai sosok yang sangat peduli terhadap orang lain. Banyak orang, baik secara langsung maupun tidak langsung merasakan kebaikan hati dan kemurahan tangannya. Melalui  tulisan dan artikelnya, beliau selalu berusaha memberikan yang terbaik bagi siapa saja. Tidak heran jika banyak yang menghormati dan menghargai beliau sebagai seorang tokoh ibu yang patut diteladani.

Di Kompasiana sendiri beliau dipanggil dengan julukan Bunda, sebuah kata yang menggambarkan betapa begitu banyak orang yang sangat menghormati dan menyanyangi beliau.

Pasangan Tjiptadinata Rosalina dan Taufikuieks

Dalam perayaan ulang tahun pernikahan ke-60 yang akan dirayakan di Perpustakaan Nasional, kembali saya akan berjumpa secara tatap muka dengan Pak Tjipta dan Bu Rose.  Kalau diingat-ingat ini adalah pertemuan yang kesekian kalinya setelah pertemuan pertama di Komapsianival, beberapa kali makan bersama jika Pak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Rosalina pulang kampung, termasuk ketika perayaan ulang tahun beliau yang ke 80, juga di perpustakaan Nasional.

Boleh  disimpulkan bahwa platform Kompasiana lah yang menyatukan saya dan Pak Tjipta serta Ibu Rose. salah satu momen yang juga sulit dilupakan adalah ketika kami bersama kompasianer lainnya diundang makan siang di istana pada akhir 2015 lalu.

Walau dapat dikatakan jarang bertatap muka, namun kami sering bertegur sapa melalui tulisan dan komentar di Kompasiana. Baik Pak Tjipta maupun Ibu Rose kerap memberikan komentar atas tulisan-tulisan saya yang sebagian besar merupakan kisah perjalanan ke pelosok dunia. Sebaliknya, saya pun sering mampir ke artikel mereka berdua yang sangat kaya akan ajaran dan wejangan hidup yang disampaikan dengan singkat dan  lugas berbekal pengalaman hidup yang penuh suka dan duka.

Perkenalan sebagai sesama Kompasianer ini  kemudian  menjadi sebuah hubungan jarak jauh yang hangat, di mana kami  saling berbagi pengalaman dan pandangan hidup.

Singkatnya saya memandang  pasangan ini sebagai teladan dalam menjalani kehidupan pernikahan yang penuh cinta dan kesetiaan. Sementara itu, Bapak Tjiptadinata dan Ibu Rosalina mengapresiasi tulisan dan artikel saya yang menceritakan pengalaman secara langsung mengembara ke berbagai tempat dengan cara yang sederhana namun penuh makna.

Dalam beberapa kesempatan, saya juga pernah  menulis tentang pasangan ini dan menggambarkan keduanya sebagai sosok yang patut dijadikan inspirasi dan suri teladan  bagi kita semua.

Makna Perayaan 60 Tahun Pernikahan

Perayaan Ulang tahun pernikahan yang ke-60 ini bukan hanya tentang selebrasi dan pesta atau ritual seperti pemotongan kue atau tumpeng atau tiup lilin dan menyanyikan lagu tetapi yang lebih penting adalah tentang apresiasi terhadap perjalanan panjang yang telah ditempuh oleh Bapak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Rosalina.

Perayaan Ini adalah saat yang paling tepat  untuk merenungkan rentetan waktu panjang yang telah  dilewati bersama, baik suka maupun duka dengan segala gonjang ganjingnya. Walau sejuta momen telah terjadi dengan segala tantangannya, pasangan ini  telah sukses tetap menjaga keutuhan mahligai perkawinan  hingga saat ini. Hal ini menunjukkan bahwa cinta sejati memang mampu  mengatasi  segala ujian.

Perayaan ini juga menjadi pengingat akan pentingnya menjaga komitmen dan kesetiaan dalam pernikahan. Di dalam kehidupan perkawinan yang terus menerus dihadapkan dengan berbagai tantangan dan cobaan, kisah hidup Bapak Tjiptadinata dan Ibu Rosalina seakan membawa pesan bahwa pernikahan yang langgeng dan bahagia masih eksis, asalkan didasarkan pada cinta, kesetiaan, keterbukaan  dan pengertian yang tulus. Kisah ini sekaligus memberikan tantangan buat saya yang baru menempuh setengah jalan kisah pernikahan dibandingkan pak Tjipta dan Bu Rose.  Pertanyaannya, apakah saya dan pembaca akan sangging meniti jalan yang sama hingga mampu merayakan ulang tahun berlian pernikahan nanti?

Semoga dengan perayaan ulang tahun Berlian ini, kita semua diajak untuk kembali merenungkan makna dan arti sebuah pernikahan. Dalam  pernikahan kita tidak harus mencari kesempurnaan pasangan kita, melainkan bagaimana masing-masing-masing bisa saling memahami dan menerima kelebihan dan kekurangan  yang lain.

Kisah hidup Bapak Tjiptadinata dan Ibu Rosalina telah membuktikan  bahwa cinta sejati tidak akan pernah pudar, walau kondisi fisik telah berubah seiring berjalannya waktu. Cinta sejati akan tetap ada selama kita terus berusaha untuk saling mencintai setiap hari. Cinta akan tetap ada karena hadir dalam perbuatan walau tidak mesti harus diucapkan dengan kata-kata.

Penutup

Perayaan ulang tahun ke  60 tahun pernikahan Bapak Tjiptadinata Effendi dan Ibu Rosalina adalah saat yang penuh makna, tidak hanya bagi kedua pasangan, melainkan  juga bagi kitab semua yang mengenal mereka.

Semoga Kisah cinta mereka menjadi inspirasi dan teladan yang menunjukkan bahwa cinta sejati bukanlah tentang drama atau romantisme yang berlebihan, tetapi tentang komitmen, kesetiaan, kesederhanaan dan pengertian yang apa adanya.

Tulisan ini ditutup dengan harapan bahwa kisah mereka akan terus menjadi sumber inspirasi bagi pembaca.

Mari kita berharap bahwa keduanya diberi usia panjang dan kesehatan agar kita bisa  menyongsong  peringatan ulang tahun platinum nanti.

Semoga.

Tinggalkan Balasan