Membiasakan Yang Benar atau Membenarkan Yang Biasa
Catatan Thamrin Dahlan
Untuk menjawab pertanyaan seperti judul tulisan ini perlu renungan. Tak elok tergesa gesa bersebab pertanyaan itu bersayap.
Bisa jadi sayap burung patah atau malah justru sayap kekar lebar kuat mampu terbang 1000 mil.
Ada 2 kosa kata kunci di pertanyaan tersebut. Biasa dan Benar. Persoalan ini termasuk masalah pelik bersebab kalau salah memilih akan berakibat panjang. Apalagi kalau menyangkut pekerjaan yang di lakukan sehari hari.
Baiklah, agar menjadi lebih mudah dipahami mari perhatikan contoh dalam kehidupan sehari hari.
Masker.
Sebelum pandemi covid 19 memakai masker dianggap aneh. Tidak biasa. Namun setelah 3 tahun memakai masker kini sudah menjadi kebiasaan. Malah masker menjadi kebutuhan menjaga kesehatan walau Presiden Jokowi sudah mencabut PPKM.
Memakai masker pasca Covid bisa dikategorikan perilaku yang dinamakan membiasakan yang benar.
Nah bagaimana pula makna membenarkan yang biasa. Anda sudah tahu yang biasa itu tidak selalu benar.
Contoh aktual jelas terlihat pada orang yang biasa menengak minum keras. Karena sudah biasa maka terjadilah pembenaran.
Seandainya anda masih bingung bisa di tambahkan disini bahwa ada nilai istiqomah (terus menerus) pada “membiasakan yang benar.” Yakin suatu kebajikan yang dilakukan benar dari sisi Agama maka wajib diamalkan menjadi kebiasaan. 5 Rukun Islam adalah kebenaran hakiki.
Sebaliknya pada kalimat “membenarkan yang biasa” justru yang biasa itu apakah sudah benar benar baik. Baik dalam arti perilaku ( sikap) tersebut sudah menjadi kesepakatan masyarakat.
Bisa jadi yang biasa itu walaupun hanya terjadi pada satu periode kehidupan dianggap benar namun dalam perjalanan waktu bisa jadi berubah menjadi kebiasaan salah alias tidak sesuai lagi dengan etika pergaulan.
Membenarkan memiliki konotasi negative apalagi bila menjadi membenar – benarkan . Istilah sono nya Justifikasi. Sesuatu yang salah bila dilakukan terus menerus tanpa ada perbaikan (koreksi) dianggap pembiaran sehingga akhir menjadi “benar”
Sebaliknya kosa kata membiasakan dinilai positif. Kosa kata ini merupakan anjuran untuk berbuat baik. Membiasakan lanjutan dari pepatah kuno alah bisa karena biasa. Jadi tepat sekali bila dilengkapi menjadi membiasakan kebenaran.
Anda sudah tahu contoh menunaikan zakat fitrah menggunakan uang tunai (cash). Kenapa tidak dengan butiran beras yang diyakini tepat sasaran karena sesuai kebutuhan pangan saudara dhuafa.
Tulisan ini terinspirasi pada bincang Sabtu 7 Januari 2023 bersama sobat tenis meja perumahan BHP. Mas Aris ASN Kemenkeu, Haji Sopyan Pilot Senior dan Kang Bambang Nugraha Pengurus Masjid Baitur Rahman merangkap pelatih pimpong.
Awak terkesan ucapan Mas Aris
“Pak TD tentu tidak setuju ketika uang zakat fitrah itu di belikan pulsa oleh dhuafa”
Nah ini dia. Contoh yang paling tepat untuk kalimat Membenarkan Yang Biasa.
Biasa memberikan zakat dalam bentuk uang, dampaknya bisa saja uang zakat dibelanjakan bukan untuk makan (beli beras) sehingga tidak tepat sasaran.
Oleh karena itu mari Istiqomah (terus menerus) membiasakan sikap dan perilaku yang benar dalam kehidupan dan pergaulañ sehari hari.
Point yang ingin disampaikan disini adalah bahwa segala sesuatu yang biasa itu tdak selalu benar. Perubahan karena kemajuan teknologi dan pemikiran adalah suatu keniscayaan.
- Salamsalaman
- Masjid Awwabin
- 9 Januari 2023
Benar sekali Pak Haji, membenarkan yang biasa blm tentu baik, tapi membiasakan yg benar adalah suatu keharusan..