Lima Jaket Kuning
Torehan bakat
Selamat Hut 71 Universitas Indonesia Almamaterku. Salam 5 Jaket Kuning dari Alumni UI Keluarga Thamrin Dahlan. Alumni FE FB (2) FKM Paska Sarjana.
Ya anda musti percaya. Awak bisa buktikan bahwa ke – 4 orang anak awak mempunyai bakat. 3 putra dan satu putri ketika masih kanak kanak belum nampak bakat apa yang akan digeluti. Namun menjelang usia 5 tahun maka lengkaplah bakat itu kami temukan. Bakat itu terlihat di bagian tubuhnya.
Ya Imunisasi buatan sesuai anjuran Kementerian Kesehatan membekas di kulit sianak. Untunglah di zaman modern seperti ini bekas torehan imunisasi cacar tidak lagi daratkan pada lengan atas, sehingga anak anak tidak perlu malu ketika memakai baju you can see.
Ah tentu anda gusar, awak main main dengan bakat. Tidak juga tuan. Setelah awak bertanya kepada kamus Bahasa Indonesia online, ternyata kosa kata bakat memiliki 3 definisi.
bakat /ba·kat /n 1 alamat (tanda-tanda bahwa sesuatu akan terjadi): — hujan; 2 dasar (kepandaian, sifat, dan pembawaan) yg dibawa sejak lahir: ia memiliki — melukis (menyanyi dsb); 3 bekas; kesan; tanda-tanda (luka dsb): — banjir yg melanda kampung itu masih tampak jelas; — pasang di pantai;
Jadi yang awak bahas disini pengertian ke -3 yaitu bakat yang mempunyai definisi bekas tanda tanda luka. Bekas luka dikulit itu akibat imunisasi. Alhamdulillah awak dan isteri mempunyai latar belakang pendidikan kesehatan sehingga kami sekeluarga wajib memberikan tauladan kepada khalayak terutama kepada tetangga tentang imunisasi lengkap untuk Balita.
Dengan demikian lengkaplah ke 4 anak itu memiliki bakat dibagian tubuhnya. Paling tidak kekebalan tubuh telah tertanam didalam sel tubuhnya sehingga pemuda pemudi itu lebih kuat menghadapi serangan penyakit menular. Nah sekarang kita sepakat ternyata di rumah andapun terdapat anak anak berbakat,..hehehehe
Izinkan awak berkisah sedikit tentang bakat dengan pengertian sesungguhnya. Bakat atau tabiat intelektual sang anak rasanya biasa biasa saja. Sambil menunggu bakat apa yang di karuniakan Allah SWT, kami menyekolahkan di SDI (Sekolah dasar Islam), Alhamdulillah semuia anak dididik di sekolah yang sama.
Kami menitipkan anak anak di SDI bukan di sekolah negeri. Di SDI anak anak mendapat pelajaran Ilmu Agama Islam yang berlebih dibanding SD Negeri. Satu kelas tidak lebih dari 20 anak, sehingga bu guru atau pak guru bisa lebih intens memperhatikan anak didik.
Alhamdulillah mereka mendapatkan pelajaran mengaji Al Qur’an dengan sistem IQRA. Pelajaran fiqh Islam terutama tata cara shalat juga diajarkan oleh para pendidik dengan tuntas. Suatu hal yang mungkin kelebihan SDI adalah lingkungan yang terjaga dari kenakalan serta kehidupan islami total mereka rasakan selama di sekolah.
Pergaulan terjaga
Pada tingkat SMP, anak anak juga mendapatkan sekolah negeri yang cukup terpandang di kawasan Jakarta Timur. SMP 49 selain dekat dengan kediaman juga merupakan sekolah dengan extra kurikulum yang cukup di banggakan. Pergi dan pulang sekolah anak anak selalu dipantau baik oleh kami sebagai pihak orang tua maupun oleh para guru.
Komunikasi intens tentang perkembangan kemajuan pendidikan anak merupakan kelebihan dari SMP 49. Di tingkat SMA anak tertua dan termuda diterima di SMA 81 di kawasan Kali Malang Jakarta Timur. SMA terbaik untuk wilayah, sedang kedua putra lainnya juga diterima di SMA yang cukup lumayan dalam penegakan disiplin. Inilah masa masa rawan anak, pergaulan harus mendapat pengawasan intens dari orang tua.
Lingkungan baik sekolah paling tidak mempengaruhi sikap anak dalam pergaulan dengan teman seusia. Lingkungan yang baik pula memberikan peluang kepada anak untuk menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah atas dengan lancar sehingga mereka lebih mudah melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Anak tertua diterima di Trisakti dan di Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN).
Didit lebih kami anjurkan sekolah di sistem ikatan dinas kementerian keuangan. Alhamdulillah kini telah bekerja. Sedangkan ke 3 anak lainnya Alhamdulillah diterima di Univesitas Indonesia. Anak ke 2 Rendi berhasil mencapai gelar S.HUM, sedangkan kedua adiknya masih di semster 6 Fakultas Ekonomi dan Fakultas Budaya Dasar Universitas Indonesia.
Demokrasi Pendidikan
Jadi awak tak berani sombong soal bakat anak anak bila dilihat dari sudut bakat intelektual. Namun paling tidak di rumah terdapat 5 buah Jaket Kuning. Jaket yang menjadi kebanggaan Almamater Universitas Indonesia. Kenapa ada 5 buah jaket,..hehehehe Ayahnya S1 dan S2 di UI sedangkan 3 jaket lainnya di sumbangkan oleh Rendi, Fauzan dan Amel.
Suatu hal yang terpenting dalam demokrasi rumah tangga, anak anak dibebaskan ingin melanjutkan kuliah di disiplin ilmu pilihannya. Kami sebagai orang tua hanya mengarahkan. Konsekuensi dari pilihan bebas itu anak anak harus konsekuensi dengan pilihannya artinya mereka harus menyelesaikan kuliah sampai menyandang gelar sarjana.
Ada satu hal lagi yang perlu awak sampaikan disini tentang bakat. Ketika bertemu kawan lama, pertanyaan yang awak sulit dijawab adalah tentang anak. Apakah ada anak yang melanjutkan karier di kepolisian ? dengan rasa haru kami menjawab sistem demokrasi tersebut.
Demikian pula ketika ada pertanyaan apakah ada putra putri tersayang yang berkarier di bidang kesehatan seperti emak bapaknya, sekali lagi jawaban demokrasi yang awak sodorkan. Biarlah bakat itu mengikuti takdir anak anak, kerena merekalah yang lebih tahu akan potensi masing masing.
Bakat oh bakat, mengalirlah dalam tubuh dan kembangkanlah dalam kehidupan
Tulisan ini merupakan bagian dari Autobiografi Keluarga Besar Thamrin Bin Dahlan Ibnu Affan
Salam salaman
PenasehatpenakawanpenasraN
[TD]