Semangat Kartini Keluarga Petokayo

Edukasi, Humaniora, YPTD126 Dilihat

 

Special thanks for Our Mother Hj. Kamsiah binti Sutan  Mahmud and Bundo Kanduang Hj Husna Darwis binti H. Raden Dahlan bin Affan

 

 Prolog

 

IBU, kami memanggilnya Mamak, “Mak, mak, mak, …”   Demikianlah  panggilan sayang kami kepada seorang perempuan. Perempuan yang melahirkan 7 anak. H Moesyawir Syariddin (alm) Erdwan Syaridin (alm) Hj Husna Darwis, Syahrir, Nurhayati, H. Thamrin Dahlan dan M Yahya. Mamak membesarkan kami tanpa pembantu rumah tangga, mengasuh dalam keterbatasan.

 

Kesulitan ekonomi di zaman susah tahun 1940 – 1970. Bapak pegawai rendahan Pertamina dengan penghasilan pas pasan malah kurang istiqomah berjuang menghidupi keluarga. Namun semua itu bukan menjadi halangan, tetap amanah mendidik dan membesarkan anak penuh kasih sayang.  Mamak Lahir di Lintau Buo Lubuk Jantan Kabupaten Batusangkar Propinsi Sumatera Barat.

 

Mamak merantau ke Jambi dan bersua dengan Ayahanda Raden Dahlan bin Affan asal Bengkulu. Mamak faseh berbahasa Belanda dan sedikit bahasa Jepang seperti juga ke dua adik perempuana Hj Raginam dan Hj Arisyam.  Etek Inam dan Etek Syam sering kami dengar  memanggil Mamak dengan sebutan akrab : Zues yang berarti Uni kalau diterjemahkan ke  Bahasa Minang.   Tiga perempat hidup bermukim di Tempino Jambi, menunaikan Ibadah Haji tahun 1982. Diakhir hayat Mamak dan Bapak menetap  di rumah Uni Husna kawasan Taman Cimanggu  Bogor

 

Episode 1

 

Untuk membantu ekonomi keluarga Bapak dan Mak memutuskan pindah dari rumah dinas Pertamina ke ladang. Tujuan meninggalkan fasilitas listrik, lampu dan gas gratis dari perusahaan tidak lain untuk menambah penghasilan keluarga dari hasil kebon sendiri.  Dari hasil kebun ladang dan kolam bisa membantu membiayai sekolah anak anak.

 

Guna  menambah penghasilan yang lebih besar untuk  menutupi biaya sekolah anak anak maka Mamakpun akhirnya berdagang.  Inilah saudagar perempuan di Pasar Tempino berniaga dari satu kampong ke kampong lain. Bahkan Mamak pernah berniaga sampai ke Tanjung Balai / Tanjung Pinang ketika Uda Erdwan bekerja di Kepulauan Riau.

 

Dari hasil kebun Mak dan Bapak menjual sirih dan semua hasil tanamam ladang dan kolam. Pohon Kelapa menjadi andalan utama yang mampu menutupi keperluan sehari dan biaya sekolah anak anak. Inilah antara lain perjuangan kasih sayang seorang ibu. Alhamdulillah perjuangan Mamak dan Bapak tak sia sia. 8 anak kanduang dan cucu cusu serta cicit Insha Allah saat ini hidup bahagia sejahtera.

 

 Episode 2

 

Kami menyebutnya Uni Husna, kakak perempuan ku tertua. Nasib menimpa Uni, entah penyakit polio entah apa Uni Ina menderita lumpuh lunglai tungkai sampai sampai kedua kaki lemah, tidak bisa digerakkan apalgi berjalan . Nenek di kampung Lintau Buo Lubuk Jantan berkata,

 

” oh sansai bana cucu den, kan menjadi apo inyo nanti”

 

Husna hanya bisa mengusir ngusir ayam di halaman dengan sapu lidi, mengusir ayam yang menggangu jemuran padi dihalaman. Tetapi Mamak (Kamsiah binti Sutan Mahmud) tidak menyerah ,

 

“si Ina anak perempuan dia harus diobat harus bisa disembuhkan”

 

Mamak bersikeras tak mau menyerah, Husna  di gendong kesana sini  berjalan kaki atau naik bendi untuk berobat. Mamak tak mau kalah, ini bukan takdir ini nasib yang harus di ubah. Mamak tidak peduli kata orang sekampung,  penyakit lunglai tungkai harus di obati. Berkat perjuangan dan kasih kasih sepanjang jalan akhirnya Uni sembuh. Bisa berjalan, bisa bersekolah. Ini dia Visioner Mamak Jilid 1.

 

Berhubung di desa Tempino pendidikan hanya ada Sekolah Rakyat dengan mutu seadanya maka Mamak menitipkan Husna ke adik kandungnya Etek Arisyam di kota Jambi. Suami Etek Isyam, Angku Darwis Sutan Sampono seorang pemborong bangunan sukses. Maka jadilah Husna tinggal di Jambi. Setamat SMP Uni Husna menolak ketika di suruh melanjutkan ke Sekolah Kepandaian Putri (SKP). Entahlah mungkin sekolah jahit menjahit tak ada sambungannya ke SMA bahkan ke Perguruan Tinggi.

 

Sesekali di hari libur Uni pulang ke Tempino ketemu dengan adik adiknya yang masih memakai baju monyet kala itu. Etek Syam dan Pak Etek Darwis mengurus semua pendidikan.  Itulah sebabya Husna memakai Darwis dibelakang namanya seperti tercetak di izajah  SR, SMP, SMA sampai kuliah di Fakultas Hukum Universitas Sriwijaya Palembang.   Subhanallah, Inilah rekor keluarga petokayo ketika Husna Darwis SH menjadi Sarjana pertama di kaum kami.

 

Karier polisi wanita dari Jambi pindah ke Jakarta sembari kuliah sehingga  berhasil menjadi Notaris.   Pensiun dini berpangkat Letnan Kolonel Polisi selanjutnya menetap dan membuka kantor di Bogor .  Kini Uni Husna  menggantikan peran Mamak menjadi Bundo Kandung.  Alhamdulillah profesi Notaris jujur dan benar menambah rezeki halal sehingga Uni Husna menjadi tempat anak kemenakan berlindung,  tempat bernaung tempat meminta bantuan dan dukungan.

 

Coba bayangkan kalau Uni Husna tidak di sembuhkan, dia hanya akan menghabiskan hidupnya mengusir ngusir ayam di halaman.  Jasa dan pengorbanan Mamak sungguh tak tergantikan dan tak terbalaskan sepanjang zaman. Visioner Mamak jilid 2.

 

 Episode 3

 

Adik bungsuku Yahya Dahlan memiliki nasib hampir sama dengan Uni Husna. Ketika  lahir posisi  kaki terbalik sehingga tidak bisa berjalan normal.  Sekali lagi Mamak tidak mau menerima keadaan begitu saja. Mak tidak mau menyerah walau orang sekampungku bilang. ” terimalah takdir itu maktuo, itu cacad bawaan, tidak usah di obati kaki pengkor, terimalah nasib si Yahya”

 

Mamak  bersikeras, Yahya harus diobati sampai sembuh, dua kaki harus di operasi. Mamak berbicara ke orang kampong Tempino :

 

“Ini bukan takdir, si anak bungsu Yahya akan ambo bao operasi kaki di Rumah Sakit Pertamina Bajubang Jambi”

 

Bada’ operasi Adikku di gendong mamak kesana sini, bayangkan betapa berat kaki Yahya  di gips beton kapur.  Alhamdulillah adikku sembuh, kaki lurus bisa berjalan normal, bahkan berlari lari.  Kini Yahya  mendapat gelar Sutan Duri Hanyut bersebab rasa syukurnya ke Mamak sehingga selalu menceritakan kesetiap orang( siapapun dia teman bicara kenal atau tidak) untuk mendengarkan kisah hidup  kaki si  pengkot.

 

Inilah visioner Mamak jilid  3 menyelamatkan Yahya.  Coba bayangkan kalau adikku tidak di operasi, dia akan cacat selama hidup  dan tidak bisa menjadi Sarjana Pertanian, bekerja di Farmasi  apalagi beristeri.

 

 Episode 4

 

Marlisa cucung nenek tingggal dipedalaman. Anak perempuan cantik  semata wayang kakakku Syahrir dan Uni Lis.  Mamak mengantarkan Lisa ke Bogor untuk tinggal bersama Uni Husna.  Menangislah anak perempuan usia 8 tahun terpisah dengan orang tua kandung.

 

Selama menjadi anak Ibu Bogor,  Lisa  dididik penuh kasih sayang dalam disiplin keras oleh seorang Mantan Polwan.  Waktu berbilang tahun, SD, SMP dan SMA di Bogor hingga mendapat gelar Sarjana Hukum  Universitas Trisakti. Sempat bekerja sebentar di kantor pengacara, namun akhirnya mengikuti jejak Ibu Husna melanjutkan kuliah S2 Notariat di Universitas Indonesia.

 

Marlisa nan dulu menangis terisak kini menjadi seorang Notaris. Meneruskan perkerjaan Ibu Husna di kantor Notaris yang sama.  Inilah visioner Mamak Hj Kamsiah binti Sutan Mahmud jilid  4 , meng hijrahkan Lisa dari Tempino ke Tanah Jawa guna menempuh pendidikan dan kehidupan yang lebih baik.  Alhamdulillah

 

Epilog

 

Subhanalllah , Itulah ibunda kami yang tidak pernah sekalipun marah.  Senyumnya adalah senyum terindah didunia. Masakan sayur tauco Mamak ter-enak sedunia.  Bagi kami anak keturunan dan cucu cicit sosok Mamak adalah tauladan kehidupan, Beliau lengkap menjadi Ibu Sejati.

 

Alhamdulillah Mamak tidak pikun di usia senja. Selalu mengaji dan bersedekah. Terima kasih Mak, ……. Walau Mamak telah tiada namun semangat tertanam di sukma. Doa kami teriring disetiap ibadah sebagai wujud terima kasih atas perjuangan seorang Ibu Sejati.

 

Mamak, Nenek kami bernama Hajah Kamsiah Binti Sutan Mahmud wafat di usia 90 tahun.  Beliau seorang visioner (meminjam istilah sang cucu Erdonis Erdwan).  Begini tentang Nenek menurut Doni :

 

” Nenek memiliki kemampuan luar biasa, jauh melihat kedepan ketika orang lain tak terpikirkan, nenek  bertekad mengubah keadaan dengan tindakan dan melakukan hijrah tinggalkan kampung halaman”

 

Masih terngiang ucapan Mamak :

 

“Takdir itu adalah ketika kalian ditetapkan sebagai lelaki atau perempuan. Takdir adalah ketika kalian dutetapkan sebagai anak  keturunan minang dan bengkulu. Takdir adalah ketika kalian dilahirkan beragama Islam”

 

Awak baru paham dan semakin paham ketika mendengar rekaman Tausyah Ustazd Abdul Somad ” Sesungguhnya Takdir tidak bisa dipesan ketika masih janin dalam rahim ibu. Manusia tidak  bisa memilih aatau memesan agar dilahirkan sebagai Arab,  Batak atau Cina misalnya. ”  Itulah keputusan dan ketetapan final Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa yang tidak boleh diganggu gugat.  Jangan coba coba diubah,  terimalah dengan keikhlasan

 

Jadi paling tidak sepengetahuan awak ada 4  Visioner Mamak , kalau boleh disebut sebagai “pekerjaan mulia” . Ketika Kaki Husna lunglai, Ketika Husna di titipkan ke Etek Syam, Ketika Kaki Yahya pengkor dan Ketika Marlisa tinggal di pedalaman di hijrahkan ke Bogor.  Sekali lagi ini bukan takdir kata Mamak, bisa diubah dengan upaya keras dan doa. Jelas,  inilah bukti nyata dan fakta menjadi pembelajaran bagi anak cucu Hj Kamsiah binti Sutan Mahmud.  Seorang Ibu hanya sekolah sampai kelas 3 SR,  berhasil mengubah nasib anak dan cucu dari kelemahan menjadi kekuatan menuju perjalanan hidup dan kehidupan  bermakna bagi setiap orang.

 

Allah Akbar , Sekali lagi dan tak putus putus nya kami mengucapkan Terima kasih banyak sebanyak banyaknya tak terhingga.   Mamak  contoh teladan ibu sedunia, mampu mengubah sesuatu yang tidak mungkin menjadi nyata.  Kini Almarhumah bersanding damai abadi dengan Ayahahanda Haji Raden Dahlan Bin Affan peristirahatan dunia terakhir pemakaman abadi Kota Bogor.

 

Awak sebagai anak ke – 6 mengungkapkan rasa terima kasih dengan cara menerbitkan buku KASIDAH.   Buku diterbitkan tahun 2016 memuat sebagian sejarah hidup keluarga terutama tentang Mamak dan Bapak. Kisah sejati direkam kembali  seperti yang awak alami ketika masih tinggal bersama Mamak dan Bapak di Tempino Jambi dan di Bogor.  Tentu masih banyak yang belum terungkap dan juga belum terdokumentasi bagaimana kisah anak keturuan lain terkait kehidupan Mamak dan Bapak.  Insya Allah lambat laun kisah nyata perjuangan sosok seorang Ibu dapat di kumpulkan dari pengalaman sanak saudara guna kita himpun menjadi Buku Kasidah Jilid 2.

 

Untuk segala pengorbanan dan jasa kedua orang tua mari kita bacakan Ummul Kitab Al Qur’an, Al Fatehah,….

 

Wassalam

 

Jakarta, Hari Ibu 22 Desember 2017

 

TD

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan