Menjamu Saudaraku Badui

Membeli kebahagiaan melalui 2 botol madu dari 3 sahabat Suku Badui Dalam  pada jamuan makan siang. Makan bersama dihari Sabtu 4/11/2017 di rumah makan padang Pasar  induk Keramajati Jakarta Timur. Awak membeli 2 botol Madu,  Tak tega menawar harga seratus lima puluh ribu sebotol mengingat perjalanan jauh puluhan kilometer dari kampong. Inilah pertemuan kedua secara fisik dengan sahabat Baduy.

Sebelumnya bulan lalu awak bertemu saudara badui mereka di Jalan Condet Raya. Padahal sebelumnya banyak sekali kesempatan bertemu namun selalu saja ada halangan. Beberapa kali berpapasan dengan suku badui. Pernah sekali ketika 3  orang badui berjalan kaki di jalan raya bogor Jakarta Timur.   Mereka berjalan cepat tanpa mengenakan alas kaki.  Berjalan di pinggir jalan  terus menatap kedepan.  Terkadang berjalanan beriringan terkadang  bersebelahan, sesuai dengan keleluasaan trotoar jalan Jakarta.

Cara mengenal  suku badui sangat mudah sekali.  Sosok ini selalu mengenakan busana  hitam putih.  Baju hitan dan celana itu potongannya seperti pemain  silat.  Ditambah lagi dengan ikat kepala yang juga berwarna gelap.  Terlihat buntalan kain disandangkan pada punggung.  Dari jauh saja warga  Jakarta sudah bisa menandai mereka adalah suku badui, karena tidak ada  lagi suku di Indonesia yang berjalan kaki tanpa alas menyelusuri ibukota.

Awak terniat akan memberikan uang atau minuman mineral  kepada saudara setanah air ini.  Namun apa daya ketika itu tidak  berhasil karena kendaraan yang di naiki tidak bisa berhenti di lampu  hijau..  Hilanglah kesempatan berderma kepada saudara ku. Ya ketika itu  kami berlawanan arah. Di satu saat lain di bunderan Hotel  Indonesia pernah pula bersua dengan 2 orang suku badui.

Nah di  kesempatan ini bisa bersalaman sambil memberikan sedikt uang karena saat  itu kami sama sama pejalan kaki.  Anggukan pelan tanpa suara sebagai  tanda terima kasih kami terima.  Ya sudahlah, silahkan berjalan terus  tuan, kami tak akan menganggumu dengan wawancara.

Memang unik kehidupan  suku badui sesuai  dalam alam semesta.  Walaupun warga negeri ini sudah  demikian maju menggunakan alat komunikasi dan transportasi, mereka  tetap saja tak memerlukan telpon genggam dan tetap  setia berjalan kaki.   Pernah seorang teman menawarkan untuk ikut menumpang dalam kendaraan  pribadi, namun dengan santun mereka menolak.

Mungkin itulah  sebabnya saudaraku badui tetap sehat walafiat mengembara di hutan beton  kota Jakarta.  Ratusan kilometer mereka tempuh tanpa lelah.  Sampai saat  ini kami belum paham apa alasan mereka menelusuri kota jakarta. Apakah  gerakan jalan kaki ini sebagai peringatan kepada orang modern untuk  mengingat kesejatian hidup. Pesan suku badui sederhana saja bahwa kaki  itu di ciptakan Tuhan Yang Maha Kuasa untuk sering sering digunakan  berjalan kaki. Jangan naik kendaraan melulu.

Dalam hal  ini Pemerintah tidak bisa memaksa suku badui menggunakan dan  memanfaatkan alat alat modern.  Biarlah mereka dalam kenyamanan, biarlah  mereka hidup dalam alamnya jangan di ganggu lagi.  Toch mereka tidak  menganggu lingkungan. dan tidak mengganggu tuan dan nyonya. Justru  orang orang modern seperti kita yang harus menyesuaikan diri.

Menyesuaikan diri dalam artian menerima saudara suku baduy apa adanya.  Jangan sampai salah kaprah ingin membantu malah membuat suku baduy  merasa takut.  Orang modern wajib memamahami alam suku baduy yang memang  tidak akan berubah sampai di akhir zaman.

Sesungguhnya catatan sejarah  Indonesia bahkan sejarah dunia bisa menasbihkan suku baduy sebagai alibi  budaya.  Kehadiran suku baduy di tengah pergeseran budaya nasional  tidak bisa dielakkan dan merupakan pagar budaya nusantara. Suku Badu  patut di banggakan bersebab mereka tetap tidak akan terjamah atau  terpengaruh oleh budaya asing yang  begitu deras menghampiri generasi  muda Indonesia.

Poin yang ingin disampaikan disini adalah bahwa Pemerintah harus tetap menjaga habitat suku  badui .  Janganlah sok ingin mensejahterakan maka mereka di budayakan  versi pemerintah yang belum tentu memberikan rasa tenang kepada suku  baduy.  Bukan berarti kita membiarkan mereka berada dalam  keterbelakangan,  namun pemerintah bisa berperan dalam bentuk bantuan  pemeliharaan kesehatan.

Itu saja sudah cukup. Soal pendidikan  boleh juga di tawarkan namun jangan dipaksakan.  toh mereka sepertinya  lebih paham bagaimana berinteraksi dengan alam.

Betapa lahapnya kami makan bareng di siang itu.  Batambauh kecek si Uda pemilik resto padanga.Entah kapan lagi bisa mendapat moment seperti ini.  Saudarakan badui, berjalanlah terus berjalan modernisasi tidak membuat kecil hati.

Salamsalaman

4 November 2017

TD

Tinggalkan Balasan

3 komentar

  1. Ping-balik: Ponsel Baduy - YPTD