Buya Hamka Guru Imajinerku 

Guru Imajinerku  Buya Hamka

Catatan Thamrin Dahlan

Belajar wajib berguru agak tak salah arah dan arahan. Pada galibnya guru ada di kelas menyampaikan pelajaran. Guru pun ada tingkatan sehingga Beliau berubah sebutan menjadi Dosen kemudian Guru Besar.

Pada dasarnya Guru memiliki kepribadian teladan. Sosok guru dijadikan idola oleh para murid, pelajar, siswa. Guru mengantar kita menjadi pintar. Guru adalah sosok manusia penyabar menghadapi berbagai tabiat pembelajar.

Ketika seorang warga negara sudah tidak mempunyai kelas lalgi maka bukan berarti berhenti belajar. Tentu masih ingat pesan nenek moyang ” belajar dari buaian sampai liang lahat”.

Belajar memang perlu guru secara fisik. Namun ketika guru sudah wafat maka kita belajar melalui peninggalannya. Peninggalan seorang Guru adalah buku.  Inilah yang disebut dengan Guru Imajiner. Belajar melalui buku karya Buya Hamka. Saya berguru kepada Almarhum dengan cara membaca buku buku manusia hebat ini.

Inilah kehebatan seorang guru dan juga penulis. Walau sudah wafat namun ilmunya masih bisa terus dipelajari, diulas dan dijadilan referensi   Buya Hamka adalah Guru Imajiner Thamrin Dahlan. Tak sempat berguru ketika Beliau masih hidup.  Dengan demikian  kenapa tidak membaca pemikiran Ulama dan juga satrawan besar Indonesia sebagai pembelajaran.

Hanya ada perbedaan  sedikit saja antara guru dunia nyata (biasa)  dengan guru imajiner.  Guru imajiner bisa mengajar dimana saja tanpa sekat waktu, tempat dan liburan semester.  Hanya saja satu saja yang tidak bisa dilakukan guru imajiner adalah menjawab / menjelaskan secara langsung ketika murid bertanya.

Dokumen Pribadi

Murid  cerdas mencari jawaban melalui buku buku karya  dari guru imajiner atau dari buku lain.  Harapan saya kepada Buya Hamka sebagai guru imajiner  adalah Almarhum bersedia  mempunyai murid seperti saya.  Murid ini yakin sebagai pujangga besar Buya  dengan senang hati menerima siapa saja yang ingin belajar dengannya.

Belajar melalui guru imajiner jelas tidak ada ujian tengah semester dan ujian akhir semester.  Pembelajaran nan tiada ber SKS dalam makna sejati belajar terus menerus,  membaca dan membaca sehingga menjadi seorang murid bijaksana.  Tidak ada ukuran pasti apakah seorang murid itu mendapat nilai A atau bahkan D tetapi satu hal pasti murid yang baik akan mengamalkan ilmu yang diterima.

Buku karya Buya Hamka adalah media komunikasi antara murid dengan guru imajiner. Ahad, 29 September 2019 saya menambah koleksi buku karya Guruku.   Buku bertajuk Pribadi Hebat dibeli di toko Buyung Jalan Kramat Raya 36  Jakarta Pusat.  Inilah buku pelajaran kesekian dalam proses belajar ke Buya Hamka.

Point yang ingin disampaikan disini adalah bahwa sesungguhnya setiap orang adalah guru.  Setiap tempat adalah ruang kelas, setiap suara adalah harmonisasi  lagu nan indah.  Oleh karena itu belajar dari alam merupakan ujung dari pembelajaran di kelas dari Maha Guru Tuhan yang Maha Kuasa.

Salam Literasi

BHP 30 September 2o21

YPTD

Tinggalkan Balasan