Tiga Pena

Menulis adalah ketrampilan anugerah illahi.  Tidak semua orang bisa menulis, tentunya menulis disini bukan menulis dalam bentuk mencatat pelajaran, atau menanda tangani kwitansi atau juga menulis di papan tulis.

Menulis yang awak defenisikan disini adalah menulis suatu opini, reportase atau fiksi.  Menulis menjadi tanggung jawab pribadi ketika tulisan itu di publish ke  media sosial.  Apabila kita hanya menulis di buku harian, maka tidak masalah mau curhat habis habisan.

Namun ketika tulisan di posting kemudian dibaca khalayak dan kemudian mendapat tanggapan, maka  disanalah ditemukan RUH tulisan. Setuju ya setiap Tulisan itu ada ruh dalam makna hakiki tulisan hidup ketimbang hanya dibaca sendiri karena tidak di posting ke medsos.

Secara pribadi awak menulis di sosial media barulah 11 tahun.  Banyak pelajaran berharga  didapat di sosial media walaupun tulisan itu singkat. Contohlah  di Facebook atau tulisan yang cukup berparagraf di website Yayasan Pusaka Thamrin Dahlan (YPTD) terbitkanbukugratis.id.

Berdasarkan pengalaman apakah   tanggapan pembaca positif atau  negative adlah resiko yang wajib diterima ketika berselancar di dunia maya. Pengalaman mengasyiekan bahkan buruk ketika menayangkan tulisan anggap saja sebagai bonus.

Menyikapi seluk beluk menulis dengan segala perniknya awak memposisikan diri sebagai penulis kawan, penulis saran dan penulis sehat.  3 Pena.  Inilah niat menulis berbagi kebaikan agar merasakan manfaat untuk  diri sendiri dan mudah mudahan dirasakan juga oleh sobat pembaca.

Ada kenyamanan ditemukan setelah membungkus setiap tulisan yang akan di posting ke sosial media dengan cara meneliti kembali setiap tulisan sebelum di publish. Check and recheck apakah tulisan tersebut sudah sesuai dengan niat penulis.  Artinya luruskan niat dan bunuh ego.

Benar sekali ego itu berteman dengan kesombongan yang pada akhirnya mencampakkan diri.  Berupaya untuk tidak menyinggung pribadi seseorang atau institusi dengan menggunakan kata OKNUM.

Berupaya memberikan saran di setiap akhir tulisan,  dalam arti menulis itu ada manfaatnya bagi diri sendiri dan mudah mudahan berguna pula bagi para pembaca.

Dalam menulis seringkali kita sulit untuk menghindari sikap  keberpihakan. Keberpihakan adalah suatu keniscayaan.  Suatu hal yang patut dipastikan hendaknya keberpihakan itu dalam rangka membela kepentingan masyarakat (public interest)

Keberpihakan kepada sesuatu kepentingan publik adalah dalam rangka memperkuat komunitas selama masih berada di jalan yang benar. Kepentingan publik apabila di kerjakan bersama dengan semata niat untuk kemaslahatan umat kenapa tidak bergabung.

Dengan menulis banyak ide yang disampaikan, banyak inspirasi yang didaratkan dan banyak dukungan yang bisa diberikan untuk kebaikan sesama

Jadi kenapa sebelum menekan tombol publish, kita tidak membaca sekali (atau 2 x)  lagi tulisan itu.  Apakah karya tulis itu sudah sesuai dengan niat dalam arti luruskan niat sesuai dengan motto sharing n connecting.

Apakah ada ego berlebihan tertuang disana.  Apakah ada tulisan yang patut diduga menohok atau menyinggung perasaan orang lain. Apabila semua  its oke tidak ada masalah lagi, tulisan sudah “bersih ” silahkan tekan tombol publish.  Insya Allah  tulisan anda akan memberikan kenyamanan kepada orang lain dan tentu untuk diri sendiri.

Yes tulisan adalah representative diri pribadi si penulis.  Branch akan terbentuk setelah kita menayangkan beberapa tulisan.  Pembaca akan me label i penulis, artinya si penulis akan mendapatkan  gelar  yang pantas di sematkan sesuai dengan kualitas dan kuantitas tulisannya.

Selamat menulis, menulislah terus seperti meng konsumsi vitamin 1 x 1.  Paling tidak bagi penulis gaek seperti awak, menulis diyakini bisa memperlambat datangnya penyakit tua alias pikun stadium 1.

Salam Literasi

BHP 2 September 2021

YPTD

Tinggalkan Balasan

7 komentar