Pusakaku : Adinda Muhammad Yahya bin Haji Dahlan Ibnu Affan
Catatan Thamrin Dahlan
Yahya anak bungsu Haji Dahlan Ibnu Affan dan Hj. Kamsiah binti Sutan Mahmud. Kini kami tinggal berdua di dunia fana ini. Ibunda dan Ayahanda serta 5 saudara kandung telah berpulang ke rahmatullah.
Jum’at 14 Oktober 2022 kami ziarah ke makam Mak dan Bapak serta Uni Hj Husna binti Dahlan dan Uni Nurhayati binti Haji Dahlan di Tempat Pemakaman Umum Blender Bogor.
Yahya bagi awak adalah pusaka. Satu satunya saudara kandung nan di amanahkan Almarhumah Ibunda untuk ” dijaga” . Pusaka keluarga ini berusia 67 tahun menetap bersama keluarga di kota Palembang.
Yahya bagi awak adalah pusaka. Satu satunya saudara kandung nan di amanahkan Almarhumah Ibunda untuk ” dijaga” . Pusaka keluarga ini berusia 67 tahun menetap bersama keluarga di kota Palembang.
Suatu ketika Ibunda Hj. Kamsiah binti Sutan Mahmud berpesan
“Anakku Thamrin jaga adikmu si Yahya. Dia pusaka keluarga kita”
“InshaAllah Mak, itam akan berusaha menjaga Yahya, mohon doa semoga kami berdua selalu bersama”
Pesan Mak itu berangkat dari parasaian (kesedihan bukan kepalang). Yahya ketika lahir 1 Juni 1955 telapak kaki kanan nya terbalik. Istilah kami di Tempino ‘pengkong’. Ini bukan takdir kata Emak. Yahya kecil di gendong Mak di bawa ke Rumah Sakit Pertamina Bajubang Jambi untuk di operasi.
Setelah di operasi kemana mana Yahya digendong Mak dengan posisi kaki di gips. Dapat dibayangkan betapa beratnya si Yahya namun kasih sayang seorang ibunda tiada tara. Alhamdulillah operasi tungkai berhasil. Yahya bisa berjalan bahkan berlari secara normal.
Inilah makna Pusaka bagi keluarga kami. Terngiang ucapan Mamak :
“Kaki pengkong Yahya bukan takdir Allah SWT Masih bisa diperbaiki:”
ibunda Hj. Kamsiah Binti Sutan Mamud asal Lubuk Jantan Lintau Sumatera Barat tidak menghiraukan ucapan para tetangga di Tempino kala itu
” Sudahlah Mak Tuo itu sudah takdir kaki anak pengkong. Terima saja”
Dapat dibayangkan seandainya Mak tidak berkeras hati mengperbaiki posisi kaki anak tercinta. Bisa jadi cacat seumur hidup dan tidak percaya diri. Tentu kondisi seperti itu Yahya menjadi beban bagi dirinya sendiri dan keluarga besar.
Adinda Yahya Insinyur Pertanian Alumni Universitas Sriwijaya merupakan Pensiunan PT Kimia Farma. Adik kesayangan Bundo Kanduang Hj. Husna Dahlan ini memiliki Gelar Sutan Duri Hanyut.
Yahya pandai berdongeng. Itulah sebabnya sangat disenangi anak kemenakan ketika masih tinggal di tanah kelahiran Tempino Jambi. Adikku yang satu ini super ramah. Siapa saja yang ditemui selalu diajak akrab berbicara. Sehingga tepatlah gelar duri hanyut nyangkut bersebab kalau Yahya ngobrol bisa ber jam jam.
Setelah ziarah kami istirahat sejenak di Kantor Notaris Marlisa bin Syahrir SH, M.Kn di Jalan Sudirman Bunderan Air Mancur. Inilah warisan Kantor Notaris Almarhumah Hj Husna binti Haji Dahlan yang patut pula dijaga oleh Keluarga Besar Petokayo.
Shalat Jum’at di Masjid Zeni TNI AD kemudian lanjut menuju Poll Bus Rosalia Indah di Tajur.
Ya Adinda Yahya akan berangkat ke Palembang setelah bersilaturahmi selama 40 hari di Bogor dan Jakarta.
Awak menunggu sampai Bus berangkat pukul 14.00. Kami ngobrol panjang. Seperti biasa awak lebih banyak mendengar pengalaman adinda ku ini. Manurut Lisa si Pak Etek Yahya setiap hari selalu berjalan keluar rumah Taman Cimanggu Bogor. Hobby berkelana plus ngobrol nan tersampaikan ketika bersua dengan siapa saja.
Alhamdulillah pukul 04.00 Sabtu Yahya telah di jemput putranya Kemal. Berkumpul lagi dengan keluarga di Palembang. Pusaka ku ini wajib dijaga, di telpon dan ditanya kabar berita.
Ya kini kami tinggal berdua saudara sekandung. Walaupun berjauhan tempat tinggal namun tetap saling kirim doa untuk Mamak dan Bapak serta Uda Musyawir, Uda Erdwan, Uni Husna, Uda Syahrir dan Uni Nurhayati.
Aamiin Ya Rabbal Alamiin
BHP 16 Oktober 2022
YPTD
Assalammu’alaikum.Maaf.Sangat terharu Ayahnda.Semoga apa yang Ayahnda tuliskan menjadi pembelajaran juga penguatan bagi kami kaula muda.Semoga kelurga Ayahnda dimanapun berada senantiasa dalam lindungan Allah Swt.Aamiin.