Literasi Pancasila

Literasi Pancasila

Literasi :

Kamus Besar Bahasa Indonesia

Kemampuan dan keterampilan individu dalam berbahasa yang meliputi membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari.

Literasi tidak bisa dilepaskan dari kemampuan berbahasa.

Jika dulu definisi literasi adalah kemampuan membaca dan menulis. Saat ini, istilah Literasi sudah mulai digunakan dalam arti yang lebih luas. Dan sudah merambah pada praktik kultural yang berkaitan dengan persoalan sosial dan politik.

Definisi baru dari literasi menunjukkan paradigma baru dalam upaya memaknai literasi dan pembelajaran nya. Kini ungkapan literasi memiliki banyak variasi, seperti Literasi media, literasi komputer, literasi sains, literasi sekolah, dan tentu literasi Pancasila serta literasi lain sebagainya.

Hakikat ber-literasi secara kritis dalam masyarakat demokratis diringkas dalam lima verba: memahami, melibati, menggunakan, menganalisis, dan mentransformasi teks. Kesemuanya merujuk pada kompetensi atau kemampuan yang lebih dari sekedar kemampuan membaca dan menulis.

Menurut Elizabeth Sulzby “1986”, Literasi ialah kemampuan berbahasa yang dimiliki oleh seseorang dalam berkomunikasi “membaca, berbicara, menyimak dan menulis”

Gerakan literasi Pancasila diartikan sebagai sebuah gerakan untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila sehingga masyarakat dapat menghayati, mengamalkan, dan melestarikan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.

Perpustakaan Proklamator Bung Karno terus bergerak maju dalam upaya untuk menginternalisasikan pemikiran Bung Karno.  Semua komponen-komponen yang telah menjadi dasar dan haluan negara, serta agar cita-cita mulia Bung Karno untuk mengantarkan masyarakat Indonesia  sejahtera, adil dan makmur bisa dicapai.

Dalam sambutan Webinar Bung Karno dan Literasi Pancasila Menggali Pemikiran, Membumikan Pancasila, Rabu 10 Maret 2021 Kepala Perpusnas RI Muhammad Syarif Bando mengatakan,

 Kalau di dalam buku yang berjudul Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia,  mari kita menjadi penyambung lidah Bung Karno untuk menyampaikan betapa cita-cita beliau mulia untuk bangsa ini,

Penting bagi masyarakat Indonesia menegaskan bahwa Pancasila yang telah dirumuskan Bung Karno merupakan salah satu dasar negara yang paling sempurna.  Pancasila  merupakan ideologie terbaik  di atas muka bumi ini karena didalamnya mencakup seluruh sendi kehidupan manusia.

Perpustakaan Nasional bersama jajaran, termasuk Perpustakaan Proklamator Bung Karno maupun Perpustakaan Proklamator Bung Hatta, memiliki tugas memastikan seluruh masyarakat Indonesia bisa menikmati filosofi dari dasar Negara. Tujuan mewujudkan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Untuk itu, bicara mengenai literasi tentunya akan berbeda dengan versi literasi pada 76 tahun silam.

Dijelaskan, pada awal kemerdekaan 17 Agustus 1945, ketika Presiden Soekarno mendeklarasikan Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, sebanyak 98 persen penduduk Indonesia tidak bica membaca.

Dengan anggaran pendidikan yang sangat minim, Soekarno harus turun langsung bahkan berjalan kaki dari Blitar ke Tulungagung untuk memastikan pemberantasan buta aksara bisa berjalan dengan baik.

Pada saat itu literasi hanya sebatas kemampuan mengenal kata, kemampuan mengenal kalimat, dan menyatakan hubungan sebab akibat,

Namun berbeda versi literasi pada masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo, sebanyak 96 persen jumlah penduduk sudah bisa baca.  Dukungan  anggaran pendidikan 20 % dari APBN yang cukup besar maka makna literasi pun berubah.  Diharapkan kebijakan ini dapat mewujudkan SDM unggul.

Kemampuan Dasar Literasi Pancasila  

  1. Kemampuan aksestabilitas terhadap sumber bahan bacaan terbaru.
  2. Kemampuan memahami yang tersirat dari yang tersurat.
  3. Kemampuan mengemukakan ide, teori, kreativitas dan inovasi baru
  4. Keampuan menciptakan barang dan jasa bermutu yang bisa dipakai dalam kompetisi global.

Ketua Yayasan Generasi Lintas Budaya Olivia Zalianty menilai sosok Bung Karno merupakan tokoh yang memiliki gaya berfikir yang cerdas, strategis, tepat waktu dan ruang.

Olivia juga mengagumi kecerdasan Bung Karno yang dapat mengkristalisasikan idelogi-ideologi dunia menjadi satu ideologi yang mengikat dunia yaitu Pancasila. Dan salah satu bentuk ilustrasi itu adalah humanity atau kemanusiaan

Bung Karno mampu membawa bangsa ini kepada tatanan baru, beliau bisa melepaskan belenggu dari kolonial dan imperialisme. Selain itu, Bung Karno meletakkan strategi yang menjadi protokol perubahan peradaban contohnya humanity dan demokrasi.  Demokrasi Bung Karno demokrasi terpimpin yang tersirat dalam sila keempat yang juga mencerminkan kepribadian bangsa kita yakni demokrasi yang musyawarah dan mufakat.

Pakar Aliansi Kebangsaan Yudi Latif mengatakan, Pancasila merupakan hasil suatu proses penggalian penemuan diri sejarah yang merentang panjang.  Mulai dari periode pembibitan, perumusan hingga pengesahan. Dalam baca buku Soekarno Penyambung Lidah rakyat dikatakan bahwa Soekarno mulai memikirkan Pancasila sejak usia 17 tahun.

“Pancasila menjadi suatu yang sangat fundamental, karena Pancasila menampilkan keragaman Indonesia. Indonesia begitu besar wilayahnya begitu banyak dan majemuk penduduknya. Maka siapa saja yang ingin memimpin Indonesia, menjadi warga negara Indonesia yang baik harus memiliki keluasan mental dan kekayaan rohani seluas Indonesia dan semajemuk dan sebanyak penduduk indonesia. Maka dari itu penting bagi kita memahami nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari.”

Dalam kapasitas sebagai Dosen saya mengajak Mahasiswa untuk berperan aktif dalam kegiatan literasi.Hampir 25 tahun memberikan Mata Kuliah Pancasila dan Kewarganegaraan di Universitas Pembangunan Nasional, Universitas Gunadarma dan  Sekolah Tinggi Akuntasi Perbanas saya mengajak Mahasiswa menulis.

Menulis sesuai dengan jurusan mereka ditautkan dengan Pancasila. Saat ini di usia 69 tahun saya kosentrasi mengajar di Akademi Perawat Polri Jakarta Timur. Seperti dilihat di website YPTD terbitkanbukugratis.id Mahasiswa posting tugas menulis. Ini kegiatan ke 2 setelah mereka posting tentang Cita Cita dikaitkan Mata Kuliah Kewarganegaraan.

Kali ini 108 Mahasiswa Akper Polri Jakarta Akt. 28 menulis tentang Butir Butir Pancasila. Setiap mahasiswa menyampaikan opini dan pengalaman pelaksanaan 45 butir Pancasila dalam kehidupan sehari hari.

Tahun 2020 YPTD sudah menerbitkan Buku ber ISBN bertajuk Antologi Literasi Mahasiswa Akper Polri Akt. 27. Inilah cara saya mengajak generasi muda komunitas milleneal masuk ke dunia Literasi. Membaca kemudian menulis dan akhirnya bermuara menjadi Buku.

Lebih lengkap bisa dibaca disini https://terbitkanbukugratis.id/thamrin-dahlan/10/2021/begini-cara-mengajak-anak-didik-menulis/

Kepada teman teman sahabat guru semoga terinspirasi mengajak anak didik menulis. Mari kita manfaatkan seoptimal mungkin fasilitas sosial media seperti website YPTD sebagai wadah meningkatkan kualitas dan kuantitas komunikasi edukasi informasi Literasi Indonesia.

Tugas Guru bukan sekedar menggugurkan kewajiban mengajar. Lebih jauh dari itu ada tanggung jawab moral *mendidik*

Profesi Guru dan Penulis adalah Pekerjaan Peradaban ketika kita mampu melaksanakan tugas mulia ini dengan ikhlas dan sepenuh hati.

Buku Karya Bersama Mahasiswa Akper Polri Angkatan 27 berjudul Ketika Yang Muda Bicara Pancasila

  • Editor Almarhum Dian Kelana.
  • ISBN 9786239506490 Penerbit YPTD
  • November 2020.

Semoga kaum Intelektual Indonesia dalam mengamalkan 45 Butir Butir Pancasila mengaplikasikan dalam bentuk Literasi.  Membaca dan menulis dan yang paling penting menjadi teladan baik dalam upaya mencerdaskan kehidupan rakyat Indonesia.

  • Salam Literasi
  • BHP, 2 November 2021
  • TD

 

 

 

 

Tinggalkan Balasan

2 komentar