Habib Umar Bin Ahmad Al Hamid ( 1961-12024)
Menara Masjid Simbol Syiar Agama Islam
Menara Masjid Sebagai Simbol Syiar Agama Islam
Catatan Religi Thamrin Dahlam
Habib Umar Bin Ahmad Al Hamid selaku guru ngaji rutin di Masjid Jami An Nur menegaskan bahwa apabila membangun masjid harus ada referensi. Pesan tersebut Habib sampaikan ketika Khadimullah Masjid Jami An Nur Komseko berniat membangun Menara Tahun 2005,
Artinya jangan sembarang membangun bagian terpenting dari Masjid. Beliau mengajak pengurus masjid meninjau salah satu menara di kawasan kampung melayu Jakarta Timur. Subbhanallah disana terlihat dengan megahnya menara masjid menjulang tinggi. Habib Umar mengatakan ini bentuk menara yang wajib haji bangun. Menyerupai profil Menara Masjid Nabawi Madinah.
Kemudian Habib Umar menegaskan bawa fungsi menara adalah untuk syiar agama Islam. Menara setinggi 33 meter sudah pasti akan terlihat dari jauh bagi umat yang ingin menegakkan sholat.
Selain itu dari ketinggian menara akan terdengar suara azan menggema di angkasa ke radius puluhan kilometer. Inilah pentingnya satu bagian Menara bagi masjid yang memudahkan bagi jamaah musafir yang sedang lewat untuk singgah beribadah.
Ternyata ucapan Habib Umar ada benarnya, posisi strategis masjid Jami An Nur sangat mendukung dalam kemakmuran masjid bersebab berada di kawasan yang dekat dengan keramaian dan pemukiman penduduk.
Masjid Jami’ An Nur Polsek Ciracas Jakarta Timur
Habib Umar bin Ahmad memimpin do a ketika peletakan Batu Pertama Pembangunan Menara Masjid. tahun 2005. Subhanallah dalam waktu 4 bulan Menara selesai terbangun. Umat Islam berlomba lomba menjadi donatur memberikan infaq. Allah SWT akan mengatur segalanya karena niat baik membangun Rumah Allah pasti mendapat dukungan dari masyarakat sekitar bahkan dari para musafir.
Masjid Jamim An Nur lokasi strategis. Tersedia tempat parkir yang luas, berada di pinggir jalan Raya Bogor KM 21 Kelurahan Rambutan Km 21 Jaktim. Masjid yang didirikan tahun 1962 ini terletak di lingkungan Asrama Polri Komseko Polsek Ciracas.
Dalam usianya menginjak lebih dari setengah abad sudah banyak renovasi dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat memakmurkan masjid. Syarat itu adalah terciptanya suasana masjid yang aman, nyaman, bersih dan terawat. Inilah persyarat fisik yang sudah terpenuhi selain adanya Iman Rawatib serta terselenggaranya 30 Taklim dalam sebulan.
Kepada saudara-saudaraku pembaca kiranya pada satu kesempatan anda bisa berkhidmat di Masjid Jami An Nur. Anda akan merasakan nuansa seperti Masjid Nabawi ketika melihat tiang-tiang di bagian dalam seperti tiang yang ada di Raudhah. Inilah salah satu keistimewaan Masjid Jami An Nur yang mungkin tidak ada di masjid lain.
Anda akan menyaksikan pula Mimbar Khatib dibuat dari kayu jati dengan bentuk mimbar serupa dengan mimbar Masjidil Haram Makkah. Artinya mimbar itu tidak sama dengan podium, justru mimbar terbuka dengan 3 anak tangga tapakan. Mimbar dilengkapi dengan tongkat atau tombak sebagai lambang kepemimpinan
Kami tunggu kehadiran sobat dengan segala senang hati. Apalagi ketika anda berkunjung pada Bulan Puasa, maka terasa sekali suasana Ramadhan karena di sini disediakan tajil gratis dan makanan juada sepanjang hari. Jamaah musafir yang datang sangat ramai sangat terbantu, mengingat dalam perjalanan mendapat pelayaan luar biasa menyenangkan dari warga dan khadimullah Masjid Jami An Nur.
Sebagai bentuk tanda peringatan di depan masjid terdapat 2 buah prasasti. Prasasti pertama sebagai tanda kapan Menara dibangun untuk bukti dan alibi bagi penerus masjid. Sedangkan prasasti kedua dituliskan acara memperingati 50 tahun atau setengah abad berdirinya Masjid Jami An Nur (1962-2012). Inilah bukti-bukti sejarah yang perlu diabadikan mengingat sunatullah bahwa regenerasi Khadimullah adalah sesuatu yang harus dipersiapkan guna melayani umat di Baitullah (baca: Masjid).
Semoga seluruh amal ibadah kita siapapun dia dalam memakmurkan Baitullah di muka bumi ini mendapat Redha Allah SWT. Tak lupa semua sunatullah Rasulullah Nabi Muhammad SAW kami dawamkan di sini sebagai umat ahlus sunnah wal jamaah antara lain dengan tetap merayakan maulid berupa pembacaan Rawi Nabi setiap malam Jum’at dan kesempatan taklim hari putih.
- Salam Takziem
- BHP, 26 Desember 2024
- TD