- Judul: Beranda Rasa
- Penulis: Tjiptadinata Effendi
- Editor: Thamrin Sonata
- Penerbit: Peniti Media, Pondok Gede
- Tahun Terbit: November 2014
- Tebal: 117 halaman
- ISBN: 978-602-71515-2-9
Rasanya tak sanggup saya menulis resensi karya gemilang Uda Tjipta. Buku Beranda Rasa pada laiknya tidak perlu lagi di bahas, di promosikan, atau di beritakan. Sosok Bapak Tjitadinata Effendi sendiri sudah merupakan jaminan mutu bahwa buku ini memang layak kita baca.
Buku dibuka oleh Epilog oleh kompasianer Ibu Roselina Tjiptadinata, di tata dengan sangat apik oleh editor Thamrin Sonata. Buku setebal 117 halaman pada cover belakang di endorsment oleh Super Admin Pepih Nugraha, Mbak Lizz, Thamrin Dahlan dan Rahmad Agus Koto sebagai bentuk ucapan selamat dan apresiasi atas terbitnya buku Beranda Rasa.
Saya mendapat kesempatan pertama membaca buku ini berkat budi baik Uda Thamrin Sonata (TS) dalam kapasitasnya sebagai Editor Buku. Merupakan satu kehormatan bagi saya di perkenankan menulis endorsement Buku Beranda Rasa.
Satu kata saja : Menyapa Dunia. Inilah buku yang berisikan pengalaman pribadi Bapak Tjipta dalam menempuh hidup dan kehidupan dari posisi yang sangat memprihatinkan bahkan sengsara sampai berhasil menapak dunia.
Rangkaian perjalanan hidup Uda Tjipta beserta keluarga sungguh memberikan motivasi bagi kita semua terutama bagi generasi muda. Kegigihan berjuang mengarungi kehidupan, kemudian menyadari bahwa hidup bukan dilawan, Namun di jadikan teman adalah kunci kesuksesan Bapak Tjipta didalam mengarungi samudera luas kehidupan nan penuh gelombang. Hidup ini bagaikan diayun ayun gelombang, ikuti saja bagaimana riak nya dan yang penting jangan sampai tenggelam.
Saya sangat terharu bahkan sampai menitik air mata ketika membaca perjuangan persahabatan dalam kehidupan. Baiklah saya petik satu paragraph dari judul Belajar Sepotong Kearifan Hidup nan sungguh menyentuh hati :
Mata saya berkaca-kaca…saya amat terharu. Ibu Halimah ini hanya seorang tua yang amat sederhana. Keadaannya sepertinya tidak lebih baik dari diri saya. Tapi begitu peduli pada saya, padahal baru saja kenal dalam bus. Dada saya sesak oleh berbagai perasaan: terharu, kagum dan merasa diri saya amat kerdil. Karena saya telah menilai sebuah pemberian yang tulus dengan selembar uang.
Tapi saya tidak bisa berpikir lebih jauh, rasa dingin yang merasuk hingga ke tulang sumsum, mual, pusing dan demam, seperti serentak hinggap pada saat yang sama. Saya mencoba tidur lagi. Tapi saya sama sekali tidak bisa tertidur. Rasanya saya ingin terbang untuk kembali ke Medan, agar bisa dekat dengan istri saya. Pikiran saya melantur ke mana-mana. Tiba-tiba terpikirkan oleh saya, bagaimana kalau saya meninggal dalam bus ini? Saya bertambah gelisah dan panik..
Maha Suci Tuhan, inilah puncak keperihan hidup Bapak Tjipta sampai harus meregang nyawa ketika belajar berniaga dari Padang ke Medan.Masih banyak lagi kisah inspiratif yang patut kita jadikan teladan kehidupan. Keteladanan itu antara lain didikan leluhur dan orang tua kandung Pak Tjipta yang selalu menanamkan nilai nilai kejujuran dalam kehidupan.Tentang didikan nilai kejujuran ini, sobat bisa menelusurinya pada tulisan yang diberi tajuk : Kita Bukan Maling
Cukup sampai disini saja, tidak kuat lagi saya meneruskan resensi Buku Beranda Rasa. Rasa nya saya tenggelam dan pias di hadapan aura Bapak Tjiptadinata Effendi. Sejatinya Uda Tjipta telah sukses menyapa dunia. Seluruh tulisan Pak Tjipta yang diposting di kompasiana sungguh merupakan pencerahan bagi para pembaca.
Buku Beranda Rasa akan bisa kita dapatkan esok hari, Sabtu 22 November 2014 di Taman Mini Indonesia Indah pada Pesta (Kopdar) Akbar ke IV Member Kompasiana. Inilah hadiah terindah untuk Bapak Tjiptadinata Effendi dan bagi kita semua karena tulisan yang tertebar di kompasiana itu kini telah rampung di didokumentasikan abadi dalam bentuk satu buku.
Sesungguhnya buku ini adalah Warisan Pak Tjipta untuk dunia. Semua itu bisa terwujud berkat budi baik dan kerja keras dari Editor kondang senior Thamrin Sonata yang mampu menyelesaikan tugasnya disaat saat injury time.
Kita nantikan silaturahim dengan Pak Tjipta dan Ibu Roselina putra terbaik negeri ini yang bersedia datang jauh jauh dari Australia Mmengenggam erat jabat tangan seluruh kompasianer terutama 2.000 pertemanan yang terdaftar di profil Beliau.
Bukanlah pujian sebagai Kompasianer terbaik seperti Nominasi Kompasianival tahun 2014 ini yang layak diberikan,. Justru lebih dari itu, dunia lah yang lebih pantas memberikan kasta tertinggi bagi seorang penulis Tjipadinata Effendi.
- Salam salaman
- TD
Wah jadi terharu, keren banget bapak..