Taman Kecilku Tamanku Indah
Setiap hari tiada waktu tanpa memeriksa setiap jengkal tanah calon taman itu. Bahagia rasanya ketika tumbuh daun-daun pertama, ke dua, ketiga, dan seterusnya. Bagaikan merawat bayi sendiri, aku selalu memeriksa dan memastikan mereka baik-baik saja. Rasanya tak sabar menanti mereka tumbuh dengan subur.
Satu bulan kemudian tanaman- tanaman itu tumbuh dengan sempurna. Semakin hari semakin nampak kehadiran mereka yang subur-subur. Satu minggu berikutnya muncullah kuncup-kuncup bunga itu. Semakin tak sabar rasanya menunggu mereka merekah. Genap dua bulan nampaklah yang kami impikan. Hamparan bunga-bunga yang cantik-cantik, sungguh memanjakan mata. Terwujud sudah taman bunga kecil impianku. Menambah keceriaan sekolah kecil kami.
Beruntung sekali, walaupun tidak dipagar, tidak ada yang mengganggu taman kami. Para siswa sangat betah duduk-duduk diserambi kelas sambil beristirahat menikmati pemandangan taman kami.
Beberapa kali ada siswa yang menyampaikan permohonan ijin untuk berfoto-foto bila sedang libur sekolah. Bahkan masyarakat ada yang memanfaatkan taman itu untuk pre-wedding atau keperluan lainnya. Kami tidak keberatan asal dijaga dengan baik.
Ternyata cukup satu kali saja aku membeli bibit bunga. Karena dengan sendirinya kami mendapatkan bibit-bibit gratis dari bunga-bunga yang sudah tua. Bahkan bibit itu sudah kami sebarkan kepada siapa saja yang mau bertanam, gratis. Semakin lama semakin luas juga taman kami. Sehingga semakin asri dan semarak penuh bunga. Itu semua berkat tukang kebun yang rajin, dan semakin rajin ketika sekolah mengangkatnya menjadi tukang kebun tetap sekolah.
Selain menambah asri lingkungan sekolah, taman itu menjadi sumber belajar untuk mata pelajaran IPA. Pak Guru IPA sering membawa anak-anak belajar di sana. Anak-anak sangat bersemanagat melakukan observasi dengan suasana yang ceria. Sehingga pembelajaran pun berjalan dengan menyenangkan.
Menyemangati Gerakan Literasi Sekolah
Dampak lainnya, anak-anak semakin semangat melaksanakan gerakan literasi yang biasa kami lakukan setiap hari selasa sampai dengan kamis. Anak-anak membaca buku yang kami pinjamkan selama satu minggu untuk dibaca dan dibuat semacam resensinya.
Selama 20 Menit sebelum bel jam pertama, mereka kami tempatkan di serambi-serambi depan kelas masing-masing. Sengaja tidak di dalam kelas, agar ada suasana baru . Dari ujung ke-ujung mereka duduk rapi di atas lantai. Lantai serambi maupun kelas selalu bersih, karena anak-anak hanya pakai kaus kaki, jadi nyaman untuk lesehan pun. Apa lagi di hadapan mereka ada taman bunga yang membuat suasana segar.
Salah satu kegiatan GLS
Oh iya selain bunga-bunga, sudah terlebih dahulu kami tanami pohon kersen. Itu terpaut jauh waktunya, sekitar 6 bulan lebih awal. Aku memimpikan dari ujung lapangan upacara sampai ke ujung depan kelas yang sejajar dengan lapangan, ditumbuhi pohon kersen yang rindang. Untuk itu aku membeli bibit dari siapa saja yang bisa mengambilnya. Karena di daerah kami banyak juga kersen yang tumbuh liar di pinggir-pinggir jalan. Kebetulan ada yang menyanggupi sampai kepada menanamkannya. Ada sekitar 10 bibit pohon yang ditanam dengan jarak tiga meter. Sekarang, setelah dua tahun berlalu, berkat pohon kersen itu, kelas menjadi adem karena matahari dari barat tidak langsung masuk ke kelas ketika lepas duhur. Walaupun aku sudah tidak di sana lagi, senangnya mendengarkan dan membayangkan itu.
( Bersambung)
Waaah taman bunganya cantik sekali …