Tantangan itu Kujadikan Peluang

Literasi, Terbaru35 Dilihat

Bagi seorang pendidik, menulis adalah merupakan kegiatan sampingan. Segudang pekerjaan terkait tupoksinya mengambil porsi waktu terbanyak dari waktu yang dimiliki. Betapa tidak, mulai dari membuat perencanaan, melaksanakan dan mengevaluasi pembelajaran, sungguh meminta waktu dan perhatian terbesar. Terlebih pada masa PJJ sekarang ini. Tidak berangkat ke sekolah bukannya bisa bersantai, malah semakin sibuk dibuatnya. Hal tersebut menjadi salah satu alasan yang menghambatnya untuk menulis.

Namun, setiap keputusan yang aku ambil tentu menuntut konsekuensinya. Seperti keputusan untuk bergabung dalam kelas menulis, atau bahkan bergabung dalam komunitas blogger, tentu didasari oleh suatu pemahaman akan bertambahnya beban kegiatan yang harus dilaksanakan. Lantas bagaimana pembuktian dari kesiapan akan konsekuensi itu?  Ternyata tantanganlah yang mengikat niatku untuk terus eksis dalam menulis.

Tantangan Kamis Menulis, setidaknya mendorongku untuk meluangkan waktu di sela-sela kesibukanku. Biasanya aku menulis setelah salat subuh sebelum kesibukan pekerjaan rumahtangga. Menghabiskan waktu sekitar 1 jam sekedar menulis yang ringan pun. Hari ini pun aku sudah menunggu dari subuh munculnya tema yang diumumkan Mas Mo, di grup WA Lagerunal. Ternyata temanya kesiangan, hehehe….

Lalu tangatangan terbesar adalah Menulis di Blog Menjadi Buku yang diprakarsai oleh Om Jay. Dengan penuh kesadaran aku ikuti. Kebetulan aku memang sudah punya outline untuk menulis di blog terbitkanbukugratis.id, yang nantinya akan dikumpulkan dalam buku memoarku, walaupun belum rutin tiap hari. Dalam outline yang aku buat akan mem-posting 32 episode.

Sebelum ada tantangan itu, aku menulisnya hanya jika ada waktu. Pada saat itu selain pekerjaan tupoksiku, aku sedang menyusun sebuah buku KTI. Maka ketika ada waktu luang baru aku menulis untuk di-posting di blog milik YPTD itu. Kadang-kadang 2 hari sekali atau bahkan pernah 4 hari tidak menulis, karena fokus menggarap buku. Tentu hal ini sangat menghambat terwujudnya keinginan mneulis buku memoar itu.

Dengan adanya tantangan 28 hari menulis di blog YPTD ini menjadi peluang bagiku untuk dapat menuliskan apa yang sudah direnacanakan dalam out line tiap hari.Tenyata adanya tantangan itu menjadi solusi bagiku untuk mengatasi hambatan dalam mewujudkan impianku. Niatku mengikuti tantangan itu bukan untuk lomba agar mendapatkan hadiah, tetapi lomba untuk mengalahkan diri sendiri. Nyatanya, bisa!

Bagaimana caraku meluangkan waktu untuk menulis dua buku dalam waktu bersamaan? Kuncinya tidak lagi: waktu. Waktu kuatur sedemikian rupa agar semua dapat terselesaikan, baik tupoksi maupun menulis. Konsekuensinya proporsi waktu tidurku dikurangi. Biasanya jam 10 malam sudah tidur, maka demi tujuanku itu aku mulai tidur jam 12 malam. Atau ketika terpaksa tidur jam 10 malam maka aku bangun jam 3 pagi.

Alhamdulillah, dua buku dapat terselesaikan di bulan Februari. Sekarang sedang proses penerbitan. Salah satu buku dibidani Bu Noralia dan Mas Brian. Yang satunya lagi dibidani Pak D Susanto sebagai editor. Dan ada campur tanga Mas Sudomo juga ketika aku belum paham menulis prolog untuk buku itu, sehingga lahirlah buku Haru-Biru Perjalananku yang selama ini menjadi ekspektasiku, ynag kutulis dengan penuh haru-biru.

Terima kasih aku sampaikan kepada orang-orang yang telah berjasa melecut motivasiku untuk selalu konsisten menulis. Nama anda semua akan aku ingat dalam memori hidupku.

  1. Omjay, yang telah menyediakan wadah dan melejitkan motivasi menulis 28 hari.
  2. Pak H. Thamrin Dahlan, yang telah memfasilitasi penerbitan buku dengan gratis.
  3. Pak Ajinatha, yang telah mendisain cover yang cantik, Haru-Birunya memang biru..
  4. Pak D Susanto, sebagai editor yang cermat sehingga lahir buku yang sempurna.
  5. Mas Sudomo, yang banyak memberi dukungan dan mempercantik isi buku dengan prolog yang meyakinkan.
  6. Neng Aam Nurhasanah, yang telah menarikku ke dunia literasi yang cetar ini.

Salam literasi..

 

 

Tinggalkan Balasan