Bu Kanjeng Pahlawan Literasi

Literasi19 Dilihat

Alhamdulillah malam ini mendapat Pemateri yang saya tunggu-tunggu,yaitu Bu Kanjeng yang bernama lengkap Dra.Sri Sugiastuti,M.Pd,yang lahir di semarang 08 April 1961.Nama pena yang di miliki Astutiana Mudjono.Ia seorang guru di SMK Tunas pembangunan 2 SurakartaIa tinggal di Soloraya. Menyelesaikan pendidikannya dari SD hingga SMA di Jakarta,Kuliah S1 di FKIP jurusan Bahasa Inggris UNS lulus tahun 1984 dan melanjutkan S2 di tahun 2008 di UMS mengambil program studi Pengkajian Bahasa Inggris.Kegiatannya selain mengajar,adalah Ibu Rumah tangga,juga sebagai aktifis pengajian, pengurus TPA di lingkup Masjid terdekat.Ia pernah menjadi Pengurus IGI Kota Surakarta dan juga sering menulis di Gurusiana.Selanjutnya Ia pernah meraih juara 3 lomba menulis naskah “ketika Buah Hati Sakit”yang di selenggara Penerbit Indie tahun 2020.Hebatkan ???

Menurut Pandangan Saya Bu Kanjeng memang layak menjadi Narasumber Pegiat Literasi karena saya pernah di bimbing dan berkolaborasi menulis Buku Antologi “Pahlawan Dalam Hidupku”yang kebetulan saya di buat Urutan Penulis ke-3.Kebetulan kabupaten saya Rejang Lebong jika di buat Penulis ke-4,3,2,1 walau hanya buku Antologi dapat nilai Angka Kredit . Alhamdulilah Ucapan terima Kasih saya ucapkan kepada beliau,selanjutnya saya di Bimbing untuk menerbitkan Buku Solo Kumpulan Resume menulis lewat WhatsApp group dengan Judul”Yuk Belajar Menulis Bersama Om Jay dan Bu Kanjeng” Alhamdulillah sudah terbit.Akan terbit lagi Buku Antologi “Kasih Sayang “.Keren kan ? Beliau memang benar-benar Pegiat Literasi bagi saya, padahal sudah mulai kendor menulis karena belum bisa melahirkan Buku Solo.Berkat arahan dan bimbingan beliau akhirnya saya bisa membuat Buku Solo.O,Ya selain Pegiat Literasi Beliau juga sang Editor Handal,Apapun bentuk tulisan kita,bisa di Poles sehinggan Renyah untuk di baca.Terima Kasih Bu Kanjeng sudah mensuport saat diri ini mulai kendor untuk menulis.

Turtur Bu Kanjeng Tema menggiatkan guru untuk menulis memang fashion Bu Kanjeng.jadi memang tidak mungkin Omjay  memberikan atau  panitia memberikan materi kepada narasumber kalau bukan fashionnya.Insya Allah walaupun kini kegiatan livestreaming kemudian  materinya berkenaan dengan fashion Bu Kanjeng yaitu sebagai pegiat literasi.seperti sebelumnya di Gelombang 17, Bu Kanjeng memberikan tema bahwa menulis dengan kekuatan silaturahmi.

Selanjutnya,Mungkin kemarin itu bagian dari bagaimana Bu Kanjeng berproses atau menulis dengan kekuatan silaturahmi yang  Ia miliki.Menurut Bu Kanjeng karena temanya di sini adalah Mengapa guru harus menulis?.Ada banyak sekali alasannya karena telah di ketahui  tuntutan di kurikulum 2013, kemudian sejak tahun 2016 sudah mulai digerakkan gerakan literasi nasional.

Nah literasi nasional itu sendiri merupakan rangkaian dari usaha pemerintah ketika melihat beberapa riset atau beberapa temuan yang ada di lapangan yang sangat memprihatinkan karena kita berada di peringkat yang nomor 4 berdasarkan pisa pokoknya sangat memprihatinkan.

Alhamdulillah dengan adanya gerakan literasi nasional ,guru-guru mulai tergerak untuk bisa menulis sehingga banyak sekali guru literat.Kalau di tahun 2007 sampai dengan tahun 2009 masih sangat sulit untuk belajar menulis karena berbayar dan cukup mahal karena diklat-diklat nya diadakan secara luring.

Setelah adanya pandemi Covid-19,Ternyata banyak membawa berkah ketika guru harus mengajar dari rumah (PJR) sehingga Guru dipaksa untuk mau melek literasi dan disitulah akhirnya Om Jay dan kawan-kawan berinisiatif dengan mengundang para pakar dengan mengadakan kegiatan belajar menulis bersama Om Jay via daring gratis.

Dari situlah Akhirnya Bu Kanjeng yang awalnya masih bergerilya karena hanya mengajak orang- orang yang mau saja untuk belajar menulis. Dengan tergabungnya bersama om jay Semakin merebak. Semakin banyak guru-guru yang sadar bahwa menulis itu penting.Nah maka terjadilah beberapa kelompok guru yang menulis yaitu:

Pertama

Guru yang memang merupakan hobi menulis.

Kedua

Guru yang hanya untuk memburu sertifikat.

Ketiga

Guru menulis yang sadar sukses.

Pada akhirnya guru akan mendapatkan semuanya, tergantung dari niatnya masing-masing.!!!

Nah yang ingin Bu Kanjeng bagikan pada malam hari ini.pada proses beliau menjadi seorang penulis yang berkali-kali Ia katakan bahwa Bu Kanjeng  belajar menulis sudah sangat terlambat karena bagi Bu Kanjeng menulis di usia yang menjelang 50 tahun sangat sulit,tetapi bagi Bu Kanjeng kembali lagi bahwa Allah tidak tidur. Allah Maha mendengar doa-doa umatnya sehingga Bu Kanjeng sangat getol sekali sejak tahun 2007.Bu Kanjeng mengambil S2 setelah jedah 25 tahun.Kemudian tahun 2009 Bu Kanjeng berjumpa dengan teman-teman hebat di Kompasiana lalu mulai tertarik dengan dunia Internet , dunia maya,mengenal banyak medsos dan mempunyai banyak teman.

Dari Pengalaman itu lah Bu Kanjeng belajar, sehingga setiap ada kesempatan untuk  meng- upgrade diri Bu Kanjeng lakukan,maka tidak heran bahwa ketika tahun 2013.Bu Kanjeng ketemu dengan Om Jay  di UNY tepatnya bulan Desember mengikuti kegiatan writing Come.Saat itu Bu Kanjeng bertemu dengan Ahmad Fuazi,bertemu dengan Pak Dian Kelana.Beberapa tokoh penulis yang saat itu lebih tepat dikenal dengan Netizen karena saat itu Bu Kanjeng bisa menulis di blog keroyokan.

Saat itu Bu Kanjeng mengenal banyak blog keroyokan .Omjay sudah membuat akun dengan nama” Sejuta guru ngeblok”,mungkin itu sejarah singkat ketika Mengapa Bu Kanjeng akhirnya bisa menjadi seorang penulis.Bu Kanjeng saat ini lebih banyak disibukkan atau menyibukkan diri untuk memberi motivasi kepada bapak/ibu guru khususnya yang berada di dalam kegiatan belajar menulis bersama Om Jay yang sudah sampai gelombang 1 hingga gelombang 17.

Alhamdulillah banyak sekali lulusan atau alumni dari kelas yang dibuat oleh omjay menjadi penulis- penulis hebat karena digandeng oleh penerbit Andi, digandeng oleh Prof Ekoji untuk bersama-sama untuk menulis dan menjadi narasumber di kelas berikutnya.Nah sekarang yang akan Bu Kanjeng jelaskan atau berikan kepada bapak ibu pengalaman sebagai kurator (PJ) penanggung jawab. Penanggung jawab dari lahirnya sebuah buku terutama buku antologi.Bu Kanjeng ceritakan mungkin sejarahnya ini juga sebetulnya bukan secara kebetulan.Saat itu Bu Kanjeng memiliki banyak komunitas menulis dengan harapan “Ayo menulis Nanti buku di terbitkan,Ayo kerjakan tugasnya dan dikumpulkan nanti naskahnya akan dimasukkan ke Penerbit mayor”.Kebetulan pengelola dari group tersebut sangat sibuk, sehingga tidak bisa mengcover tulisan-tulisan yang sudah masuk.

Bu Kanjeng secara iseng akhirnya  Japri dengan salah satu anggota group yang namanya Ibu Mei.Menurut Bu Kanjeng Bu Mei itu betul-betul pejuang literasi yang tinggal di Garut yang bersedia untuk membantu sebagai editor dengan kata lain gayung bersambut dah muncullah suatu Tantangan untuk menulis ,karena waktu itu event-nya hari Ibu.Maka Bu Kanjeng terpikir sebuah judul buku dengan tema kasih sayang ibu.sehingga judulnya “Muara Kasih Ibu”.Dan lumayan banyak yang ikut menulis .Ada sekitar 40 penulis tentu saja ceritanya Sangat menarik karena kita tahu bahwa tokoh ibu itu tidak akan pernah habis untuk kita ceritakan, untuk kita banggakan, untuk kita kenang karena jasanya,kasih sayangnya,perjuangan dan tentunya seorang ibu memang sangat luar biasa.

Nah pada akhirnya muncullah Buku Antologi . Dengan cara sederhana Bu Kanjeng mengajak dengan membuat suatu panduan yang cukup panjang.Panduan menulis sudah di buat beberapa poin termasuk bagaimana nanti profil penulisnya, Bagaimana temanya, berapa panjang tulisan,ada berapa halaman tulisan.Tapi kadang tetap saja karena kebudayaan atau budaya literasi masih sangat memprihatinkan. Sang editor  cukup dibuat pusing,tetapi di situlah kenikmatan atau kepuasan dari seorang editor Ketika suatu naskah yang belum layak untuk di jadikan buku atau kaidah-kaidah yang masih berantakan.Di situlah Perjuangan seorang editor yang bisa dikatakan bahwa mereka itu adalah malaikat tanpa sayap yang bekerja dalam senyap.

Apalagi ketika awal Timnya Bu Kanjeng dan beberapa rekannya membuat suatu istilahnya Before and After. Before-nya itu Bagaimana tulisan itu disetorkan.Setelah itu bagaimana hasil atau After-nya. Setelah diedit atau dipoles sehingga layak menjadi bacaan untuk dibaca atau dinikmati oleh para pembaca.Begitulah dan akhirnya muncul buku Antologi.

Menurut Bu Kanjeng,Buku Antologi adalah buku awal untuk melahirkan buku Solo atau buku pribadi. Dalam menulis,bagaimana seseorang berproses, tentu saja ketika berproses tidak semuanya berjalan mulus pasti ada yang di lalui dengan suka duka.

Dan juga bukan kebetulan menurut Bu Kanjeng tapi merupakan qodratullah ketika Om Jay meng- gandeng Bu Kanjeng untuk bisa memberikan Ilmu  tapi menurutnya lebih ke berbagi sebagai motivator. Motivator itu dalam artian sudah usia 50 lebih , tetapi masih bisa melakukan atau malah lebih semangat akan bangkit untuk mengajak bapak ibu guru semua “ayo menulis,Ayo menulis karena seperti yang digembar-gemborkan menulislah setiap hari maka akan kita ketahui Apa yang akan terjadi”.

Akhirnya ungkapan tersebut  betul bisa di buktikan sendiri dan mungkin Bapak Ibu peserta alumni dari gelombang 1 sampai gelombang 16 mereka yang mau belajar sungguh-sungguh yang tidak hanya sekedar memburu sertifikat.Akan mendapatkan banyak ilmu, mendapatkan pencerahan,mereka seakan bangkit apalagi ketika buku tunggalnya Terbit.Buku itu nanti akan beranak-pinak terus dan  terus akan ada Ide lagi dan bahkan mungkin juga akan mengajak teman-temannya lagi untuk belajar menulis.

Tutur Bu Kanjeng Sebuah buku harus ada kata pengantar.Mengapa buku harus ada kata pengantar ? tidak hanya judul.Nama penulis terus sinopsis buku yang ada kata pengantarnya tentu akan lebih sempurna ketika orang membaca buku biasanya yang dibaca judul kemudian kata pengantar . Selanjutnya daftar isi ,daftar isi ini berguna kalau penikmat buku yang betul-betul dibaca dari halaman awal sampai akhir,Tetapi kalau hanya  mencari referensi biasanya diacak ada yang diambil dari belakang dulu,ada yang di baca bagian Tengah dulu, Baru yang depan itu tergantung dari kebiasaan pembaca  buku.

Begitu juga dengan bapak ibu guru yang menulis buku resume. Alhamdulillah Bu Kanjeng juga mendapat banyak kepercayaan dari para peserta untuk di buat kata pengantar dan tentu saja para peserta  menulis buku resume nya  sangat luar biasa dan juga bagian dari Potret Bagaimana kesungguhan atau minat para peserta  dengan menulis.Seperti contoh Ibu Fitri yang menulis resume sejumlah 37 resume.Bukan hanya ada di Gelombang itu saja tapi masih ditambah lagi di gelombang-gelombang yang lain , sehingga bukunya menjadi sangat lengkap sebagai sesuatu yang bisa diabadikan.Bagaimana dia berproses atau bagaimana dia memiliki ilmu yang diperoleh ketika dia belajar bersama Om Jay.

Tapi ada juga beberapa peserta dengan berbagai kesibukannya. Sudah ditulis di blog tetapi masih belum percaya diri,masih belum tahu langkah- langkahnya,untuk membuat tulisan menjadi buku. Nah disitulah tugas Bu Kanjeng membimbing step by step bahwa setiap buku itu punya ciri tersendiri. Kemudian juga setiap penerbit juga punya gaya selingkung yang berbeda,

Dalam mengkawal proses Penerbitan buku selalu ada komunikasi dan diskusi antara Bu Kanjeng dengan yang ingin menulis buku.Dari mulai menentukan judul kemudian isinya, lalu apa yang harus dihilangkan.Kemudian Mau cetak berapa dan lain sebagainya. Itu nanti diskusikan bersama sehingga Bu Kanjeng kawal buku itu dari mulai mentah sampai akhirnya lahir menjadi buku.

Dengan istilah mulai embrio sampai menjadi bayi yang lahir ,akhirnya tumbuh besar dan bisa menjadi awal yang baik.Akhirnya kegiatan dia ingin menulis dan ingin menulis lagi dengan berbagai tema tentu saja dengan ilmu menulis apa yang disukai dan dikuasai .

Menurut Bu Kanjeng menggiatkan Literasi untuk guru.Ada banyak proses untuk menuju menjadi seorang penulis handal dan kuncinya  tentu saja pada diri sendiri bagaimana kita mengubah mindset bahwa kita bisa menulis.wujudkan mimpin anda bahwa buku antologi adalah suatu jembatan untuk menuju ke penulis tunggal.Bapak Ibu silakan kembangkan literasi seperti menjadi kurator sekaligus menggerakkan murid-muridnya atau menggerakkan teman sejawat atau komunitasnya untuk menerbitkan satu buku antologi atau buku tunggal.

Sangat keren,ternyata dari paparan Bu Kanjeng.Setiap tulisan bisa di jadikan buku ber-ISBN dan di terbitkan,tapi dengan tanda kutip”tidak mengandung unsur SARA.Terima Kasih By Kanjeng Sang Pahlawan Literasi…

Salam Literasi

Usman Alamsyah

Tinggalkan Balasan

2 komentar