Di balik Lentera jiwa Ksatria
Oleh: Bambang Kusnadi
Angin malam yang berhembus dingin menusuk ke tulang hingga, tak terasa lagi perih dan pedihnya, lentera itu sebagai tonjak dalam bangkitku, tak pernah ku gumamakan rasa letihku. demi suatu harapan untuk masa depan. Sebuah kisah yang tabu untuk dicurahkan namun berarti bagiku sebab yang ku tahu ini akan menjadi kisah klasik di suatu hari nanti.
Bambang Kusnadi nama akrabku, Alumni Ma Mazroiilah Lubuk Linggau, anak pertama yang terlahir dari bapak Arjuni dan Ibu agho Desa Lubuk Alai. Menikah tahun 2019 silam dengan Kristina seorang wanita luar biasa dalam hidupku dan Alhamdulillah telah dikaruniai seorang gadis kecil bernama Aqila Nadhifa Kusnadi.
SDN 163 Rejang Lebong tempat pertama kali aku mengabdi sebagai tenaga pendidik, sejak tahun 2016 dalam kepemimpinan Bapak Kasumo S,Pdi hingga pada tahun 2018 dilanjutkan oleh Bapak Usman Alamsyah S.Sos,S.Pd seorang Kepala sekolah yang sangat bijaksana dan disiplin.
Menatap gerbang Sekolah, menghela nafas , dalam hati “ Ya allah semoga ini bisa menjadi awal dari karierku” Disamping menjadi tenaga pendidik di SDN 163 Rejang Lebong aku juga sambilan menuntut ilmu perguruan tinggi untuk mencapai cita-citaku. Bukan hal yang mudah, namun aku tidak pernah mengannggap itu hal yang sulit, bekerja sambil kuliah. Berulang kali mendapat teguran dari kepala sekolah” mengapa pak Bambang tidak seaktif guru lain, mengapa pak bambang jarang masuk” Aku bingung harus ku jawab apa, aku masih sangat sibuk dengan kuliahku sedangkan aku masih sangat butuh pekerjaan itu, bahkan aku hampir di blacklist dari SDN 163 Rejang Lebong.
Permasalahan dalam pekerjaanku membuat aku semakin prustasi belum lagi aku harus memikirkan skripsi yang makin lama makin membuat aku stress huuu,, itu semua pengalaman yang amat sangat menusuk dalam jiwaku. Bahkan aku pernah pasrah akan keadaan, Tak berhenti di situ , aku terus berjuang untuk melangkahkan kaki yang hampir tak tau arah lagi, aku memilih untuk menghadap dengan kepala sekolah agar diberikan solusi terbaik, aku meminta maaf atas kelalaian yang tidak di sengaja itu. Atas kebijaksanaan kepala sekolahku aku dimaafkan dan akhirnya aku tetap menjadi bagian dari keluarga SDN 163 Rejang Lebong Kembali.
Dalam setiap bait do’aku “ya allah akankah masih ada kesempatan lebih baik untukku, akankah aku bisa mencapai cita-citaku, tolong kuatkanlah aku ya allah, tolong berikan petunjukmu, tolong lancarkan pekerjaan dan tugasku”. Deraian air mata yang mengalir pelan dipipiku sebagai bukti betapa aku sangat berharap agar dikabulkan do’aku.
Hari demi hari terus aku jalani sebagai guru yang berjiwa kesatria apapun akan aku lewati, meskipun banyak rintangan yang harus aku lewati. Demi murid-muridku agar mereka menjadi penerus bangsa yang berguna dan berbakti pada orang tua.
Tidak banyak inginku, aku hanya ingin memajukan kesejahteraan rakyat daerahku sampai tetesan darah terakhirku.
Salam Literasi !
Bambang Kusnadi