Sore ini, aku mengambil hasil ambil darah yanh dilakukan tadi pagi. Rencananya, jika hasil tes darah baik baik saja, gigiku yang bermasalah akan segera dicabut.
“Assalamualaikum…mba sus…saya mau ambil hasil tes darah atas nama Wahyuning Fatimah,” tanyaku.
“Kapan diambil darahnya?” Tanya mba suster bagian laboratorium RS. Radjak.
“Tadi pagi,” jawabku.
“Baik. Sebentar saya cek.”
Tak lama, mba suster memberiku secarik amplop putih berisi hasil tes darah.
Aku intip bagian bawahnya yang mungkin merupakan resume tes darah tersebut. Tertulis ‘non reaktif’. Dengan bahagia, aku segera menaiki anak tangga menuju lantai 2 ke ruang poli gigi rumah sakit tersebut.
Sesampainya di depan poli…
“Sus, ini dataku ya.” Ujarku senyum2 karena akan segera mengakhiri rasa sakit gigi yang sering kurasakan beberapa bulan ini.
“Baik mba. Mba puasa?”, tanya suster poli itu.
“Ya Sus.”
“Tunggu ya, saya sampaikan hasil tes darah ini ke dokter. Silahkan duduk ya mba.”
Aku tersenyum bahagia menuju kursi yang tak jauh dari meja poli. Kubaca beberapa hancaku dalam tadarrus.
Setelah beberapa slide ayat kubaca.
“Mba wahyuning fatimah….”Suster poli gigi itu memanggil namaku.
“Ya Sus”.
Aku segera berdiri dan menuju meja poli.
“Mba punya penyakit gula ya?” Tanya suster agak heran.
Aku yang malah bingung ditanya hal itu lebih heran lagi
“G Sus, kenapa y?” Tanyaku penasaran.
“Hasil tes darah menunjukkan gula mba di angka 181, sedangkan batas normalnya adalah 140.” Jelas Suster itu.
Terkejut sangat melihat hasil tes darah yang memang tidak aku lihat secara keseluruhan.
:Lalu…?” Aku bertanya kelanjutan tindakan gigi ini.
“Mba ditunggu dokter sekarang. Yang jelas, hari ini tidak ada tindakan apa-apa. Tapi pak dokter akan memberikan surat cinta ke poli penyakit dalam”Lanjut Suster dalam penjelasannya sambil tersenyum.
Aneh, heran, terkejut menyatu dalam pikiranku. Aku pun sedikit tersenyum mendengar kalimat surat cinta.
Makan apa aku bisa tinggi gitu kadar gulanya? Padahal 1 minggu puasa ini sahur dan buka g makan nasi sampai-sampai suami komentar kenapa g mau makan nasi. Alasanku simpel, waktu tes darah saat vaksin, kadar gulaku 170. Jadi, aku coba menurunkannya mengurangi nasi toh banyak sumber energi lagi yang bisa didapat selain dari nasi. Tapi nyatanya, kadar gulaku malah naik. 😏
Aku chat di WAG keluarga memberitahu bahwa aku g jadi cabut gigi karena gula. Kakakku yang sedang dirawat berkomentar, “Kita *keluarga besar* rawan gula.”
“Harus diit”, lanjutnya.
Sementara Lala berkomentar, “sweet family 🥰🤗😍”.
Awalnya aku stress mendengar kadar gulaku tinggi. Tapi setelah lala, kemenakanku berkomentar sweet family aku malah tertawa. Kebetulan, pasien setelahku pun gagal tindakan karena kadar gulanya pun tinggi.
Aku bilang ke pasien tersebut….
“Kita mah sweet family ya🤣🤣🤣”.
Pasien tersebut ikut tertawa mendengar kalimat itu.