Aku yang Terpilih

Humaniora0 Dilihat

Aku yang Terpilih!

Rusbeto
Rusbeto

Rusbeto, S.Pd.SD

SD Negeri 16 Toboali

Kabupaten Bangka Selatan

Provinsi Kepulauan Bangka Belitung

 

 

 

Alhamdulillah, sungguh bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan oleh Allah subhaanahu wata’ala. Dan bersholawat kepada Rosulullah shallaAllahu ‘alaihi wasallam yang menjadi suri teladan bagi seluruh umat manusia.

Ketika mengingat anugrah yang Allah subhaanahu wata’ala berikan kepadaku pada lebih satu setengah tahun lalu, aku ingin mengatakan bahwa “Tidak mungkin, menjadi mungkin” telah terjadi padaku. Tak pernah menduga sebelumnya bahwa mendapatkan kesempatan mengikuti  program  pelatihan 1.000 Guru ke Luar Negeri yang difasilitasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan di awal tahun 2019 lalu.

 

Jika diingat kembali sejarah pendidikanku yang hanya lulusan dari Universitas Terbuka yang sering dipandang sebelah mata oleh sebagian orang dan juga kondisi finansial keluargaku yang seadanya, rasanya tidak mungkin bisa menginjakkan kakiku ke luar negeri. Dulu, aku sama sekali tidak memiliki ketertarikan untuk menjadi seorang guru, apalagi di tingkat sekolah dasar. Setelah lulus dari SMA, dikarenakan tidak bisa kuliah aku berusaha mencari pekerjaan agar tak membebani orang tuaku lagi. Berbagai pekerjaan dengan penghasilan tak menentu telah kulakukan. Aku pernah menjadi pengantar koran di pagi hari dan dilanjutkan menambang timah yang bergelut dengan lumpur dengan penghasilan tak seberapa. Pekerjaan ini tidaklah mudah. Selain cukup berat dilakukan, belum lagi berbagai masalah yang dihadapi dengan orang-orang disekitar tempat menambang timah.

 

Namun, arah perjalanan hidupku berubah semenjak menerima tawaran bekerja sebagai guru honorer di SDN 13 Toboali. Pada awalnya itu kulakukan hanya sebagai percobaan saja. Tapi, setelah mendapatkan gaji dua ratus ribu rupiah di bulan pertama, aku menjadi semangat mengajar. Maklum, sebelumnya belum pernah mendapatkan penghasilan sebesar itu. Waktu terus berlalu hingga perlahan aku mulai menyukai pekerjaanku sebagai seorang guru di sekolah dasar. Aku memiliki semangat yang tinggi dalam mengajar dan mendidik para siswa. Bermula dari sanalah, keseharianku banyak bergelut di dunia pendidikan. Dan akupun memberanikan diri mengikuti perkuliahan di Universitas Terbuka yang ada di daerahku dengan jurusan PGSD.

 

Singkat cerita, pada tahun 2017, untuk pertama kalinya aku mengikuti perlombaan Guru Berprestasi SD. Tanpa persiapan yang matang dan seadanya, kucoba mengikuti perlombaan tersebut. Tapi bukan karena sekadar iseng saja, melainkan juga melalui perlombaan tersebut aku dapat sembari belajar untuk meningkatkan kompetensi diri. Alhamdulillaah, dalam kesempatan pertama itu aku berhasil meraih juara 2 di tingkat provinsi Bangka Belitung.  Namun, hal ini tidak membuatku patah semangat dan berhenti di situ saja. Malah aku semakin bersemangat hingga mulai menyiapkan diri dengan lebih baik untuk mengikuti perlombaan Guru Berprestasi SD di tahun selanjutnya.

 

Kala itu, aku membulatkan tekad dan berharap “Tahun depan aku harus lolos ketingkat nasional”. Aku mulai mencari berbagai informasi tentang Guru Berprestasi. Bertanya dan bersilatrahmi dengan para guru lain di daerahku yang pernah lolos ke tingkat nasional. Aku pun terus berupaya meningkatkan kompetensi diri dalam mengajar dan mendidik para siswaku di kelas. Dan tak lupa turut meminta doa kepada orang tuaku, terutama ibu agar Allah memudahkan jalan bagiku untuk bisa lolos ke tingkat nasioanal. Jikalau pun tidak lolos  berharap apapun itu yang terbaik dan Allah ridhoi. Kemudian, atas karunia Allah subhaanahu wa ta’ala aku lolos ke tingkat nasional Guru Berprestasi SD di tahun 2018. Alhamdulillaah.

 

Ketika diberikan pembekalan sebelum tampil di tingkat nasional, salah seorang narasumber yang bernama Pak Sabarudin, seorang Kepala sekolah SMA yang memiliki segudang prestasi dan pernah dikirim ke luar negeri, beliau menyatakan bahwa bagi guru berprestasi sepuluh besar terbaik di tingkat nasional biasanya akan mendapat kesempatan untuk ke luar negeri. Kalimat itu seolah menjadi pelecut keinginanku agar dapat meraih juara 10 besar. Namun, apadaya hal itu jauh dari kenyataan. Keinginan agar dapat ke luar negeri pun pupus seiring kegagalan tersebut.

Sampai suatu hari, salah satu staf dari kemendikbud yang bernama Isti menghubungiku untuk memverifikasi data pribadiku. Verifikasi ini bertujuan untuk pemilihan peserta kegiatan Short Course ke luar negeri, yaitu ke China. Tak disangka pernyataan dari Beliau membuat tubuhku terasa dibelai udara sejuk di tepi pantai. Sungguh, antara percaya dan tidak akan terpilih dalam kegiatan tersebut. Hari demi hari berlalu kulalui dengan perasaan tak menentu menunggu Bu Isti  menghubungiku kembali. Sungguh sangat berharap. Sembari menunggu, berulang kali kuselipkan doa kepada Yang Maha Kuasa agar diberikan jawaban yang terbaik dari harapanku ini.

 

Akhirnya, Alhamdulillaah sore itu, Selasa, 29 Januari 2019 menjadi hari yang bersejarah bagiku ketika Bu Isti kembali menghubungiku dan menyatakan bahwa aku terpilih dalam program  pelatihan 1.000 Guru ke Luar Negeri yang difasilitasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Aku termasuk dalam rombongan 50 orang guru pendidikan dasar (Dikdas) yang diikutsertakan dalam program ini ke China selama 21 hari. Sungguh sangat bersyukur mendapatkan kesempatan ini.

 

Ketika pertama kali tiba di China, tepatnya di Kota Xuzhou, suhunya terasa  dingin sekali. Ini menjadi kesan pertamaku saat berada di sana yang sebelumnya tidak pernah kurasakan di Indonesia. Kemudian  pada awal pelatihan dimulai, aku sempat merasa shock karena tidak memahami materi yang disampaikan oleh narasumber yang menggunakan bahasa China dan translator yang menggunakan bahasa Inggris. Tapi, ini suatu tantangan bagiku karena guru memang harus tetap belajar, belajar, dan terus belajar.

 

Alhamdulillaaah, kami beruntung didampingi oleh beberapa interpreter dan Team Leader CUMT yang ramah dan sabar membimbing kami agar dapat memahami segala materi yang disampaikan oleh narasumber sehingga semuanya menjadi lebih mudah. Interpreter dan Team Leader CUMT ini merupakan beberapa mahasiswa dan staf Kemendikbud. Mereka adalah Mr. Abdurrahman Barman (Yaman), Mr. Chano Siao (Mozambik), Mr. Pateson Vades (Kamerun),  Mrs. Wang (China) dan Mr. Zhang Kai (China).  Sehingga semuanya menjadi lebih mudah.

 

Selama di kota Xuzhou, berbagai ilmu dan pengalaman luar biasa banyak saya dapatkan. Pepatah “Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China” yang dulu sering kudengar sewaktu sekolah bisa kupahami. Ternyata China merupakan sebuah negara dengan peradaban yang sangat tinggi. Hal ini bisa kusaksikan langsung selama berada di sana.

 

China telah menerapkan dan menjadikan disiplin sebagai budaya. Hal itu terlihat saat mereka menjunjung tinggi kedisiplinan, seperti masuk kelas tepat waktu, antrean yang panjang di berbagai tempat—saat membeli tiket, antrean makan, membayar di kasir, naik bus, dan lainnya. Semuanya mengantre dengan tertib. Tingginya kesadaran mereka dalam menerapkan kedisiplinan ini sungguh membuat saya kagum.

 

Lalu, saat berkunjung ke sekolah, kami dikenalkan dengan metode pembelajaran di kelas yang aktif dan inovatif.  Sebagian besar sekolah-sekolah di Cina sudah menggunakan teknologi yang modern, seperti CCTV, finger print, touchscreen, dan lainnya. Saya merasa takjub dan kagum. Terlihat sangat jauh berbeda dengan kondisi sekolah di tempatku yang berada di desa. Andai saja setiap sekolah yang ada di desaku bahkan di seluruh wilayah Indonesia memiliki kecanggihan teknologi dan mampu menerapkan sistem pembelajaran dengan baik, maka pasti kualitas pendidikan akan jauh meningkat.

Hal lain yang saya temukan saat berada di sana adalah Cina merupakan negara yang sangat mencintai dan melestarikan sejarahnya. Berbagai situs bersejarah masih tetap terjaga dan terawat dengan baik seperti, kuil Confusius, The Great Wall, Forbidden City, dan tempat bersejarah lainnya. Semuanya menjadi bukti bahwa sejarah tidak boleh dilupakan dan harus tetap dilestarikan. Dengan demikian, generasi penerus bangsa akan mengetahui dengan mudah bagaimana sejarah nenek moyangnya serta merasa bangga terhadap sejarah yang telah terukir.

 

Dari kisahku ini, aku ingin menyampaikan bahwa dulu aku sempat berpikir bagaimana bisa aku terpilih dalam program pelatihan 1.000 guru ke luar negeri. Padahal prestasiku tak seberapa. Dalam perlombaan Guru Berprestasi tingkat nasional pun tak termasuk peringkat 10 besar terbaik. Bahkan bukan hanya diriku sendiri, beberapa rekan yang lain pun bertanya-tanya apa rahasianya. Kok bisa terpilih? Tentu tak bisa kujawab karena akupun tak tahu alasannya. Namun, aku meyakini bahwa semangat yang kumiliki untuk terus berkarya, berprestasi, dan berbagai upaya yang kulakukan yang disertai doa dan harapan Allah meridhoi setiap langkahku, serta keyakinanku kepada-Nya yang mengantarkanku bisa ke Cina. Aku yakin itu.

 

Harapan untuk bisa keluar negeri secara gratis yang tadinya hilang, tak disangka Allah anugrahkan kepadaku. Yang tadinya tidak mungkin menjadi mungkin. Tidak ada yang tidak mungkin jika Allah menghendaki. Aku meyakini bahwa ini buah dari perjuanganku.

 

Kenyataan ini selaras dengan firman Allah subhaanahu wa ta’ala dalam Quran surat Ar Ra’ad ayat 11 yang artinya: “Sesungguhnya Allah tidak mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah mereka sendiri”. Oleh karena itu, dalam kehidupan ini kita harus tetap melakukan usaha dan berjuang meraih yang kita impikan meskipun menghadapi berbagai tantangan. Namun, terlepas dari apapun yang telah kita upayakan, jangan pernah lupa bahwa semua yang terjadi di dunia ini atas kehendak Allah.  Kun fa yakun. Jika Allah menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya; “Jadilah, maka terjadilah ia”. Dan apapun yang kita lakukan niatkanlah untuk mencari rido Allah dan selalu berdoa kepada-Nya.

 

Di akhir tulisan ini, saya pun mengucapkan terima kasih kepada Kemendikbud Indonesia yang telah memilih saya sebagai salah satu perserta dalam program  pelatihan 1.000 Guru ke Luar Negeri. Terima kasih juga kepada para guru hebat yang telah mendampingi saya dalam kegiatan tersebut, berjuang bersama. Semoga ilmu dan pengalaman yang saya dapatkan bermanfaat! Aamiin.