IMPIAN JADI NYATA
Rezeki Tidak Bakal Tertukar
Alhamdulillah, itulah kata yang langsung terucap ketika Jumat sore di bulan Januari 2019 mendapat telepon dari dari salah seorang staf Kemendikbud, namanya Bu Vika. Padahal saya sudah pasrah dan tawakkal karena pada surat yang beredar di grup WA Gupres 2018 tidak ada nama saya tertera dalam daftar guru yang diutus mengikuti pelatihan ke China. Saya langsung mengucap syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa bahwa apa yang Allah Swt telah tetapkan sebagai rezeki kita maka akan kita dapatkan dengan jalan ikhtiar, doa, dan tawakal.
Begitupula apa yang tidak ditetapkan walau bagaimanapun juga tidak akan menimpa. Itulah kaitannya surat yang isinya tertera daftar nama calon peserta mengalami revisi oleh penyelenggara karena ada calon peserta pada surat sebelumnya yang tidak ditakdirkan ke China. Berdasarkan informasi yang saya terima pada saat ditelpon nomor HP calon peserta tersebut tidak aktif, atau penyebab lainnya seperti sakit.
Belajar di Negeri China memang impian saya sejak kecil. Saat itu tahun 1990, anak yang sekolah di kampung saya Madrasah Darul Istiqamah Cabang Welado Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan masih dihitung jari. Nah untuk membangkitkan semangat kami agar terus belajar dan melanjutkan pendidikan, Ustadz panggilan untuk guru yang mengajar kami, sering melontarkan kalimat yang dianggap hadis ini Uthlubul ‘ Ilman walau bish sin “Tuntulah Ilmu Sampai di Negeri China”.
Kalimat tersebut tak ubahnya sebagai untaian doa atas keinginan menjunjung ilmu yang lebih tinggi. Pemahaman saya kala itu bahwa China sangat jauh dan memiliki peradaban yang maju sebelum peradaban kota suci Mekkah yang mengalami kemajuan pesat di bawah kepemimipinan Al-amin, Rasulullah Saw.
Pengalaman Pertama dan Utama
Tiga hari menerima pembekalan pree departure di Jakarta dalam kegiatan bertajuk Training Program in China for Excellent Teachers of MOEC Republik of Indonesia, kami mendapat gambaran tempat yang akan dituju. Mulai lingkungan tempat belajar, tempat menginap, makanan halal, dan cuaca saat kami akan berada di sana. Disinilah saya berkenalan dengan Pak Heri Azhar yang akan mendampingi kami ke China. Rupanya Pak Heri adik letting saya semasa kuliah S1 di Universitas Hasanuddin Makassar. Meskipun berbeda jurusan, Ia sastra Inggris, dan Saya Sastra Indonesia, tapi kami cukup saling mengenal. Komunikasi kamipun semakin lancar.
Di gedung utama Kemendikbud, kami dilepas oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang didampingi Direktur Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan. Bapak Muhadjir Efendi berpesan agar peserta dapat mengikuti kegiatan pelatihan dengan serius dan sungguh-sungguh. Menggunakan kesempatan ini untuk berlatih dan menyerap berbagai ilmu dan keterampilan sebanyak-banyaknya sehingga saat kembali ke tanah air nantinya dapat diaplikasikan dan dimbaskan di tempat bertugas.
Minggu, 3 Maret 2019, pukul 23.30 WIB, Udara dingin menusuk ketika menaiki tangga pesawat Chatay Dragon. Padahal tubuh ini telah dibungkus jaket dan dua lapis baju. Hawa dingin berlanjut ketika mulai memasuki badan pesawat. Ini kali pertama saya rasakan penerbangan internasional. Berbeda dengan pesawat domestik seperti garuda dan lion air yang pernah saya naiki, pesawat ini jauh lebih besar. Penumpang pesawat didominasi orang China. Saya menyimpan tas di kabin dan menempati kursi 69, berdekatan dengan Bu Nani, dan Pak Hakim Finalis OGN Mapel Bhs. Indonesia tahun 2018.
Penerbangan dari Jakarta ke Hongkong sekitar 6 jam. Lanjut lagi ke Nanjing sekitar 2 jam. Ketika tiba dibandara Nianjing, kami melakukan sholat di bawah tangga eskalator karena tidak menemukan tempat sholat atau musholla di bandara tersebut. Hal ini menjadi perhatian penumpang pesawat yang lewat dan pegawai bandara. Tapi tidak ada yang menegur atau melarang kami shalat.
Teknologi Pertanian China Modern.
Perjalanan dari bandara Nianjing ke Kota Xuzho ditempuh sekitar 5 jam menggunakan Bus. Udara dingin 80C menusuk tulang karena memang musim dingin melanda China saat bulan maret. Sepanjang jalan saya perhatikan hamparan tanah gersang. Nyaris tidak ada pepohonan yang daunnya bertahan. Daun-daunnya telah berguguran akibat musim gugur sebelumnya.
Sebuah pertanyaan muncul di banak saya. Apa sih yang membuat China lebih unggul dari Indonesia? Padahal ketika ditilik dari usia kemerdekaan Republik Indonesia (RI) lebih dulu diproklamirkan tahun 1945. Sementara Republik Rakyat Tiongkok (RRT) baru berdiri tahun 1949 dengan sama-sama melawati fase perang dan pendudukan oleh Jepang. Petualangan 21 hari memang relatif singkat namun dapat menguak satu persatu pertanyaan yang muncul dibenakku.
Dari balik kaca bus saya amati meskipun pepohonan seperti akan mati karena kehilangan daunnya tetapi lahan pertanian di Negeri Tirai Bambu ini tetap digarap dan ditumbuhi bibit tanaman. Beberapa alat penggarap seperti mobil traktor yang modern dan eskapator mengangkut gundukan tanah subur menyerupai bukit. Kemudian Nampak media tanam yang tertutup plastik transfaran menyerupai polibag besar berfungsi mengatur kelembaban tanaman yang tumbuh di dalamnya.
Rupanya teknologi pertanian China sudah sangat maju. Meskipun musim dingin petani mereka tetap bisa menanam. Selain itu, bantuan Negara terhadap petani China sangat nyata mulai dari teknologi, pupuk, peptisida, sampai dana bantuan langsung utuk petani. Bahkan sistem pertanian China menggandeng lembaga riset dan universitas pertanian untuk mengamati masa panen dan melakukan pendampingan pada petani. Apabila terdapat hama dan gangguan lain terhadap pertanian, maka mereka akan mudah dan cepat mengatasinya.
Pendidikan Karakter dan Digitalisasi Pendidikan.
Tiba di kampus CUMT (China University of Mining and Technology) kami disambut dengan ramah oleh panitia dan petinggi kampus. Malam itu juga kami disediakan makanan yang porsinya sangat banyak sehingga saya tidak bisa habisi. Usai makan, panitia membagikan kami kunci kamar. Saya sekamar dengan Pak Ibrahim, sama-sama berasal dari Sulawesi Selatan. Kami tidur diselimuti dingin meskipun selimut membungkus tubuh. Saat itu temperatur udara dilevel 00C.
Esoknya kami diajak mengelilingi kampus CUMT untuk mengenali gedung-gedung yang akan ditempati belajar. Termasuk kantin muslim, tempat makan setiap hari Sabtu dan Minggu. Di sela observasi kampus, saya sempat heran melihat antrian panjang mahasiswa. Sekilas tampak seperti mau mengumpulkan berkas pendaftaran. Rupanya itu antrian mahasiswa yang sedang menunggu bus di halte. Maklum hal demikian suatu pemandangan yang langka Setiap yang datang langsung mengambil poisisi di belakang. Tidak ada yang berebutan ketika menaiki bus.
Suasana tertib dan tepat waktu takkala kami menerima sejumlah materi. Pertama dari kepolisian Tiongkok Mr. Haozan Fang yang memberikan nasehat untuk menjaga diri dan keamanan selama ada di china. Materi kedua oleh Mr. Honghang Li yang merupakan dosen CUMT. Dosen ini menyampaikan bahwa kampus CUMT mulai didirikan tahun 1909. Lalu kampus ini dipugar diresmikan kembali oleh presiden china pada tahun 1999. Ketiga, Mrs. Yaqin XU mengajari kami cara belajar Bahasa china atau mandarin. Mrs. Yaqin Xu sangat baik sekali mengajarkan Bahasa china kepada kami. Dengan penuh kesabaran kami diminta untuk mengulang kata-kata yang beliau sampaikan. Saya berusaha untuk memahaminya, namun tetap saja agak sulit belajar Bahasa mandarin ini hanya dalam waktu yang singkat.
Menulis kaligrafi China rupanya menyenangkan. Melalui bimbingan Prof. Xueli Chan, kami diajarkan menggunakan alat dan media dari kuas, kertas khusus, dan air putih. Caranya yaitu pertama membuka segel kertas dan penutup kuas. Kedua, menekan ujung kuas dengan berputar agar bulu kuas sedikit merenggang. Ketiga, celupkan ujung kuas ke dalam wadah yang beirisi air, Keempat tulislah kata atau kalimat sesuai yang diinginan. Kelima, apabila ingin menuliskan kalimat yang lain tunggu sekitar 3 sampai 5 menit kertas akan bersih kembali dari tulisan warna hitam, dan silahkan menuliskan kata atau kalimat yang baru. Alhamdulillah saya bisa menuliskan Aku Cinta Indonesia dengan kaligrafi China.
mengunjungi SD Wang Jie Xiao Xue Shao Nian Xue (Primary School). Sebelum memasuki area sekolah, kami dijemput oleh guru dan murid sekolah ini. Dengan percaya diri murid SD yang berseragam tentara China bergantian mengenalkan sekolahnya, inovasi prestasi, dan keutamaan sekolahnya dengan menggunakan bahasa mandarin. Saya hanya bisa mengerti sedikit-sedikit setelah diterjemahakan dalam bahasa Inggris oleh Mr. Barman, dkk.
Siswa ini ketika belajar mereka sangat tertib menyimak penjelasan dari gurunya. Begitupula ketika guru memancing pertanyaan, mayoritas siswa angkat tangan dan yang ditunjuk akan menjawab sementara yang lain duduk dengan tertib.
Selain proses belajar yang aktif, kreatif, dan patuh, di tempat strategis gedung sekolah ini juga dihiasi mading dan monumen pejuang-pejuang China. Kami bisa melihat jelas peluru, senjata, dan helm pejuang China terpajang di dinding sekolah. Hal ini menunjukkan jiwa patriotisme murid ditempa sejak dini dan tidak sekadar teori tapi juga bukti autentik peninggalan sejarah perjuangan bangsa China dipajang di sekolah.
Wang Jie Xiao Xue diambil dari nama salah seorang pahlawan bangsa China yang selalu membela dan mempertahakan bangsa China. Hal ini dimaknai agar para siswa atau lulusan sekolah tersebut memiliki sifat pahlawan sebagaimana sifat yang dimiliki Wang Jie Xiao Xue.
Begitupula ketika mengunjungi SMP dan SMA budaya patuh, aktif, kreatif dtunjukkan siswa-siswa. Sementara guru sangat totalitas dalam mengajar seperti tidak pernah merasa capek karena selama 2 jam pelajaran saya tidak pernah melihat guru baik SD, SMP, SMA yang mengajar itu pernah duduk di kursi walaupun sekali.
Kepala SMP yang menyambut kami menyampaikan orientasi sekolahnya yaitu merangsang minat belajar, menumbuhkan kebiasaan baik dan membentuk karakter. Dengan merangsang minat belajar, maka sekolah membantu siswa menumbuhkan rasa percaya diri, keinginan untuk berprestasi dan memotivasi untuk selalu belajar. Kebiasaan baik di dalam belajar juga akan membawa kebiasaan baik dalam kehidupan. Dukungan penuh terhadap pendidikan akan melejitkan potensi siswa seperti kerja keras, optimisme, percaya diri, integritas dan jiwa berani berusaha.
Pemanfaatan teknologi guna menunjang pembelajaran menjadi hal yang dominan. Guru di sekolah SMA mengajar pada tiga kelas berbeda di waktu bersamaan. Di kelas itu terdapat dua kamera perekam yang terkoneksi internet. Sehingga guru yang mengajar dapat dilihat secara jelas dan interaktif bersama siswa di tiga sekolah yang berbeda. Selesai kegiatan mengajar saya diberikan kesempatan menghadiahkan sarung sutera, lipa sabbe ciri khas Bugis Sulawesi Selatan kepada Mrs. Yi Qun Ma, guru yang mengajar di tiga kelas berbeda dengan waktu yang bersamaan.
Pembelajaran berbasis 4.0 kian terlihat di kampus CUMT. Seluruh proses pembelajaran di kampus CUMT ful direkam kamera. Setiap sudut ruang kelas. dipasangi kamera agar dapat dilakukan refleksi pembelajaran, penilaian dan tindak lanjut. Hasil rekaman pembelajaran dapat di lihat ulang oleh mahasiswa yang belum menguasai materi melalui internet. Papan tulis dipasangi dua layar digital touchscreen. Apabila Mahasiswa ingin bertanya dapat langsung hubungi dosen via WeChat. hasil belajar juga dapat diketahui melalui WeChat.
Digitalisasi juga mewarnai geliat aktivitas ekonomi warga China. Saya sempat dibuat heran ketika naik bus saya memasukkan koin 1 yuan kalau di Indonesia Rp. 2000,-. Nah orang China yang dibelakang saya ternyata hanya mendekatkan smarphonenya di kotak dekat sopir yang memiliki code QR. Begitupla saat transaksi belanja umumnya sudah menggunakan uang elektronik dan kami saja peserta pelatihan dari Indonesia umumnya masih memakai uang tunai.
Melestarikan Nilai-Nilai Luhur Budaya
China menjadi salah satu negara maju yang masih memegang teguh dan memelihara nilai-nilai luhur budayanya. Eksplorasi kebudayaan dilakukan di beberapa tempat seperti Ziwey sebuah rumah kebudayaan yang didominasi arsitektur klasik kayu hitam biasa digunakan pejabat China bermusyawarah dalam suasana yang tradisionil. Pengelola gedung menggunakan pakaian adat ala zaman china dahulu. Pandangan saya tidak bergeming menyaksikan seorang wanita berpakain sangat bagus seperti dalam film Siluman Ular Putih, With Snake Legend, film kesukaan saya yang tayang di Indosiar saat saya masih di bangku SD.
Di tempat ini kami diajari membuat replika panda yang bahan dasarnya dari tepung dan sagu. Dengan sabarnya pelatih menujukkan kami cara membuat panda mulai dari kaki, tubuh, kepala, mata, hidung, sampai panda tersebut makan bambu. Setelah selesai membuat panda, selanjutnya membuat bunga dari kertas. Kemudian kami diajak keluar menuju tempat dihidangkannya hidangan – hidangan kuno. Di tempat itu pula kami diberikan pakaian ala prajurit dan kaisar kuno. Kami sangat menyukainya dan berfoto menggunakan pakain tersebut.
Kunjungan kebudayaan selanjutnya ke Kuil Confucius di Kota Qufu. Ini merupakan kuil Confucius yang terbesar dan paling terkenal di daerah Asia Timur. Setelah memasuki entrance gate kami disambut sebuah gerbang besar yang bernama Lingxing Gate yang namanya berasal dari salah satu gugus bintang bernama Beruang Besar. Nama gerbang ini menurut Mrs. Susi penerjemah, berarti “Confucius seorang filsuf besar yang bijak” selain itu gerbang ini memiliki arti “Confucius adalah bintang dari surga”. Gerbang ini terbuat dari Pohon-pohon Pinus yang disusun tanpa satupun paku. Warna gerbang ini didominasi warna kuning, merah, dan hijau tua.
Eksplorasi kebudayaan di Kota Xuzho Provinsi Jiangsu belum cukup kalau tidak mengunjungi ruang bawah tanah tempat peninggalan sejarah Dinasti Han, ((206 SM – 220 M). Dinasti kekaisaran kedua di Tiongkok ini dikenal makmur dan memiliki kestabilan politik yang lama sehingga mampu memberikan kesejahteraan hidup kepada rakyatnya.
Hari yang sama kami mengunjungi Danau Pan’an dengan menaiki perahu untuk menyeberangi perairan dan melihat langsung keragaman spesies yang ada. Seluruh area Pan’an Lake dibagi menjadi 5, yaitu daerah rekreasi ekologi di sebelah utara, area pemandangan lahan basah di bagian tengah, daerah budaya tradisional di sebelah barat, hotel di sebelah selatan dan area konservasi ekologi di sebelah timur. Bagian selatan dan utara memiliki fungsi yang seimbang, sehingga menjadikan wilayah ini lahan basah paling indah di China dengan pedesaan unik di Jiangsu utara.
Kunjungan berikutnya ke Danau Dalong yang merupakan danau buatan yang indah. Pesona danau ini langsung terasa saat kami mulai turun dari bus dan menginjakkan kaki di gerbang masuk. Mata kita langsung disuguhkan kelopak bunga cempaka putih yang mulai mekar. Tidak itu saja, saat semakin masuk di area dalam kawasan danau, mata ini semakin dimanjakan oleh pesona bunga yang beraneka warnanya.
Terkesima dengan hamparan pohon yang daunnya merah merona warnanya. Kami langsung mendekati pepohonan yang tidak tinggi itu. Kemudian memadu foto secara bergiliran dengan berbagai pose. Rupanya keindahan bunga dan daun pepohonan di danau ini belum berakhir. Sebab dibagian lebih dalam lagi di pinggir danau ada hampir ratusan pepohonan yang semua daunnya berwarna putih bersih. Sesekali daun-daun pohon itu terbang dan jatuh karena tertiup angin. Kami pun tak kuasa menahan diri tuk mengabadikan momen indah itu.
Selain indah, kawasan Danau Dalong pun bersih. Kami tidak menemukan sampah yang berserakan di sekitar danau. Pengelola danau ini sangat menjaga perawatan dan pemeliharaan kawasan danau. Hal ini ditandai dengan tersedianya tempat sampah di tempat-tempat yang strategis. Ada juga petugas perawatan dan kebersihan yang bertugas setiap hari.
Eksplorasi kebudayaan China berlanjut dengan merasakan budaya minum teh China yang dipandu oleh Mr. Zhu. Sebelum menikmati seduhan teh Mr. Zhu menunjukkan 2 buah foto yang diantaranya adalah Presiden Kim Jong Un dalam kunjungannya ke Cina yang disambut oleh Presiden Xi Jinping dengan acara minum teh. Foto berikutnya adalah Presiden Barrack Obama yang sedang berpesta teh dengan presiden Xi Jinping. Kedua foto ini menjelaskan bahwa Cina sangat menjunjung tinggi budaya minum teh. Biasanya acara minum teh bersama dilakukan untuk menyambut tamu yang dianggap penting. Presiden Xi Jinping sendiri sangat suka meminum teh dan beliau pernah berkata “Untuk merasakan hidup dan memecahkan masalah misterius dunia, orang-orang Cina mendapatkan inspirasinya dari minum Teh.
Setelah penjelasan singkat mengenai budaya teh China, Mr. Zhu menggelar pertunjukan seni cara menyajikan teh dan kami berkesempatan untuk meminum teh yang telah disajikan. Menurut Budaya Teh China, ada 11 cara penyajiannya yaitu persiapan peralatan, panaskan air hingga mendidih, siapkan daun teh, hangatkan cangkir, tuangkan beberapa daun teh ke dalam cangkir, tuangkan air panas ke dalam cangkir yang telah terisi oleh daun teh, tuangkan air teh ke cangkir yang telah disediakan, bagikan teh, hidangkan teh, rasakan teh, dan cuci peralatan yang telah digunakan.
Filosofi Hidup China
Rangkaian kegiatan pelatihan selama tiga minggu ini memberikan gambaran folosofi hidup yang dijalankan warga China menjadikan China atau Tiongkok menjadi Negara maju saat ini. Baik secara ekonomi, pertahanan, pengetahuan kebudayaan dan teknologi.
Warga China dikenal ulet dan pekerja keras. Kegiatan kehidupan mereka selain sektor pertanian, juga sektor perdagangan, industri, dan pelayanan jasa. Dalam menjalankan aktivitas sehari-harinya mereka menjaga kualitas, menerapkan kejujuran dan kepercayaan. Keberhasilan penghidupan ekonomi ditunjang oleh sikap yang tidak sombong, menghormati orang tua, hemat dan pandai mengatur keuangan.
Orang China juga berani mengambil resiko. Mereka bisa belajar dari kegagalan dan mempertahankan keberhasilan. Demi memajukan negaranya warga China rela bersekolah di luar negeri seperti di Amerika, Inggris, dan Jerman. Setelah berhasil mereka kembali membangun negaranya melalui dukungan pemerintahnya.
Filosofi baik yang dijalankan ini menjadikan China Negara teratas yang unggul dalam survey yang dilaksanakan oleh PISA tahun 2018, dalam uji literasi, sains, dan matematika. Begitupula dalam sistem pembelajaran telah menerapkan pembelajaran berbasis STEAM Sains (science), Teknologi (technology), Teknik (engineering), Seni (art) dan Matematika (mathematic) dan HoTS (Higher Order Thinking Skiils). Hal ini Nampak saat kami melakukan kunjungan ke sekolah-sekolah dan lembaga pendidikan lainnya.
Berpisah Itu Berat
Rasanya, baru kemarin sampai di kampus ini, dan sekarang kami harus mengikuti acara penutupan program. Yah, artinya ada kata berpisah. Bukannya saya dan rekan-rekan guru dari Indonesia tidak mau berpisah. Tetapi pelatihan yang kami ikuti ini tidak saja sebagai pelatihan yang meningkatkan kompetensi dan keterampilan semata. Tetapi seperti ada rasa dan ikatan emosional yang saling terpaut, terikat, dan berat rasanya bila berpisah.
Rasa senasib dan sepanggungan sebagai guru-guru dari pelosok Nusantara yang tidak terlalu saling mengenal dikumpulkan di suatu negeri yang cuaca, suasana, dan alamnya sangat berbeda dari Pertiwi. Melewati hari pertama dan kedua di tempat ini begitu sulit. Akibat suhu yang teramat dingin kulit menjadi kering, dan bibir nyeri pecah-pecah. Sampai-sampai saya terpaksa akrab menggunakan lotion dan pelembab bibir yang biasanya hanya dipakai wanita. Itu juga sih karena rekomendasi teman pria inisial J dan H yang lebih dahulu menggunakannya. Waduh..bocor nih rahasia, hehe…
Pendamping dari pihak CUMT mengaku salut pada kami peserta pelatihan karena bisa saling dukung, bekerjasama, dan kompak. Mereka kagum pada kami yang mayoritas baru saling kenal di tempat ini dengan berbagai latar disiplin ilmu, instansi, suku, daerah, dan agama tetapi bisa mengikuti pelatihan dengan saling mendukung dan kompaknya. Pikiran dan hati mereka juga menjadi terbuka bahwa apa yang disangkanya tentang Indonesia yang cenderung rasial dan intoleransi menjadi hal yang berbeda ketika mereka melihat secara langsung kami yang saling berbaur, belajar, jalan, dan tertawa bercanda bersama.
Begitupun sebaliknya mindset saya dan mungkin sebagian teman-teman tentang orang China yang identik pemarah, pelit, dan ideologinya yang komunis sehingga sering diasumsikan anti agama islam rupanya tidak kami temukan hal-hal demikian. Mulai perkenalan awal kami dengan panitia, mereka ramah mempersilahkan shalat di ruang terbuka Bandara Nianjing. Begitupula ketika tiga Minggu disini kami tetap bebas shalat lima waktu dan rombongan pergi shalat Jumat di masjid terdekat. Meskipun kadangkala kami menarik perhatian masyarakat setempat ketika memakai peci jalan bersama-sama meneseluri jalanan kota. Begitupun dalam hal makanan, kami difasiltasi makanan yang halal.
Banyak sekali pengalaman belajar yang baru kami dapatkan. Baik secara formal melalui kunjungan ke sekolah dan intansi. Maupun secara informal hasil pengamatan langsung dalam aktivtas sehari-hari masyarakat. Tak terkecuali kisah keseruan antar peserta dan pihak panitia CUMT. Tetapi yah itu cerita lainlah nantinya. Kini kami betul-betul harus berpisah.
Semua peserta training memakai seragam daerahnya masing-masing. Saya sendiri memakai pakaian adat Sulawesi Selatan. Bagian atas kepala ditutup dengan Songkok To Bone. Tubuh dibalut dengan stelan jas tutup. Kemudian bagian pinggang ke bawah dililit lifa sabbe (sarung sutra Bugis).
Sedangkan kawan-kawan dari daerah lain, memakai pakaian khas daerahnya seperti khas, jawa, kalimantan, sumatera dan sebagainya. Saya bersama sekitar 20 teman-teman menampilkan tarian gemu famireh tarian khas Nusa Tenggara Timur (NTT). Suasananya seperti berada di tanah air sendiri. Mr. Barman, Ms. Mona, Mr. One, Patersen, dan Cano pun ikut larut menari di panggung. Pakaian adat Nusantara cerminan Bhineka Tunggal Ika disambut hangat di Negeri Tiongkok.
Diakhir kegiatan penutupan pihak CUMT membagikan sertifikat pelatihan dan cinderamata khas CUMT untuk kami bawa kembali ke Tanah Air. Kamipun juga tidak mau ketinggalan memberikan cinderamata khas Indonesia kepada panitia dan penyelenggara yang telah terlibat menyukseskan kegiatan pelatihan ini.
Ketika menaiki bus, Ms. Mona bersama teman-temannya menghampiri kami dan memastikan jumlah kami lengkap, tidak ada yang tertinggal. Masing-masing kami diberikan bekal makanan untuk perjalanan yang cukup jauh kembali ke Tanah Air. Ia mengantar kami sampai di stasiun kereta cepat. Ketika kereta cepat akan segera berangkat Ia melambaikan tangan dan memberikan senyuman terakhirnya. Sekilas kulihat mata sipit itu tampak berkaca-kaca.
Sinar mentari mulai terbit di akhir Maret. Kelopak bunga sakura mulai bermekaran. Selamat datang musim semi. Selamat tinggal kota Xuzho. Namamu akan selalu kukenang dalam sanubariku….
Demikianlah sepenggal kisah dari impianku yang menjadi nyata.
Penulis : Tamrin, S.S.M.Pd.
Email : tamrinparepare@gmail.com
Telp. : 085242622296
FB : Tamrin Mahmud
TG : @tamrinmahmud
Instansi : SMP Negeri 4 Parepare
Prestasi :
- Finalis Pemilihan Tenaga Perpustakaan Berprestasi dan Berdedikasi SMP Tahun 2016
- Finalis Pemilihan Guru Berprestasi SMP Tahun 2018
- DPK Award Guru SMP Inovatif Parepare Tahun 2019
10 komentar