MENGAIS ILMU DI NEGERI TIRAI BAMBU.
Perkenalkan nama saya Fatmawati Lapangga, M.Pd, Guru IPA SMP di sebuah sekolah di Kota Gorontalo, yakni SMP Negeri 10 Gorontalo. Sebuah sekolah yang berada di Pulau Sulawesi, Provinsi Gorontalo.
Tak pernah terlintas dalam anganku untuk mendapatkan kesempatan belajar sampai ke luar negeri khususnya ke Negara yang terkenal dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologinya yang dikenal dengan Negeri Tirai Bambu CHINA.
Pada awal bulan Februari 2019, sepulang dari sekolah sekitar pukul 17.10 WITA saya mendapat telepon dari nomor ponsel yang saya tak kenal dan ternyata telepon tersebut berasal dari salah satu Staf Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Namanya ibu Isti.
Beliau menanyakan banyak hal berkaitan dengan kompetensi saya, dan diakhir pembicaraan beliau bertanya apakah saya pernah mengikuti pelatihan ke Luar Negeri, saya menjawab belum pernah. Dan saat itu juga beliau mengatakan bahwa saya berkesempatan untuk mengikuti pelatihan ke Luar Negeri karena prestasi yang saya peroleh.
Saya mengucapkan sujud syukur Alhamdulillah atas limpahan rahmat dan rezeki dari Allah, SWT sejak saya mengikuti lomba-lomba sampai ke tingkat nasional, sudah beberapa penghargaan yang saya peroleh.
China kita kenal sebagai negara yang memberikan pengaruh paling besar bagi perekonomian dunia. China mampu untuk menguasai berbagai lini industri mulai dari komunikasi, komputer, otomotif, hingga barang elektronik.
Sebagian besar barang produksi yang tersebar di dunia kini berasal dari negeri tirai bambu. Banyak ahli bahkan memperkirakan China bisa menyalip Amerika Serikat sebagai negara adidaya dunia.
Kemajuan negara China di segala Lini, tak kalah dengan Amerika. Tentu saja saya merasa sangat beruntung memperoleh kesempatan untuk mengikuti pelatihan bersama teman-teman hebat dari seluruh nusantara di Negeri Tirai Bambu Tiongkok China.
Namun sebelum berangkat ke Negara China, kami mengikuti pembekalan selama 4 hari yang bertempat di Marc Hotel Passer Baroe mulai tanggal 27 Februari s.d 2 Maret 2019. Kami dibekali persiapan-persiapan yang harus kami lakukan dalam mempersipakn diri belajar di negeri tirai bambu.
Pada hari Sabtu 02 Maret 2019, kami seluruh peserta pelatihan ke luar negeri yakni ke Negeri China mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan baik kebutuhan pribadi selama berada di negeri China, dokumen perjalanan, dan lain sebagainya. Pada pukul 19.00 kami seluruh peserta pelatihan yang berangkat pada kloter pertama yang berjumlah 37 orang dari 50 orang bersama seorang pendamping dari Pembinaan Guru Pendidikan Dasar Kemendikbud yang biasa kami sapa bu Rohmi berkumpul berangkat dari hotel Marc Pasar Baru Jakarta Pusat menuju Bandar Udara Soekarno Hatta Jakarta.
Perjalanan dari hotel Marc Passar Baru menuju Bandar Udara Soekarno Hatta di tempuh dalam jangka waktu 1 jam. Setibanya di bandar udara Soekarno Hatta Jakarta kami seluruh peserta yang berjumlah 37 orang dan pendamping 1 orang berkumpul untuk menyiapkan dokumen yang dibutuhkan pada saat cek-in di bandara.
Setelah Cek-in kami menuju ruang tunggu untuk pesawat Chatay Pasific yang akan berangkat pada pukul 00.10 dini hari. Tepat pukul 00.10 kami menuju pesawat Chatay Pacific dengan menduduki 73 A. Karena berangkat pada waktu tengah malam dengan suhu yang sangat dingin kami seluruh peserta tidur nyenyak dalam pesawat, sehingga tidak terasa pukul 05.00 Hongkong kami mendarat di Bandar Udara Internasional Hongkong.
Saat memasuki ruang tunggu bandar udara Internasional Hongkong kami melalui beberapa pemeriksaan yang sangat ketat, dan puji syukur Alhamdulillah kami seluruh peserta melaluinya dengan tanpa hambatan.
Kami menuju ruang tunggu gate 35 akan tetapi setelah kurang lebih 2 jam kami di gate 35 kami ternyata salah gate. Akhirnya kami pindah ke gate 41 yang memang sebenarnya ruang tunggu kami.
Kami transit di bandar udara hongkong sekitar 5 jam. Sambil menunggu waktu keberangkatan kami jalan-jalan seputaran bandara melihat-lihat pemandangan dan situasi bandar udara Internasional Hongkong.
Hal yang sangat berkesan saat kami tiba di bandar udara internasional Hongkong adalah pada saat turun dari pesawat dan melewati berbagai pemeriksaan seluruh peserta terserang HIV (Hasrat Ingin Vivis). Saat kami masuk toilet belum sempat BAK (Buang Air Kecil) istilah orang Indonesia, kami langsung keluar dari mencari botol untuk diisi air yang digunakan untuk bilas setelah kami buang air.
Ternyata yang membuat kami keluar dari toilet sebelum BAK adalah toilet orang Hongkong tidak tersedia kran air yang digunakan untuk cuci atau bilas setelah kita BAK atau BAB. Dari awal pengalaman di toilet tersebut kami masing-masing sudah menyiapkan botol kosong di dalam tas yang akan kami gunakan saat kami BAK atau BAB, karena toilet orang Hongkong beda dengan toilet orang Indonesia.
Budaya orang Indonesia setelah BAB atau BAK langsung menyuci bersih dengan menggunakan air dan tissue, akan tetapi beda halnya dengan orang hongkong, setelah BAK dan BAB mereka hanya cukup menggunakan tissue sebagai pembersih tanpa menggunakan air. Sehingga itu saya sangat bersyukur menjadi warga negara Indonesia, berbudaya Indonesia, dan tinggal Indonesia.
Tepat pukul 09.45 hari minggu 03 Maret 2019 waktu pemberangkatan kami menuju negara China dengan menggunakan pesawat Chatay Dragon Airlines, kami menuju pesawat tersebut dan saya duduk pada seat 50E. Karena kelelahan kami seluruh peserta terlelap dalam pesawat walaupun pesawat terasa agak goyang karena kami mendapat seat bagian belakang. Akibat pesawatnya agak goyang sehingga teman saya di sebelah saya sempat mabuk dan meminta kantong plastik kepada pramugari untuk jaga-jaga jangan sampai muntah akibat mabuk karena pesawat goyang.
Setelah menempuh waktu kurang lebih 3 jam kami tiba di bandar udara Nanjing tepat pukul 13.18, kami segera turun dari pesawat dengan tidak lupa mengambil barang dibagasi kami. Tiba di bandar udara Nanjing kami melewati pemeriksaan yang sangat ketat dan setelah itu kami melapor dibagian imigrasi bandara dengan sistem antri. Satu per satu kami melapor dibagian imigrasi dengan memperlihatkan paspor dan visa kami masing-masing dan kami diambil sidik jari.
Dan inilah pengalaman saya pertama ke Luar Negeri, saya baru tahu ternyata prosedurnya seperti itu, dan ini meruapakan pengalaman sangat berharga bagi saya. Saat pemeriksaan dokumen dan sidik jari, petugas menggunakan Bahasa yang tidak saya mengerti yakni Bahasa China dan petugas tidak bisa berbahasa Inggris, sehingga pada saat pemeriksaan kami menggunakan bahasa isyarat saja.
Kemudian setelah menjalankan pemeriksaan dokumen di bagian imigrasi bandar udara Nanjin kami turun ke lantai bawah ini pengambilan bagasi. Saya bersama teman guru berprestasi saya dari Bengkulu ibu Zalna Fitri langsung mengambil troli untuk membawa cover kami berdua. Dan setelah kami keluar dari bandara ternyata sudah ada beberapa orang menjemput dengan menggunakan papan identitas.
Selama 21 hari kami belajar di Negeri Tirai Bambu China bertepatan di Provinsi Jiangsu Kota Xuzhou di kampus China University Maining and Technology (CUMT). Kami mengunjungi sekolah Dasar, SMP, dan SMA, untuk melihat bagaimana ekosistem pendidikan yang dijalankan di negara tersebut.
Selain mengunjungi sekolah, kami juga diberi kesempatan untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah, serta tempat-tempat teknologi salah satunya adalah sebuah lembaga International University Innovation Alliance (IUIA), dimana lembaga ini pembelajaran STEM benar-benar diterapkan dan telah memproduksi berbagai jenis robot.
Semoga program pemerintah untuk memberikan kesempatan kepada guru-guru Indonesia belajar sampai ke Luar Negeri berkelanjutan, sehingga guru-guru Indonesia bisa berinovasi demi untuk kemajuan bangsa yang kita cintai Indonesia.