ALUNAN SIMPONI ALAM

Terbaru18 Dilihat

Tak ada lagi birunya langit di Bekasi, awan gelap menutupi indahnya cakrawala. Semakin gelap dan terus menitikan air hujan dengan deras. Meski tidak ada halilintar pagi ini, dinginnya udara Bekasi sejak kemarin, memaksaku untuk menhangatkan tubuhku dengan cahaya buatan yang dialirkan oleh listrik. Dan itupun bila PLN tidak mematikan aliran listriknya.

Sudah menjadi kebiasaanku, lampu 80 watt, selimut tebal, celana panjang berlalpis, pull over atau jacket serta kaos kaki tebal yang menjadi penghangat tubuhku. Berlari lari kecil, atau senam ringan hingga Zumba kulakukan sekedar untuk mencari keringat dikedinginanku.

Gemericik hujan yang jatuh, membentuk irama yang syahdu, membuat aku terkenang masa lalu, masa kecilku ketika tinggal dipondok pesantren Banten. Air yang jatuh menimpa dedaunan, ranting, genting, bumi, bebatuan dan suara air sungai yang melaju dengan deras ditambah semilirnya angin, ah begitu indahnya music karya Illahi. Gemuruh air deras dari hulu ditambah dentuman halilintar yang saling bersahutan serta kemilau cahaya kilat yang menari nari diantara derasnya air yang tumpah dari langit menambah riuhnya tasbih alam pada Sang Pencipta.

 

Sudahkah kita bersyukur?

 

“Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”  (QS:55)

Tinggalkan Balasan