Sejak bulan Maret tahun 2020 hingga saat ini, sudah berlangsung hampir satu tahun, banyak aktifitas pembelajaran berlangsung dari rumah. Proses belajar berlangsung online (internet, Learning Management System dan web meeting); dan juga offline (guru kunjung, tugas baca, atau membuat laporan/resume).
Siswa melakukan pembelajaran dari rumah tentunya tidak sebaik ketika berlangsung dalam kelas. Gangguan bagi siswa pasti ada di mana-mana. Gangguan-gangguan inilah yang dikenal sebagai noise.
Adanya noise akan membuat pengajaran menjadi sulit. Berikut ini beberapa noise yang seringkali hadir dalam pembelajaran online di kelas berbasis meeting online seperti Zoom, Webex dan Google Meet serta cara mengatasinya.
Kehadiran Keluarga / Orang Lain di Latar Belakang
Selama kelas online, siswa seharusnya melakukan pembelajaran di lokasi paling tenang yang dapat mereka temukan di rumah mereka. Alamiahnya, beberapa siswa memiliki ruang belajar yang lebih tenang, seperti di kamar tidur atau ruang tamu. Namun, tak bisa terhindarkan pula bahwa mereka pun belajar di ruang keluarga, dapur, emper rumah, dekat kandang ternak, pinggir jalan, atau halaman rumah untuk mencari spot terdapatnya kualitas jaringan yang baik. Tempat-tempat ini tidak terjamin ketenangannya. Nah, jika seorang siswa harus belajar di antara kebisingan yang konstan, ini akan membuat proses belajar menjadi sulit bagi mereka.
Bagaimana cara seorang guru mengatasinya? Bagi bapak/ibu guru yang telah terbiasa mengajar online menggunakan Zoom, pastinya telah terbiasa dengan kondisi ini. Cara untuk mengatasi noise ini adalah mengidentifikasi kebisingan di latar belakang para siswa ketika berbicara dengan mereka. Selain itu, jika anggota keluarga masuk ke latar belakang dan terekam kamera PC/laptop/gadget siswa secara teratur, ini menunjukkan bahwa siswa memiliki ruang belajar yang terbats di rumah.
Cara menghentikan noise tersebut dengan baik adalah menangani hal ini dengan berbicara di kelas secara keseluruhan kepada semua siswa. Guru tak perlu menyebut nama siswa tertentu. Langkah berikutnya adalah meminta siswa membeli dan memakai headphone. Jika memungkinkan, siswa bisa menggunakan headphone yang memiliki teknologi peredam suara.
Smartphone Siswa
Berbagai jenis dan tipe smartphone telah menjadi pusat kehidupan sosial para siswa jauh sebelum adanya pandemi Covid-19. Mereka sering memandang benda cerdas ini sebagai kebutuhan pokok mereka. Guru pun tidak bisa menghindari jika sementara melakukan pembelajaran via Zoom, tiba-tiba ada panggilan masuk. Jaringan internet akan terputus jika guru atau siswa menggunakan jaringan internet dari sharing hotspot. Saat ini kontak langsung tatap muka jarang terjadi, sehingga smartphone menjadi noise yang lebih besar bagi siswa. Selain itu, siswa dapat secara diam-diam melakukan browsing penelusuran seluler untuk menemukan petunjuk dan jawaban atas soal.
Guru dapat mengidentifikasi tanda-tanda pengguna telepon yang “terselubung”. Siswa sering kali mengalihkan pandangan dari panggilan Zoom dengan mematikan kamera, kebingungan saat mendapat pertanyaan pemahaman dasar, tidak ada respon ketika namanya disebut dan sebagainya. Selain itu, noise bisa muncul ketika siswa juga mencoba membuat penggunaan ponsel mereka tampak seperti menulis catatan, memanfaatkan sudut kamera komputer mereka.
Cara sederhana menghentikan gangguna ini cukup dengan sosialisasi. Guru dapat mempertimbangkan untuk mengalokasikan beberapa menit di tengah kelas online sebagai waktu istirahat. Sebagai gantinya, ia dapat meminta siswa untuk tetap fokus dan tidak menggunakan ponsel mereka selama kelas online masih berlangsung.
Melamun
Siswa sering mengasosiasikan belajar dengan sekolah atau rumah dengan keluarga dan relaksasi. Ini berarti bahwa siswa mungkin sering melamun tentang kehidupan pribadi mereka selama pelajaran jarak jauh, meskipun mereka adalah siswa yang sangat baik. Terlebih belajar online seringkali tidak memaksakan penggunaan pakaian seragam sekolah. Jadi, mereka seolah-olah santai saja di rumah saat belajar.
Mengetahui siswa melamun memang sulit. Siswa dapat melihat kamera mereka sambil melamun, mengesampingkan suasana kelas online. Bagaimanapun, jika siswa berada di kelas online dalam suasana hening, mematikan kamera dan speaker selama jam pelajaran, kebingungan saat mendapat pertanyaan, bisa saj ini adalah noise melamun.
Melamun menunjukkan kurangnya keterlibatan. Banyak siswa berjuang untuk fokus dalam lingkungan pembelajaran jarak jauh, jadi guru harus mengintegrasikan tugas-tugas yang membutuhkan partisipasi aktif dari setiap siswa. Ini dapat mencakup proyek kelompok, aktivitas berbasis ponsel cerdas seperti sistem kuis interaktif berbasis game dari Kahoot, Quizziz, Mentimeter dan banyak lagi.
Akses di Luar Topik Belajar
Belajar jarak jauh dan online, siswa mungkin tampak memperhatikan, melihat layar komputer/gadget mereka dengan perhatian penuh. Namun, mereka bisa saja menggunakan tab lain di browser yang sama yang mereka gunakan untuk pembelajaran jarak jauh. Akuntabilitas rendah, menjadi masalah yang lebih besar dari sebelumnya selama belajar online. Tak bisa pula terhindarkan bahwa ketika guru mengajar, justru ada siswa yang beralih antara tugas kelas dan mengakses konten lain, menyontek, dan banyak lagi.
Sulit pula untuk menangkap penjelajahan siswa di luar topik selama belajar online. Akibatnya, sulit meminta pertanggungjawaban siswa. Ini berarti banyak siswa akan terus menjelajah sampai mereka mendapatkan nilai ujian yang buruk. Pada kondisi ini, sudah terlambat bagi guru untuk turun tangan.
Tentu cara terbaik jika guru merasakan ada keganjilan siswa di kelas online adalah dengan menghentikannya. Guru dapat memberikan tugas kepada semua siswa dalam bentuk interaksi langsung. Kamera dan speaker mereka harus aktif selama beberapa menit. Minta mereka menggunakan suara dan anotasi untuk memberikan tanggapan. Guru dapat pula menggunakan polling online untuk membantu memfokuskan mereka kembali. Tambahkan pula bahwa respon adalah tanda kehadiran dalam kelas online. Ini akan sedikit banyak membantu siswa partisipatif dalam kelas kembali.
Kesimpulan
Sejauh kelas online menyangkut teknologi, maka setiap guru juga tidak dapat menghilangkan setiap noise dalam kelas online. Noise dari siswa dapat teratasi dengan optimal jika guru sudah mengantisipasi gangguan sejak awal kelas online berproses dan membuat rencana yang sesuai. Belajar dari rumah secara online adalah pengalaman belajar yang mengganggu bagi banyak siswa. Sebagian besar noise bersumber dari keluarga yang berisik atau mengganggu. Menjaga siswa tetap terlibat, dan mendorong siswa untuk membeli headphone peredam bising yang murah, dapat memberikan kelegaan bagi siswa dan guru.
Yulius Roma Patandean
SMAN 5 Tana Toraja, Provinsi Sulawesi Selatan
NPA. 20020400134